Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat Pembaca

19 Januari 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akses ke Kota Tua Diblokade

Akses dari Jalan Kemukus ke kompleks Kunir Jaya Indah di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, sejak tahun lalu hingga kini setiap hari lalu lintasnya macet luar biasa. Penyebabnya adalah jalan yang semula selebar enam meter ditutup dan dibangun oleh seorang pemilik gudang. Padahal jalan ini semula digunakan warga untuk lalu-lalang.

Para pemilik rumah toko kompleks Kunir Jaya Indah juga mengalami kesulitan bongkar-muat barang akibat penutupan tersebut. Warga Kunir Jaya Indah pernah mengadu ke Wali Kota Jakarta Barat, tapi hasilnya nol besar. Kami kemudian sempat bertemu dengan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, yang sekarang menjadi Gubernur DKI Jakarta, pada 29 Mei 2013, tapi hanya berdampak pada pembongkaran beberapa seng penutup jalan oleh pemilik bangunan. Pada awal 2014, Suku Dinas Tata Ruang Jakarta Barat menerbitkan surat pembatalan KRT Nomor 0235/GSB/JB/III/2011, yang membatalkan izin mendirikan bangunan di bangunan pergudangan tersebut.

Pada 27 Agustus 2014, Wali Kota Jakarta Barat menerbitkan surat perintah bongkar sendiri disertai ancaman bahwa pemerintah daerah akan membongkar bila dalam tiga hari pemilik tidak membongkarnya. Namun, hingga surat ini dibuat, bangunan yang bermasalah dan menyebabkan kemacetan itu masih kokoh berdiri. Kami tak tahu ke mana lagi harus mengadukan kasus ini.

Fendy Yudha
Atas nama Paguyuban Warga Kunir Jaya Indah
Jalan Kunir 37, Jakarta Barat 11110


Hati-hati Travel Umrah

PADA April 2014, pakde saya, Tiar Ismadi, mendaftar untuk menjadi anggota jemaah umrah bersama 1st Journey Travel dengan nama perusahaan PT Perjalanan Utama Sejahtera/Pus Travel, yang beralamat kantor di Jalan Jambore Raya 9A (area SMP Al-Azhar 19) Cibubur, Jakarta Timur. Seorang teman merekomendasikan bahwa travel ini baik, yang menjadi salah satu bahan pertimbangan kami saat itu. Dengan pembicaraan bersama pemilik, Norma Latuconsina (Emma), Pakde akan berangkat pada 23 Mei 2014 dengan biaya US$ 1.850.

Awalnya segala hal tampak mulus. Komunikasi dengan pihak travel berlangsung lancar. Ternyata, dua hari menjelang keberangkatan, kami dikabari bahwa jemaah tidak bisa berangkat karena tak mendapat visa sebagai akibat merebaknya virus Mers di Arab Saudi. Pihak travel menjanjikan akan berangkat pada 9 Juni 2014. Meski kecewa berat karena informasi pembatalan yang mendadak, kami masih bersabar menunggu.

Sejak itu, informasi mengenai keberangkatan umrah dari travel ini sulit sekali diperoleh. Panggilan telepon dan pesan pendek tidak pernah dijawab. Kalaupun dijawab hanya pendek-pendek. Hingga Juni 2014 berakhir, tidak ada informasi apa pun. Para anggota staf juga tidak bisa memberi jawaban memuaskan karena sepertinya semua hal dipegang pemilik. Pernah ada sedikit harapan ketika Emma mengatakan akan berangkat pada Agustus 2014, ternyata itu juga hanya janji. Hingga kemudian, pada Agustus 2014, Emma mengatakan bahwa rombongan pakde kami baru bisa berangkat pada Desember 2014, karena menjelang musim haji, ibadah umrah sudah tidak bisa lagi.

Berkali-kali diberi janji palsu, saat itu saya meminta garansi dan surat perjanjian bahwa Desember 2014 pasti akan berangkat. Tapi Emma tidak mau memberikannya. Pakde sangat kecewa dan memilih batal pergi bersama 1st Journey Travel karena janji-janji yang tidak pernah ditepati. Kami kemudian menyatakan batal sebagai jemaah umrah meski dengan konsekuensi dikenai biaya pemotongan (penalti) sebesar US$ 650. Angka ini cukup besar. Tapi, karena rasa kepercayaan yang sudah luntur, kami tetap memilih risiko itu.

Kesepakatan pembatalan sudah terjadi, tapi mengambil dokumen (paspor dan keterangan vaksin) ternyata tidak gampang. Butuh berbulan-bulan untuk mengambilnya. Alasannya bermacam: dari dokumen yang masih di agen, Emma yang jarang ada di Jakarta, hingga kantor yang dibobol maling. Akhirnya, November 2014, paspor bisa kami ambil. Selesai soal dokumen, kini masalah pengembalian dana yang sangat susah. Sulit sekali mengontak Emma, dan lagi-lagi karyawannya tidak bisa berbuat apa-apa.

Saat ini saya sedang berjuang memperoleh uang kami kembali. Dan, dengan surat ini, diharapkan tidak ada lagi yang terkena persoalan yang sama. Teliti dulu kredibilitas travel penyelenggara umrah sebelum memutuskan memakai jasa mereka.

Yoseptin Pratiwi
Modernland, Tangerang, Banten

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus