PERANG Teluk sudah masuk pekan ketiga. Informasi yang Anda peroleh dari hari ke hari sudah cukup banyak, apakah itu melalui radio, televisi, koran atau majalah. Apa lagi yang dapat kami berikan untuk Anda? Tentu masih ada. Seperti sudah Anda baca dalam TEMPO pekan lalu, kami berhasil menyajikan laporan pandangan mata wartawan kami Yuli Ismartono dari Baghdad, ketika ibu kota Irak itu diserang Amerika Serikat. Yuli, yang selama ini menempati pos TEMPO di Bangkok, sudah berada di Baghdad enam hari sebelum penyerbuan. Ketika "Operasi Badai Gurun" dimulai, kami di Jakarta sempat mengkhawatirkan nasib Yuli. Kekhawatiran itu sedikit berkurang setelah televisi Amerika CNN membuat siaran langsung dari Hotel Al Rashid Baghdad. Artinya, hotel itu selamat dari rudal-rudal Amerika. Nah, Yuli menginap di situ. Hanya komunikasi dengan Yuli yang terkendala sebab, sejak penyerbuan sampai pekan ini, baik saluran telepon maupun teleks dengan Baghdad terputus sama sekali. Hanya wartawan CNN yang bisa leluasa mengirim berita ke luar karena menggunakan fasilitas telepon microwave dan satelit Irak. Kabar yang menggembirakan datang dari Amman, 18 Januari. Wartawan televisi Amerika CBS, John Holland, menelepon kami dari Amman: Yuli segera tiba di Amman. Artinya, Yuli bisa mengirim laporan dari negeri tetangga Irak itu. Sementara itu, kami tetap mampu memonitor langsung situasi Baghdad. Di kota itu masih ada Taufik Rahzen, anggota Gulf Peace Team, yang berkemah di Irak sejak 9 Januari lalu. Ia adalah pembantu khusus TEMPO. Tokoh LSM dari UGM Yogyakarta itu bersama 60-an warga lain dari 15 negara sempat berkemah di perbatasan Irak-Saudi, dengan tujuan mencegah perang. Ternyata, upaya itu sia-sia. Bersama teman-temannya, ia menyaksikan serangan udara demi serangan udara menimpa Baghdad. Taufik sempat mengelilingi Baghdad, setelah Yuli di Amman, untuk menyaksikan betapa dahsyatnya dampak serangan Sekutu: gedung-gedung roboh, kantor-kantor berantakan, dan rumah permukiman jadi sasaran. Taufik dan teman-temannya akhirnya pindah ke Amman, Selasa pekan lalu, setelah situasi Baghdad semakin buruk saja. Catatan harian yang dibikinnya selama di Baghdad kami turunkan dalam laporan utama pekan ini. Yuli, yang meliput perang Teluk dari Amman -- kota yang kini jadi pangkalan wartawan dari seluruh dunia berhasil membuat wawancara khusus dengan Pangeran Hassan bin Talal, Putra Mahkota Kerajaan Yordania. Yordania, negeri kecil itu, terjepit di antara Irak dan Israel, dan kini nasibnya serba runyam. Untuk liputan ini, kami juga menugasi para koresponden di luar negeri, seperti Dja'far Bushiri (Kairo), Amanda J. Gardner (New York), dan Andriono Kilat Adi (Jerman Barat). Laporan utama ini ditulis oleh A. Dahana dan Yopie S. Hidayat, dengan pengarahan dari Redaktur Pelaksana Bambang Bujono.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini