Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Sisa-sisa majapahit di australia

105 macam barang patung dari terra-cotta koleksi dr. christopher hazzard yang dikatakan sebagai peninggalan majapahit, sedang ditawarkan untuk dijual di melbourne. (ils)

23 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUANGAN itu penuh berbagai macam patung. Sebagian besar parung kepala dari terra-cotta. Di salah satu sudut, ada mural dari batu hitam yang menggambarkan kereta ditarik dua ekor kuda. Sebuah kendi dengan perut besar, berwarna hitam kecokelat-cokelatan melengkapi koleksi itu. "Ada 105 macam barang yang akan saya jual," kata dr. Christopher Hazzard pemilik barang-barang itu. Bersama istrinya, Veronica, mereka melayani beberapa tamu yang datang melihat-lihat koleksi itu. "Ini harganya A$ 550," kata Hazzard sambil mencekal patung putri yang duduk diapit dua ekor binatang yang mirip macan. Kalau dirupiahkan, harga patung setinggi 35 cm itu hampir Rp 400. 000. Ada pula patung kepala dari terra-cotta, harganya A$ 220 atau Rp 159. 500. Terra-cotta adalah tanah liat berwarna jingga yang biasa dipakai sebagai bahan pecah belah. Prapanca & Hayam Wuruk Tetapi dari semua koleksi yang akan dijual itu, mural dari batu hitam tadi adalah yang termahal: A$ 2.200 atau Rp 1.595.000. Ukurannya 95 x 65 cm terpotong menjadi 10 bagian. Di situ terlukis sebuah kereta yang ditarik tiga ekor kuda, dengan penumpang seorang putri, berikut sais yang memegang pecut. Di pinggir jalan yang dilewati kereta itu, berderet orang-orang yang berambut kribo. Menurut Hazzard ornamen ini ada disebut dalam sajak Prapanca tentang pemerintahan Raja. Hayam Wuruk. Koleksi barang antik yang menurut Hazzard berasal dari Kerajaan Majapahit itu, seluruhnya bernilai A$ 12.000, atau Rp 8,5 juta. "Kami terpaksa menjua'mya," tambah Hazzard lagi. Ia tak menjelaskan alasan keterpaksaannya. Tapi mungkin karena rumahnya sudah terlalu penuh. Si dokter atau istrinya, dengan sabar menerangkan kepada tamu yang datang ke rumah mereka, mengapa ada patung terra-cotta yang pecah ujungnya atau putus bagian leher. "Karena terpacul," kata Veronica, "anda tahu, banyak orang mencari emas di daerah bekas Kerajaan Majapahit." Dokter Christopher Hazzard tinggal di Melbourne, Australia. Katanya dia pernah tinggal di Kalimantan selama 18 tahun. Sayang tidak menjelaskannya di kota mana dia pernah tinggal atau dalam urusan apa dia di sana. Ketika 6 tahun yang lalu dia bersama istrinya mampir di Surabaya, dari sebuah toko antik dibelinya sebuah patung setinggi 3 cm. "Benda itu penuh abu, tergolek daram sebuah mangkuk," kata Hazzard, "padahal raut muka patung itu begitu menarik." Semenjak itu, suami istri ini kembali ke Indonesia setiap tahun. Sasaran utama Jawa Timur. Benda-benda yang dipercaya peninggalan Majapahit, selalu menjadi perhatiannya. hienurut Hazzard tidak sulit mencari benda-benda ini. Kesulitannya hanyalah kalau dia harus bersaing dengan penguber barang antik yang berkantung lebih tebal. Tetapi aslikah benda-benda yang dimiliki Hazzard ini? Drs. Uka Tjandrasasmita, Direktur Sejarah dan Purbakala, Dirjen Kebudayaan Departemen P & K, hanya tersenyum ketika disodori fotofoto patung koleksi Hazzard. "Mungkin satu atau dua ada yang asli," ujar Uka. Tapi ada beberapa keganjilan dalam patung-patung tersebut. Macan atau singa dan sejenisnya bukanlah binatang mitologi Indonesia. Jadi tidak ada singgasana seorang raja yang diapit oleh binatang tersebut. Goresan-goresan pada tubuh macan itu menurut Uka, juga tampak aneh. Mengapa Begitu Kereta raja atau kaum bangsawan zaman dulu, selalu ditarik sapi -- bukan kuda seperti yang terlihat pada salah satu koleksi Hazzard. Juga tidak ada rakyat yang berdiri berjajar, seperti menyambut tamu agung di zaman sekarang. Tapi ada lagi yang aneh. "Dandanan rambut mereka," kata Uka, "mengapa harus begitu?". Rambut wanita pada patung-patung itu digulung ke atas sehingga mirip potongan kribo masa kini. Kalau begitu koleksi Hazzard ini palsu? Uka mengangguk. "Tapi kalau mereka percaya itu antik, biar saja," katanya. Copy barang-barang antik sekarang semakin banyak di Indonesia. Salah seorang ahli sejarah bahkan berkata: "Benda-benda terra-cotta sekarang ini jauh lebih banyak dibikin daripada di zaman Majapahit sendiri." Ketika terjadi penggalian besar-besaran di Trowulan, Jawa Timur, beberapa tahun yang lalu, banyak diperdagangkan arca-arca kecil di pasaran barang antik. Terutama kepala arca yang katanya kepala Gajah Mada. Benda-benda asal Trowulan tersebut dibuat dari terra-cota. Tak sedikit di antaranya yang memang diduga keras berasal dari zaman Majapahit. Tapi yang lebih banyak rupanya adalah hasil pemalsuan. Tumbuhnya berbagai pemalsuan itu antara lain karena penjagaan terhadap benda-benda antik semakin ketat di Indonesia. Sebab kerjasama antara Departemen P&K, Luar Negeri, dan Imigrasi, menurut Uka, sudah semakin baik. Seorang asing baru diperbolehkan membawa barang antik (di atas usia 50 tahun), setelah bermukim 2 tahun lebih di Indonesia. "Direktorat saya yang nantinya menilai, apakah barang-barang tersebut boleh dibawa ke luar atau harus ditahan," kata Uka lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus