Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat Pembaca

19 Januari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tanggapan untuk Catatan Pinggir

SAYA gundah membaca Catatan Pinggir di Tempo edisi 21 Desember 2008 yang berjudul ”Pelacur”. Esai ini membicarakan Nur Hidayah, janda lima anak berusia 35 tahun yang menjadi pelacur karena ketiadaan pilihan dan putus asa. Goenawan Mohamad menyebut Nur se­bagai Ibu Indonesia 2008.

Prostitusi itu dunia hitam. Ini perilaku primitif. Agama ataupun nilai moral tak sejalan dengannya. Manusia dengan akal dan hati nurani akan menolak segala bentuk perilaku primitif macam ini. Dan hati serta akal itulah yang mendorong manusia mencari alternatif keberadaban. Nafsulah yang mengerangkeng akal dan hati itu sehingga melakukan hal-hal nista keduniawian. Di zona manakah Bapak Goenawan ketika menobatkan Nur sebagai Ibu Indonesia itu? Tragis jika itu zona primitif, zona tanpa nilai.

IMAM MAWARDI
Setiabudi, Jakarta Selatan


Rekening BCA Dibobol

Pada hari Jumat, 26 Desember 2008, sekitar pukul 13.12, istri saya mentransfer Rp 210 ribu dari mesin uang BCA non­tunai­ Villa Nusa Indah, Bojongkulur, Gunung Putri, Bogor, ke rekening Citibank. Sete­lah itu, istri saya pindah ke mesin tarik tunai di sebelahnya dan mengambil Rp 200 ribu. Seorang yang berdiri di belakang langsung memakai me­­sin nontunai yang baru dipakai istri saya.

Karena curiga, istri saya meminta saya mengecek saldo dua jam kemudian, pukul 15.30. Betapa kaget saya, saldo berkurang Rp 26 juta. Padahal mestinya saldo hanya berkurang Rp 410 ribu se­suai dengan transaksi istri saya hari itu. Saya menelepon Halo BCA dan petugas memberitahukan bahwa setelah transaksi istri saya terjadi lagi transaksi lanjutan sebanyak tiga kali.

Pertama, transfer pembelian pulsa Simpati nomor 081219985XXX sebesar Rp 1 juta. Kedua, transfer ke reke­ning BCA nomor 8410047XXX atas nama Ir. Ferry Wijaya sebesar Rp 15 juta. Dan ketiga transfer ke rekening Bank Permata (Bank Centra) atas nama A.R. Rp 10 juta.

Oleh Hallo BCA rekening Ferry Wijaya pada hari yang sama telah diblokir, dan katanya hanya berlaku satu hari. Dan untuk pemblokiran di hari berikutnya, kami diminta lapor polisi terlebih dahulu. Namun lapor ke polisi ternyata tidak mudah. Polisi Desa Bojongkulur tidak bisa menangani. Polsek Gunung Putri juga tidak bisa menerima laporan kami. Kata polisi, kasus perbankan semacam ini harus dilaporkan ke Polres Bogor di Cibinong. Alamak, jauh sekali dari rumah kami.

Dari informasi yang saya peroleh, re­ke­ning Ferry Wijaya di hari yang sama sekitar pukul 16.00 sudah tinggal Rp 35 ribu. Percuma juga diblokir, uangnya sudah raib. Bagaimana cara menggunakan ATM agar aman? BCA mestinya menempatkan satpam di Villa Nusa Indah karena ramai sekali pemakainya. Banyak orang bergerombol tak jelas tujuannya.

Aris Ahmad Risadi
Gunung Putri, Bogor


Rokok Itu Halal

MAJELIS Ulama Indonesia sedang­ menggodok fatwa haram terhadap ro­kok.­ Tak ada satu pun ayat Quran ataupun hadis yang mengharamkan rokok, ke­cuali merokok dengan uang hasil mencuri dan korupsi. MUI menyebut surat Al-Baqarah ayat 195 sebagai dasar mengharamkan rokok dengan berpegang pada kalimat: ”Jangan jatuhkan tanganmu ke dalam kebinasaan.” Ini mengada-ada, karena konteks surat itu berbicara soal agresi militer. Jika ingin membalas serangan militer, lakukan dengan persiap­an yang sangat matang. Begitulah konteksnya. Bukan soal merokok.

Tak usahlah MUI mengharamkan rokok segala. Rokok jadi halal karena ada pekerja pabrik, pedagang kecil, petani tembakau, yang menggantungkan hidup­ pada rokok. Jika dilarang, bagaimana nasib dan hidup mereka? Jika bapak-ibu di MUI sudah menyiapkan lahan pekerjaan lain dan mengganti cukai sebagai penerimaan negara setelah rokok diharamkan, saya setuju rokok dilarang. Tapi jika cuma bisa melarang, Anda akan membunuh jutaan jiwa. Sementara Quran jelas mengatur membunuh satu saja sama dengan membunuh seluruh umat manusia. Nah, jika Anda membunuh jutaan jiwa, besar mana dosa Anda dengan dosa perokok?

Ayolah, MUI, masih banyak hal lain yang bisa diurusi. Jangan terkesan gampangan bikin fatwa. Kenapa bukan ramal-ramalan, primbon, dan materialis­me lainnya yang diharamkan? Itu jelas membodohi kita tiap hari di televisi.

M. NASHOR
Jombang, Jawa Timur


Cabut Semua Subsidi BBM

pemerintah menurunkan lagi harga bahan bakar minyak. Antara lain har­ga premium menjadi Rp 4.500 per liter. Sedangkan harga minyak internasional jatuh lagi pada tingkat US$ 37 per barel. Ini momentum sangat baik bagi pemerintah untuk mencabut semua subsidi bahan bakar hingga 100 persen. Saya menghitung dengan asumsi harga minyak internasional US$ 37 dan satu dolar AS sama dengan Rp 10 ribu, harga premium se­sungguhnya dan seharusnya adalah Rp 3.700 per liter. Itu harga tanpa subsidi.

Dengan demikian apabila harga mi­nyak naik ke US$ 50 per barel, maka harga premium Rp 5.000 per liter. Jika naik menjadi US$ 109 per barel, maka harga premium menjadi Rp 10 ribu per liter. Tentu, dengan asumsi satu dolar AS bernilai Rp 10 ribu. Dengan demikian naik-turunnya harga minyak di dalam negeri harus berdasarkan rumusan matematika ekonomi dengan menggunakan variabel kurs rupiah terhadap dolar AS dan harga BBM internasional.

Naik-turunnya harga minyak sebaik­nya dilakukan dan diberlakukan tiap tang­gal satu awal bulan. Rencana ke­naik­an harga sebaiknya diumumkan lima hari sebe­lumnya. Sedangkan kenaik­an di­umumkan lima menit sebelum pukul 24.00 dan berlaku mulai pukul 00.00 esok hari­nya. Hal ini untuk menghindari ­adanya ­pe­nimbunan minyak yang berakibat bahan penting itu menjadi langka.

Hariyanto Imadha
Bojonegoro, Jawa Timur


Kursi Roda untuk Hakim Agung

SETELAH menyetujui perpanjang­an usia hakim agung menjadi 70 tahun, Dewan Perwakilan Rakyat mesti menye­tujui anggaran tambahan untuk Mahkamah Agung: kursi roda. Saat Wakil Ketua MA yang usianya sudah 67 tahun melantik hakim agung baru, jika kaki­nya kram, ia bisa melantik sambil duduk.

Anggaran tambahan itu tak hanya untuk kursi roda. Tapi pasti berguna untuk membeli alat bantu dengar, membayar tenaga medis, tabung oksigen, dan ambulans.

Saya sendiri sudah 71 tahun. Kadang saya merasa mampu melakukan aktivitas, tapi apa daya tubuh sudah tak kuat. Orang Jawa bilang, ”Aja rumangsa bisa, ning bisa rumangsa.” Intinya tahu dirilah kalau sudah tua. Masih banyak hakim usia produktif, banyak juga yang me­nganggur. Beri kesempatan kepada mereka. Kapan ada regenerasi kalau yang tua tetap nongkrong di kursinya.

SOENOTO PRINGGOHARDJO
Solo, Jawa Tengah


Terjatuh di Gedung Sarinah

SAYA terjatuh di dalam area Gedung Sarinah, Selasa, 12 Januari 2009. Waktu itu saya berjalan menuju lift yang menghubungkan lantai satu dengan basement. Lift itu berada dalam selasar berpintu. Persis di bawah pintu itu ada undakan. Saya jatuh karena kaki terantuk. Saya limbung dan hampir pingsan. Butuh waktu lama buat saya mengumpulkan kesadaran.

Saya dibawa oleh orang yang menolong ke klinik tak jauh dari sana. Dari mereka saya tahu saya bukan korban pertama undakan itu. Dokter yang memeriksa saya bahkan mengatakan, ”Jatuh di tempat biasa? Di pintu dekat lift?” Rupanya dokter ini sudah biasa menangani orang syok karena pintu itu.

Lutut kiri dan pergelangan kaki ka­nan saya cedera. Dokter memberi balsam pada cedera saya. Saat itu pukul 16.00, dan saya kembali ke kantor untuk bekerja. Namun makin lama pergelangan kaki saya semakin sakit dan membengkak. Kaki saya tidak bisa lagi menapak dan menyangga tubuh. Saya berobat ke RSCM. Menurut hasil rontgen, perge­langan kaki saya mengalami soft tissue swelling di sekitar lateral malleolus. Jaringan lunaknya bergeser. Dokter menggips cedera saya dan selama dua minggu saya harus istirahat.

Kalau ini bukan kasus pertama, me­ngapa pengelola Sarinah membiarkan undakan itu? Mereka harus bertanggung jawab.

Suci Mayang Sari
Wahid Hasyim, Jakarta Pusat


Masih Relevankah Pekik Merdeka?

SAYA terharu mendengar para vete­ran meneriakkan kata merdeka hingga tiga kali saat Panglima TNI meresmikan Monumen Veteran Pejuang di Medan beberapa waktu lalu. Tapi, masihkah pekik itu relevan di zaman sekarang? Salam perjuangan itu diteriakkan ketika zaman perang kemerdekaan. Setelah merdeka, kita berjuang mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera.

Menjadi bangsa yang makmur dan sejahtera saya kira tak lagi cukup dengan pekik merdeka. Karena itu salam perjuangan pun harus disesuaikan dengan kondisi sekarang. Alangkah baik jika sekarang segenap bangsa mulai memekikkan kata merdeka, bersatu, dan sejahtera sebagai salam perjuangan yang baru.

MARSEKAL MUDA SAGOM
TAMBOEN, SIP
Kepala Pusat Penerangan TNI


Menyongsong Resesi

Dampak krisis ekonomi global, yang dipicu oleh kolapsnya sektor bursa dan perbankan Amerika Serikat, terus menggerogoti sendi-sendi perekonomian Indonesia. Industri nasional yang ber­orientasi ekspor satu per satu tumbang. Hal itu berarti nasib buruk bagi para buruh yang terpaksa kehilangan mata pencaharian.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat telah sekitar satu juta tenaga kerja yang dipecat. Sangat sulit membayangkan dampak sosial yang akan muncul. Indonesia yang belum sembuh dari krisis di segala sektor yang berkepanjangan sejak 1997 kini terancam lagi dengan deraan PHK massal.

Untuk mengantisipasi hal tersebut,­ solusi yang paling memungkinkan adalah membentengi masyarakat dengan keta­hanan sosial sebagai bentuk pengamanan. Pemerintah harus be­tul-­be­tul serius dan bukan sekadar berwacana dalam melaksanakan program menghidupkan­ kembali sektor riil yang sekarang te­ngah menurun ­kinerjanya akibat inflasi tinggi. Belajar dari pe­ngalaman dalam krisis 1997, sektor riillah yang mampu bertahan.

WORO SEMBODHRO
Baciro, Yogyakarta


Fiskal Umrah

SETIAP tahun para petani desa kami, Desa Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, berumrah ke Mekah, Madinah, dan pergi ke Mesir. Ada berita bahwa masyarakat yang memiliki nomor pokok wajib pajak akan dibebaskan dari biaya fiskal jika ke luar negeri. Lalu bagaimana dengan para petani yang ingin umrah? Apakah kami yang tak punya NPWP masih dikenai fiskal juga?

H.S. SUROSO
Wonosobo, Jawa Tengah


RALAT

Pada Tempo edisi 12 Januari 2009 terdapat kesalahan di halaman 29 artikel ”Banting Setir Calon Legislator”. Di sana tertulis Rizal Dharma Putra calon legislatif dari PKS nomor 7, mestinya nomor 10. Kami mohon maaf. –Redaksi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus