Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ramadhan

Membingkai Perbedaan dalam Silaturahmi

Berkelompok bukan untuk bermusuhan.

29 Mei 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Utama Baitul Maal Hidayatullah, Marwan Mujahidin, mengatakan Islam adalah agama rahmatan lil alamin atau rahmat bagi seluruh alam. Dia menambahkan, Islam menuntun pemeluknya untuk saling menghormati, menghargai, dan menjaga. "Sehingga dipastikan kehadiran orang-orang beriman akan memberikan ketenteraman dan kedamaian bagi masyarakat di sekitarnya," ujar dia kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Marwan menjelaskan, dalam Islam, perbedaan itu sunatullah dan pasti ada. "Nah, bagaimana menggunakan sandal dengan dua model yang berbeda di kanan dan di kiri, tapi itu menjadi selaras dan indah. Jadi lebih bermanfaat," kata dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Islam, menurut Marwan, menghormati perbedaan dalam konteks khilafiah atau bersifat fikiyah. "Sangat toleran dan saling menghormati. Tentu tidak saling mengkafirkan, tidak saling menghujat, dan sebagainya," tutur Marwan.

Islam, Marwan melanjutkan, memberikan ruang untuk berbeda. Tapi, untuk persoalan akidah dan tauhid dalam Islam sangat tegas. "Itu tidak ada perbedaan karena ini masalah prinsip yang harus dimaknai secara sama."

Selain hal itu, menurut dia, umat Islam harus bisa memahami perbedaan menjadi sebuah kebaikan untuk saling menguatkan, melengkapi, dan menyempurnakan. "Tentu ini menjadi perbedaan yang indah dan perbedaan ini menjadikan suasana semakin baik," kata Marwan.

Dosen tafsir dan hadis dari Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon, Agus Imam Kharomen, mengatakan Islam mengajarkan perdamaian dan Islam adalah perdamaian. "Perdamaian yang dibangun melalui pemeliharaan hak dan kewajiban dari setiap manusia," kata Agus.

Agus melanjutkan, perdamaian yang diwujudkan dengan memastikan rasa aman bagi setiap manusia. "Sehingga mengantarkan pada ketenangan setiap individu dan kelompok dari berbagai ancaman dan keburukan individu ataupun kelompok lainnya."

Menurut Agus, sebagaimana yang dipesankan Nabi Muhammad SAW, muslim sejati adalah pribadi yang dapat menjamin keselamatan orang lain dari keburukan lisan dan perbuatannya. "Islam menghargai perbedaan, tidak dengan pertikaian. Kita diperbolehkan berkelompok, tapi dilarang bermusuhan," ujarnya.

Bahkan Islam menghendaki perbedaan. Dalam berbagai ayat Al-Quran, Allah menegaskan memang menghendaki adanya perbedaan. "Perbedaan yang menjadikan manusia saling mengenal dan berlomba-lomba dalam kebaikan," kata Agus.

Agus menuturkan, Islam membingkai perbedaan dengan silaturahmi. "Silaturahmi menjadi penting dalam menyatukan perbedaan. Dengan silaturahmilah kita bisa saling mengenal dan menghargai," kata dia

Karena itu, Agus melanjutkan, perbedaan yang ada tidak akan memecahkan persaudaraan, baik di antara muslim maupun manusia secara umum. "Islam juga mengajarkan untuk lebih banyak berfokus mencari persamaan dan titik temu daripada meruncingkan perbedaan yang ada," tuturnya. AFRLIA SURYANIS

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus