Karina Soekarno, putri proklamator itu, tampak aktif di sana. Ia menjadi peserta aktif mewakili perusahaan public relations, Cosmo Communication, tempat ia bekerja di Tokyo. Tapi bukan hanya Karina. Kongres Periklanan Asia (AdAsia) ke-18 di Tokyo, yang berlangsung 8 - 10 November 1993, dihadiri pula oleh Wakil Direktur Pemasaran PT Grafiti Pers (penerbit TEMPO) H. Mahtum. Selain Mahtum, hadir pula di sana, Kepala Bagian Iklan Hendrix K. Hidayat, Kepala Biro Tokyo Seiichi Okawa, dan stafnya Shizuko Ito. Orang-orang TEMPO ini hadir dalam pesta orang periklanan Asia itu sebagai delegasi Indonesia. Memang delegasi dari sini bukan hanya mereka. Semuanya -- termasuk Mahtum dan kawan-kawan tadi -- berjumlah 54 orang. Sebuah delegasi yang cukup besar, di luar tuan rumah Jepang. Di dalam rombongan ini, ada Ketua PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia) Yusca Ismail, Aristides Katoppo, wartawan yang banyak terlibat dalam kegiatan periklanan, serta para praktisi iklan media cetak, radio, biro iklan, dan produsen. Delegasi besar ini tampaknya ada hubungannya dengan kepentingan khusus Indonesia di forum ini. Soalnya, AdAsia ke-19, dua tahun lagi, akan berlangsung di Bali. Karena itu, hampir semua anggota delegasi Indonesia ditugasi melobi para peserta dari negara lain agar bersedia datang ke Bali, pada 1995. Forum di Tokyo ini tampaknya cukup sukses. Di sana hadir hampir semua tokoh periklanan Asia. Ada para bos dari Dentsu, Jepang, yang merupakan biro iklan terbesar di dunia. Ada Tan Sri Dr. Muhammad Ghazali Shafie, bekas menteri luar negeri Malaysia yang menjadi panelis tentang budaya baru Asia. Ada pula Mustapha Assad, Presiden IAA (International Advertising Association), asal Libanon, negeri yang tak pernah damai tapi kegiatan periklanannya tetap berjalan. Bagi kami di TEMPO, pertemuan sepenting ini tak pernah dilewatkan begitu saja. Di dalam negeri, TEMPO sering mensponsori berbagai kegiatan periklanan. Sementara itu, di tingkat internasional, TEMPO memanfaatkannya untuk lobi dan promosi. ''Bahasa kerennya, go international, begitu,'' kata H. Mahtum. Maka, tak heran kalau Mahtum dan Hendrix K. Hidayat, dibantu Okawa-san dan stafnya, cukup sibuk di sana. Mereka menemui calon-calon klien, terutama para klien Jepang, Hong Kong dan Singapura, yang memang banyak beriklan di TEMPO. Mereka juga membagikan brosur, T-shirt dan tas karton khas TEMPO, yang tampak mendominasi pemandangan di kongres itu. Aktivitas kami di forum ini diharapkan dapat memperkenalkan TEMPO lebih luas, selain meningkatkan citra. Pemasang iklan semakin percaya. Kemudian, ''Banyak ide yang kami peroleh di sini,'' kata Hendrix. Selain itu, orang-orang TEMPO mulai menapak ke pentas internasional. H. Mahtum, muncul sebagai Ketua Bersama (Joint Chairman) Kongres Periklanan Asia ke-19 di Bali, 1995, bersama Baty Subakti dari PPPI. Karena itu, di AdAsia Tokyo, H. Mahtum bersama Indra Abidin dari PPPI tampil di mimbar mempromosikan Bali, lengkap dengan slide dan 10 penarinya yang dibawa dari Jakarta. Yang mengesankan bagi H. Mahtum adalah cara orang Jepang menyelenggarakan kongres ini. Semuanya diatur rapi. Acara dari menit ke menit diperhitungkan secara cermat. Semua pembicara harus ikut geladi bersih dahulu. Bahkan, untuk acara presentasi Indonesia yang hanya 30 menit, diperlukan latihan berulang- ulang, ditambah geladi bersih yang memakan waktu sekitar tiga jam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini