Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Opini Mister Joger
SAYA kurang setuju dengan opini Tempo (9-15 Juni 2008) yang menganggap bagi-bagi uang oleh Tung Desem Waringin sebagai penghinaan. Menurut saya, upaya Tung adalah luapan rasa syukur yang kreatif dan unik. Lagi pula itu dilakukan di lapangan, bukan di jalan raya yang mengganggu lalu lintas. Jika warga berebut dan saling sikut mendapatkan uang, itu ekses, bukan rekayasa panitia.
Itu kegiatan gila-gilaan yang positif. Lebih banyak manfaat daripada mudaratnya. Warga diuntungkan dan terhibur. Toh, pemerintah juga repot-repot melakukan hal yang sama dengan membagikan bantuan langsung tunai atau bantuan langsung untuk mahasiswa. Itu juga dicurigai sebagai sogokan kepada mahasiswa agar duduk manis, tak usah melakukan demo-demo.
Tindakan Tung Desem sebaiknya memang tidak kita tiru. Tung pun mungkin tidak gembira jika kegiatannya itu ditiru orang. Demikianlah opini dari Mister Joger yang bodoh ini, yang sudah dan tetap akan ”gila-gilaan”.
YOSEPH THEODORUS WULIANADI A.K.A. MR JOGER Kuta, Bali
Tempo Tak Berimbang
Membaca surat Adi Prasetyo di Tempo edisi 22 Juni 2008, tentang insiden Monas, saya harus mengamininya. Kendati Tempo sudah memberikan dalih pembenaran bahwa pihaknya telah mewancarai semua pihak yang terlibat, harus diakui kehebatan Tempo dalam investigasi tak terlihat. Cobalah kita bedah kembali liputan edisi 9-15 Juni 2008, di sini terlihat jelas Tempo kehilangan trade mark-nya sebagai majalah berita yang enak dibaca dan perlu.
Sah-sah saja Tempo mendukung kebebasan beragama dan mengutuk insiden Monas, namun tak perlu sampai mengabaikan hak pembacanya mendapatkan liputan yang jernih, berimbang, dan independen. Saya mencermati, dari ribuan liputan Tempo, khusus insiden ini terlihat jelas terlalu berpihak pada Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan. Misalnya tidak terlalu berpihak pada Aliansi, Tempo pasti mengejar pemicu terjadinya aksi kekerasan yang dilakukan Front Pembela Islam. Bukan rahasia lagi, kemarahan Front atau Komando Laskar Islam terhadap Aliansi dipicu provokasi seorang oknum yang menyebut Front laskar setan dan memamerkan senjata api.
Saya yakin, bila insiden ini pelakunya kelompok lain dan korbannya bukan Aliansi, Tempo pasti akan melakukan investigasi mendalam terhadap pelakunya. Tapi, karena Bung Goenawan Mohamad ikut dalam barisan Aliansi, Tempo tega mengorbankan independensinya. Saya juga menjunjung kebebasan beragama dan mengutuk segala aksi kekerasan, tapi tetap jernih menilai sesuatu kejadian tanpa harus menghakiminya.
Bambang Setyawan Salatiga, Jawa Tengah
Hentikan Demonstrasi Anarkistis
DEMONTRASI dengan kekerasan kini marak di tayangan televisi. Seolah-olah di negeri ini berlaku ”jika mengatakan pendapat tanpa demonstrasi, pendapatnya tak digubris”. Sungguh memalukan. Tayangan tersebut merupakan bentuk kebebasan pers, padahal bangsa ini masih butuh pendidikan yang berbudaya dan bermartabat.
Sila pertama Pancasila adalah ketuhanan Yang Maha Esa. Inti ajaran ini adalah cinta kasih. Ajaran Allah semestinya sama untuk semua kelompok, sehingga satu nusa, satu bangsa, satu bahasa benar-benar terwujud. Bukan yang satu mengklaim kebenaran dengan menghujat kelompok lain dengan kekerasan segala.
Lie Gan Yong Pulogadung, Jakarta Timur
Layanan Esia Mengecewakan
Saya pelanggan Esia yang kecewa karena layanan Esia tak sebagus iklannya. Ketika saya mengisi pulsa pada 29 Mei 2008, pulsa saya malah berkurang banyak. Sungguh aneh dan mengecewakan. Saya menghubungi call center hari itu juga. Setelah lama menunggu karena petugasnya harus mengkonfirmasi ke petugas lain, dia mengatakan paling telat 2 Juni sudah ada tindak lanjut.
Nyatanya sampai tanggal itu saya belum mendapat kabar juga. Saya kembali menelepon pada 4 Juni lalu. Setelah menunggu sangat lama, telepon baru tersambung. Itu pun saya kembali harus menunggu lama karena petugasnya mengkonfirmasi ke petugas lain soal keluhan saya itu. Petugas itu mengatakan belum ada laporan tentang masalah saya.
Saya sangat kecewa terhadap layanan seperti ini. Konsumen harus menelepon padahal itu kelalaian operator, harus menunggu lama jika menelepon call center, kadang bisa dan kadang tak nyambung. Saya sangat kecewa menggunakan nomor Esia.
ENGELHARD WALEAN Bekasi
Tanggapan Esia
DARI hasil investigasi Esia, berkurangnya pulsa nomor Bapak Engelhard karena ada transfer pulsa Rp 50 ribu pada 10 April 2008 ke nomor Esia 021-945563xx. Berdasarkan konfirmasi pihak Esia, pelanggan mengaku tidak mengenali nomor tujuan dan tidak merasa melakukan transfer pulsa karena pada saat itu sedang berada di luar kota dan nomor pelanggan tidak mengirimkan pesan ke 6060. Mengenai talk time yang telah terdebit, telah kami kembalikan. Pelanggan dapat menerima penjelasan kami. Kami sangat berterima kasih atas masukan dan perhatian yang telah diberikan kepada Esia.
NADIA DIPOSANDJOYO VP Corporate Communication PT Bakrie Telekom Tbk.
Penjelasan Bank Niaga
MENANGGAPI surat Ibu Hence di Tempo, 19-25 Mei 2008, kami telah berusaha menghubungi dan menemui yang bersangkutan untuk menyelesaikan masalah yang dikeluhkan. Namun, sampai surat klarifikasi ini dibuat, kami belum berhasil menemui Ibu Hence.
Kami berharap Ibu Hence menerima permohonan maaf dan penjelasan dari kami melalui surat yang sudah kami kirimkan. Apabila memerlukan penje-lasan, Ibu bisa menghubungi kami. Kepuasan nasabah merupakan fokus usaha kami dalam menjaga kualitas layanan.
DINA SUTADI Vice President Corporate Communication Division Head
Keteledoran Batavia Lounge
PADA 9 Juni 2008 saya akan berangkat ke Kinabalu melalui Bandar Udara Soekarno-Hatta pukul 18.15 WIB. Karena masih ada waktu satu jam lebih, saya beristirahat dengan memilih Batavia Lounge. Petugas di pintu masuk mencatat nomor penerbangan dan waktu keberangkatan saya.
Karena letaknya di sebuah toko cende-ra mata, suara dari luar tak terdengar. Saya tak khawatir karena petugas tahu saya di dalam dan mereka mencatat nama, nomor penerbangan, dan waktu keberangkatan. Pukul 17.55 saya bertanya apakah panggilan untuk pesawat saya sudah ada, petugas menjawab, ”Tunggu 10 menit lagi, Pak.” Pukul 18.15 saya bertanya lagi, petugas malah menelepon seseorang.
Dan saya ketinggalan pesawat akhirnya. Menurut petugas Air Asia, pesawat saya, nama saya sudah dipanggil tiga kali. Saya lemas seketika. Tiket hangus dan saya mesti beli tiket baru dengan harga tiga kali lipat karena tak ada pilihan lain. Sewaktu saya mengajukan protes ke petugas Batavia Lounge, tanpa rasa bersalah seorang petugas menjawab, ”Ada pergantian shift.” Sungguh tidak profesional.
FAJAR RIDZALDIN HARISANTOSO Pondok Pinang, Jakarta Selatan
Menanti Ijazah
SAMPAI sekarang saya belum mendapat ijazah kendati sudah diwisuda pada 1997. Saya merasa Universitas Krisnadwipayana telah mencemarkan nama baik saya karena semua orang tahu saya bergelar sarjana ekonomi tapi tak memiliki ijazah. Untuk itu, saya menggugat kampus dan Rektor Rp 1 miliar. Ini karena saya tak diizinkan mengikuti sidang skripsi, yang mengakibatkan kerugian materiil dan imateriil. Jika gugatan saya ini tak dipenuhi Universitas dalam 3 x 24 jam, saya akan bawa kasus ini sebagai pelanggaran hak asasi manusia.
FIRSAN SETIAWAN SAFRIEEL DP 91211015 Alumnus Fakultas Ekonomi
Tanggapan Universitas Krisnadwipayana
SAUDARA Firsan Setiawan Safrieel belum pernah mengikuti ujian sidang skripsi yang merupakan tahap akhir mahasiswa menyelesaikan program studi strata 1. Karena itu, kami belum bisa mengeluarkan ijazah untuk yang bersangkutan.
Perlu diketahui, Saudara Firsan pernah melakukan demonstrasi di depan rektorat dan melaporkan masalah ini ke Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, sehingga kami memenuhi panggilan Lembaga Bantuan Hukum. Kami mengajukan solusi dengan memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan menyusun dan mengikuti ujian skripsi agar syarat kelulusan dan memperoleh ijazah terpenuhi, yaitu 148 satuan kredit semester, sesuai dengan aturan yang berlaku. Namun Saudara Firsan menuntut Universitas Rp 1 miliar sehingga kami menilai iktikad baik kami tak ditanggapi.
Soal wisuda yang selalu menjadi alasan, itu soal yang berbeda, karena bisa saja yang bersangkutan memanfaatkan kelengahan panitia. Seorang mahasiswa yang bisa mengikuti wisuda syaratnya menyerahkan surat lulus sementara yang dikeluarkan Fakultas Ekonomi. Surat ini keluar jika mahasiswa menempuh sidang skripsi dan dinyatakan lulus.
DRS MULYANA RACHIM Pembantu Dekan III
Jaksa Agung Mundur Saja
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terlalu lemah menyikapi skandal suap Artalyta Suryani yang melibatkan pejabat Kejaksaan Agung. Seharusnya Yudhoyono menegur Jaksa Agung Hendarman Supandji sekaligus meminta pertanggungjawabannya.
Hingga saat ini, pernyataan Hendarman Supandji masih belum memberikan kepastian kapan anak buahnya akan diperiksa terkait dengan kasus tersebut, apalagi memberikan sanksi atau hukuman yang berat. Ada baiknya Hendarman mengundurkan diri karena tidak mampu menjaga kehormatan kejaksaan.
Presiden Yudhoyono harus lebih tegas dalam memilih Jaksa Agung, pilihlah Jaksa Agung yang mampu memiliki tim yang adil, jujur, serta tidak kolutif. Kita tunggu saja, apa gebrakan Yudhoyono dalam menegakkan hukum melalui aparat yang bersih di republik ini.
Furqon Karim Jakarta
RALAT
Kami mohon maaf atas kesalahan ini.
—Redaksi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo