Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Anda, benarkah Temasek melakukan monopoli? (21- 28 November 2007) | ||
Ya | ||
77,63% | 347 | |
Tidak | ||
16,78% | 75 | |
Tidak tahu | ||
5,59% | 25 | |
Total | 100% | 447 |
KOMISI Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) akhirnya memvonis Temasek Holdings melanggar Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli. Perusahaan investasi milik pemerintah Singapura itu dinilai memegang kendali PT Telkomsel dan PT Indosat Tbk., yang menguasai pangsa pasar lebih dari 80 persen, sehingga menimbulkan persaingan bisnis yang tidak sehat.
Buntut keputusan itu, Temasek diberi waktu dua tahun untuk melepas kepemilikan silang di dua perusahaan telekomunikasi seluler tersebut. Di Telkomsel, Temasek menguasai 35 persen saham melalui Singapore Telecom (SingTel), sedangkan di Indosat, penguasaan Temasek melalui Singapore Technologies Telemedia sebesar 42 persen.
Kepemilikan silang ini ditengarai menjadi penyebab mahalnya tarif telepon. Akibatnya, menurut taksiran KPPU, konsumen dirugikan Rp 14,3-30,8 triliun selama 2003-2006. CEO SingTel, Chua Sock Koong, seperti dikutip Bloomberg, membantah SingTel mengendalikan Telkomsel.
Hasil jajak pendapat Tempo Interaktif menunjukkan mayoritas responden, 77,63 persen, menilai Temasek melakukan monopoli. Sedangkan yang berpendapat sebaliknya 16,78 persen dan yang tidak tahu 5,59 persen.
Komentar
Perusahaan strategis seperti Indosat dan Telkomsel seharusnya dimiliki 100 persen pemodal dalam negeri, baik pemerintah maupun swasta. Kita akan didikte oleh asing jika modal dikuasainya.
Sugiyanto, Jakarta
Seharusnya, ketika Indosat dibeli oleh anak perusahaan Temasek, pada saat itulah masalah ini dilontarkan. Kasus Indosat adalah dosa pemerintah terdahulu. Yang perlu diselidiki, siapa dalang penjualan itu, tanpa mengungkit kepemilikan Indosat saat ini.
Akbar, Bandung
Indikator Pekan Depan: Human Development Report 2007/2008 yang dilansir Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) menyebutkan 2,6 miliar manusia di seluruh dunia akan terkena dampak langsung perubahan iklim. Mereka adalah kaum miskin dengan biaya hidup kurang dari US$ 2 per hari, yang terancam kekurangan gizi, kelangkaan air, dan kehilangan nafkah. Pemanasan global akan membuat sistem kehidupan yang telah dibangun hancur perlahan. Sistem pertanian rusak akibat kemarau dan peningkatan suhu. Dampaknya, 600 juta manusia akan menghadapi kekurangan gizi. Sebanyak 1,8 miliar manusia akan menghadapi kesulitan air menjelang 2080. ”Indonesia bisa mengalami hal serupa,” kata Direktur UNDP untuk Indonesia, Hakan Bjorkman. Setujukah Anda, pemanasan global sudah terasa dampaknya di Indonesia? Kami tunggu jawaban dan komentar Anda di www.tempointeraktif.com |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo