Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RESESI dunia menjelang 1983, di luar dugaan banyak pengamat, menggigit lebih dalam. ”Ada tanda-tanda yang akan merusak sistem perdagangan dunia,” kata Albert Bressand, ahli perdagangan yang bekerja pada Institute for International Relations di Paris.
Beberapa korbannya sudah kelihatan. Harvester, perusahaan alat-alat besar nomor dua di Amerika, melepas ribuan buruhnya. Pengangguran di negeri besar itu juga meledak hingga 10 persen. Kanada lebih susah lagi: tingkat pertumbuhannya sudah di bawah nol persen dan jumlah buruhnya yang menganggur mencapai 11-12 persen.
Angin resesi yang bertiup kencang itu sudah lebih dulu menyambar banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Pengaruhnya jelas terlihat dalam bentuk penurunan ekspor, akibat pasaran yang lemah di negeri-negeri industri.
Pekan ini, ancaman resesi ekonomi di Amerika yang dipicu krisis kredit macet hipotek perumahan (subprime mortgage) mengguncang pasar finansial dunia. Investor panik. Indeks saham bursa-bursa global ambruk ke titik terendah. Ekonomi Indonesia pun dikhawatirkan ikut terpukul akibat gonjang-ganjing ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo