ANDA punya niat membangun rumah? Siap-siap saja menghadapi
berbagai kerepotan. Karena urusan demi urusan akan membelit
kesibukan -- bahkan mendongkolkan.
Coba saja ikuti pengalaman seorang pemuda yang bercita-cita
mempunyai rumah sendiri. Beberapa tahun yang lalu ia membeli
tanah di Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta. Tidak
luas, cuma 400 mÿFD saja. Dan mulai saat itulah kerumitan muncul.
Langkah pertama, untuk mengetahui status tanah yang dibelinya
dari penduduk asli Betawi di Jati Padang, dia pergi ke Suku
Dinas Agraria dan Tata Kota Jakarta Selatan. Hal itu sangat
perlu untuk mengetahui adakah tanahnya termasuk kawasan jalur
hijau, daerah perumahan, pertokoan. Atau "high control" yang
berarti dalam pengawasan yang ketat sehingga tidak bisa
sembarangan mendirikan rumah di situ.
Juru ukur Kantor Walikota Jakarta Selatan menyanggupi datang.
Tapi terang-terangan dia minta "uang bensin". "Tidak banyak,
cukup Rp 20.000 saja," ujarnya. Beberapa jam kemudian si juru
ukur datang dengan mobilnya yang keren: Alfa Romeo.
Untuk minta gambar resmi "peta situasi" pemuda tadi harus pula
membakar uang pelicin Rp 10.000. Celakanya, peta tersebut ada
tulisan "high control" kelak letak tanah si pemuda tersebut
banyak terpotong-potong jalan dan mustahillah Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) bisa keluar.
Advis Gratis
Si pemuda hampir mogok. Tapi dari seorang temannya, yang pernah
memheri Rp 75.000 untuk "peta situasi", rencana jalan dapat
dihapuskan dari peta. Tulisan "high control" dapat diganti
"pemukiman". Beres.
Langkah berikutnya ialah bagaimana membangun rumah seperti
diinginkan. Sebagian besar mereka yang membangun rumahnya,
bahkan mereparasi rumahnya saja, selalu menderita tekor.
Perencanaan yang diidamkan dengan isi kantung, biasanya tidak
segaris lagi. Agar tidak tekor dan rumah ideal bisa dibangun,
ada sebuah kantor yang bisa memberi advis secara gratis Pusat
Informasi Teknik Pembangunan (PITB) atau Building Information
Centre (BIC).
Letak kantornya memang tidak menonjol. Walaupun PITB telah
berusia 10 tahun, masyarakat ramai belum banyak yang tahu,
bangunan mungil yang berada di tengah-tengah lapangan parkir
Departemen Pekerjaan Umum, infomasi bisa didapat tanpa bayar.
"Prinsipnya kami membantu masyarakat awam membangun rumahnya,"
kata Kepala PITB Jakarta, Ir. Guntur W.S. Hutapea. "Hanya PITB
belum dikenal dan tempatnya tidak gampang ditemui masyarakat,"
tambahnya. Proyek yang berdiri di bawah Departemen Pekerjaan
Umum ini bergerak di bidang kecipta-karyaan. Artinya, sebagai
wadah yang bisa dijangkau masyarakat untuk mendapat informasi
dan penyuluhan di bidang tata kota, tata daerah, tata bangunan,
perumahan, tehnik penyehatan dan bahan bangunan. Untuk
memasyarakatkan diri inilah PITB berpameran di Pasar Seni Ancol
pertengahan September ini.
Pameran menyediakan dengan cuma-cuma buku contoh perumahan
sehat. Dalam buku stensilan tersebut diperinci pula banyaknya
material yang dipakai, macam material dan berapa tenaga kerja
yang diperlukan. Yaitu hanya rumah sederhana yang berkelas T-36,
T-45 dan T-70 -- sejenis rumah yang didirikan oleh Perumnas.
PITB sengaja hanya membuat rencana jenis rumah sederhana. Bagi
mereka yang mempunyai uang banyak, "ya silahkan datang ke
arsitek saja," kata Hutapea. "Sebab kalau kami menangani hal
ini, berarti kami "makan" porsinya arsitek atau konsultan,"
tambahnya.
Jasa informasi yang diberikan PITB sampai sekarang baru
dimanfaatkan kelompok-kelompok yang biasa disebut pemborong,
konsultan, perusahaan asing, industri, yang biasanya berkaitan
dengan pemasaran produksi bangunan. PITB -- sementara ini
--jadiiah semacam perantara antara produsen dan konsumen.
Karena itulah PITB juga menerbitkan daftar harga bahan
bangunan. Walaupun tidak semua produsen bersedia memberitakan
harga yang semestinya. Baru produsen kelas besar seperti
pabrik cat ICI atau genteng Tegola (yang impor) yang
berhubungan dengan PITB. "Selama ini, belum ada perusahaan bata
merah dari desa yang datang," kata Hutapea lagi.
PITB kurang merakyat? Tampaknya begitulah PITB Jakarta. PITB di
daerah dirasa lebih bermanfaat. Maksudnya bisa memberi
penerangan langsung ke masyarakat bagaimana cara mendirikan
rumah sehat, tidak mahal, membuat lingkungan bersih dan segala
hal yang berkenaan dengan perumahan dan lingkungan. PITB Jakarta
hanya mempunyai tenaga 25 orang -- mulai dari tenaga inti yang
insinyur sampai pesuruh kantor. Hutapea ingin agar PITB seperti
yang ada di luar negeri. "Di sana, katakanlah di negeri
Belanda," ceritera Hutapea, "PITB harus sanggup menjawab
pertanyaan tentang warna cat, dapur yang bocor sampai WC yang
mampet."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini