Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Pameran rahasia aborigin

Di gedung pameran seni rupa dep. p dan k, jakarta dipamerkan karya seni aborigin. dari yang berkanvas kulit kayu sampai karya seni pada kain sutera. tampil garis dan bentuk yang meyakinkan.

2 Februari 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BENANG merah menuju ke sumber penyebab segala yang ada, itulah sebenarnya yang hendak dicitrakan oleh karya seni Aborigin. Tiap karya seni warga asli Australia ini merupakan hubungan pribadi, lebih tepat hubungan rahasia, antara dirinya dan yang menciptakannya: semacam pengesahan kehadirannya di dunia ini. Dalam karya itulah terekam sebagian jiwanya. Bila kemudian di Gedung Pameran Seni Rupa Departemen P & K, Jakarta, selama dua minggu sejak Jumat pekan lalu pengunjung cuma menemukan garis, komposisi, bentuk yang indah dipandang, itu hal yang lumrah dialami seni tradisional dari mana saja. Di Gedung Pameran itu disuguhkan karya-karya dari yang berkanvas kulit kayu sampai karya baru pada kain sutera. Dilihat dari kaca mata seni rupa modern, yang segera terasakan adalah hadirnya garis dan bentuk yang meyakinkan, yang bukan lagi merupakan tiruan dari alam tapi lebih bisa disebut suatu upaya menggambarkan penampang sebuah bentuk. Dan penggambaran itu sungguh kreatif. Misalnya, ada yang menggambarkan kanguru seperti kalau kulit binatang itu direntang untuk dijemur. Ada yang melukiskan binatang berkantung itu dari atas. Ada pula yang "memotret"nya dengan sinar ronsen: digambar lengkap dengan tulang-tulang tubuhnya. Mungkin karena pertemuan antara seni rupa asli Australia ini dengan seni rupa modern (Barat) secara efektif baru berlangsung 20-an tahun yang lalu, di Australia Utara dan Tengah terutama, orang-orang Aborigin masih meneruskan tradisi nenek moyangnya. Maka, para periset seni rupa masih punya kesempatan merekam segala simbol dan cerita di balik gambar-gambar "penampang" itu. Maka, masih bisa diceritakan bahwa Mimpi Ular adalah berkaitan dengan kisah seorang moyang yang di masa awal dunia jatuh cinta dengan seorang perempuan dan ditolak. Ia lalu mengubah diri menjadi ular dan menggoda si perempuan. Atau, yang lebih berkisah sehari-hari, bagaimana seorang Aborigin menceritakan cara nenek moyangnya menangkap ikan, dalam Kisah Perangkap Ikan. Setelah pertemuan Aborigin dan Barat, setelah karya seni Aborigin jadi barang pajangan, memang ada yang disembunyikan. Karya yang kemudian dipamerkan keluar adalah karya-karya kompromi. Mungkin bentuknya mirip, tapi kisahnya tak sepenuhnya tertoreh pada kulit kayu itu, apalagi proses penciptaannya bisa jadi tak lagi lewat "mimpi". Namun, dari satu segi karya itu tetap mengukuhkan kehadiran seorang Aborigin. Yakni, kehadiran mereka dalam negara Australia sekarang, dalam dunia modern ini. Sebagai minoritas di antara 14 juta warga Australia, yang terbelakang segalanya dan minim pendidikan dan keterampilan, lewat kesenian inilah cara terdekat Aborigin agar diterima dalam tatanan dunia yang sudah sangat berbeda dengan dunia "mimpi"-nya. Dan setelah itu, akhirnya tak penting lagi, apakah karya itu karya Aborigin atau bukan. Seperti kata seorang seniwati Aborigin kontemporer, Fiona Foley: "Saya tak membedakan apakah karya saya Aborigin atau bukan. Pada akhirnya apa pun yang kuciptakan adalah karya Aborigin." Bambang Bujono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus