Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat

Surat pembaca soal masker, wabah sepeda dan uji kedisiplinan di tengah pandemi.

11 Juli 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Surat - MBM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Masker ‘New Normal’ dan Helm

DALAM seminggu terakhir, kami sekeluarga dibuat makin waswas oleh pemberitaan mengenai jumlah pasien positif Covid-19 yang menyentuh angka 2.000, bahkan lebih. Sudah masuk bulan keenam sejak kasus positif pertama resmi diumumkan pemerintah. Tapi, dari yang saya ketahui dari beberapa ahli, bukan ahli bukan-bukan seperti penganut teori konspirasi, pandemi di Indonesia ini belum mencapai puncaknya pada fase pertama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yang bikin waswas adalah promosi “new normal” pemerintah yang terasa kurang pas di tengah kurva yang terus menanjak sehingga masyarakat menganggap keadaan sudah kembali normal. Yang membuat jadi baru hanyalah keharusan memakai masker ke mana-mana. Saya khawatir masker ini nantinya menyerupai helm, hanya digunakan dengan benar ketika akan masuk ke area tertentu atau saat ditegur petugas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saya yakin masyarakat kita sebetulnya cerdas, hanya sedikit egois. Mereka tahu helm berfungsi menjaga kepala dari benturan. Tapi, karena ribet, mereka melenggang saja berkendara tanpa helm. Helm dipakai nanti kalau ada polisi.

Sama kondisinya dengan masker. Di pasar, ketika menemani keluarga berbelanja kebutuhan sehari-hari, saya melihat interaksi penjual dan pembeli tanpa masker, boro-boro memakai hand sanitizer atau mencuci tangan. Di pusat belanja sama. Demikian pula di dalam kereta komuter. Beberapa orang melepas masker dan terus berbicara di dalam kereta. Ketika petugas mendekat, baru mereka buru-buru memasang masker.

Saya berharap pemerintah mau berpikir lebih keras untuk menomorsatukan kesehatan warganya. Berpikir lebih keras untuk membuat kebijakan yang lebih tepat dari sekadar mempromosikan new normal, bukan mempertontonkan drama komedi tentang pertukaran peran para pembantu presiden.


Rahmat Mulya

Srengseng Sawah, Jakarta Selatan


Wabah Sepeda dan Problemnya

ANGKA penjualan sepeda melonjak di tengah pandemi Covid-19. Saat ekonomi sedang terpuruk, orang-orang justru berbelanja sepeda. Kesadaran akan pentingnya berolahraga guna meningkatkan daya tahan tubuh di tengah pandemi virus corona memicu naiknya angka penjualan sepeda.

Di berbagai kota di Indonesia, semua kalangan, dari anak-anak hingga dewasa, bersepeda lalu-lalang di jalanan. Selama dua pekan di Jambi dan Palembang, saya melihat banyak sekali orang bersepeda bergerombol.

Sayangnya, perilaku bersepeda mereka kadang membahayakan kendaraan bermotor karena tak menaati rambu-rambu lalu lintas. Di Palembang, misalnya, sekelompok anak muda bersepeda dengan santai menerobos lampu merah. Ada juga yang bersepeda di kanan jalan, membahayakan dirinya dan kendaraan bermotor.

Saya kira semua pemerintah daerah wajib membuat jalur untuk pesepeda agar tidak ada kecelakaan di kemudian hari. Di Jakarta, panjang jalur sepeda baru 63 kilometer. Saya berharap setidaknya pemerintah daerah lain berupaya meniru Jakarta, yang cukup ramah terhadap pesepeda.


Susanto

Bogor, Jawa Barat


Uji Kedisiplinan

PANDEMI virus corona, selain membuat kita jadi peduli terhadap kesehatan, menuntut kita berdisiplin. Tanpa kedisiplinan, kita melihat kurva jumlah korban terus naik. Sebab, kita menghadapi makhluk tak terlihat. Tanpa kedisiplinan memakai masker, menjaga jarak, dan menjaga kebersihan, jumlah korban akan naik terus.

Lalu bagaimana dengan ekonomi? Sepanjang kita berdisiplin menaati protokol kesehatan, kemungkinan terhindar dari paparan virus ini akan besar. Virus menular melalui cairan tubuh, lewat batuk atau bersin atau saat berbicara. Maka memakai masker dan menjaga jarak adalah solusi agar tak tertular. Jika tak menuruti protokol itu, kemungkinan besar kita akan terjangkit.

Hanya itu yang bisa kita lakukan. Sepanjang vaksin dan obat belum ditemukan, kita sangat rentan terpapar. Maka disiplin adalah kata kuncinya. Semoga pandemi ini segera berlalu.


Dewi B.

Jawa Barat


RALAT

Terjadi kesalahan penyebutan nama dalam artikel “Pemburu Honor Sertifikat Paten” di majalah Tempo edisi 6-12 Juli 2020. Direktur Utama PT Utomodeck seharusnya Darmawan Utomo. Redaksi mohon maaf.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus