Wawancara khusus TEMPO dengan saya (TEMPO, 6 November 1993, Ekonomi & Bisnis) mengandung kerancuan yang bisa menimbulkan kesalahpahaman. Itu, khususnya, pada jawaban saya atas pertanyaan ke-3 dan ke-2 terakhir. Memang benar saya pernah mengatakan, "Saya tidak mempunyai fasilitas apa-apa. Kalau ada yang mau menghantam saya, silakan." Kalimat itu, jika dikutip apa adanya tanpa diberi uraian yang jelas tentang konteks pembicaraan selama wawancara berlangsung, dapat menimbulkan kesalahpahaman. Saya menyadari, itu terjadi karena suasana wawancara leluasa dan dialogis, respons saya atas pertanyaan biasanya diberi penekanan secara berulang-ulang pada setiap kesempatan menjawab pertanyaan berikutnya. Maka, respons saya terhadap pertanyaan ke-3 dan ke-2 dari akhir, yang proporsional, adalah begini. Filosofinya apa? Filosofi saya adalah setiap orang yang membuat sepuluh keputusan setara, maka tujuh di antaranya biasanya tepat, sedangkan tiga sisanya keliru. Maka, kalau mau maju, ya, kita harus berani membuat sepuluh keputusan yang setara. Apa itu bukan spekulatif? Tidak begitu. Saya tidak mempunyai fasilitas (istimewa) di lingkungan industri rokok kretek Indonesia. Sampai saat ini prospek kretek masih bagus. Tetapi bila kelak ada kebijakan baru pemerintah yang sifatnya membatasi ruang gerak industri rokok kretek di Indonesia, ya, apa boleh buat. PUTERA SAMPOERNA Presiden Direktur PT HM Sampoerna
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini