Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kabar Ramadhan

Tradisi Mendalami Kitab Kuning Selama Ramadan

Bagi umat Islam, Ramadan tidak hanya menjalankan puasa, tapi juga kegiatan ibadah lainnya.

7 Mei 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Santri mengikuti khataman kitab.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagi umat Islam, Ramadan tidak hanya menjalankan puasa, tapi juga kegiatan ibadah lainnya. Ramadan juga menjadi sarana untuk menambah ilmu dan pengetahuan berbagai bidang, dari tata cara ibadah (fikih), moral, etika, keimanan, pendidikan, sosial kemasyarakatan, tafsir Al-Quran dan hadis, hingga filsafat (tasawuf).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti yang dilakukan pesantren-pesantren di Jombang, kajian kitab kuning atau kitab gundul mulai digelar pada awal Ramadan dan tuntas (dikhatamkan) pada pertengahan atau akhir puasa. Disebut kitab kuning karena pada umumnya warna kertas pada kitab tersebut kuning muda. Sedangkan kitab gundul pada umumnya berisi kata atau kalimat berhuruf Arab tanpa ada harakat atau tanda baca vokal dalam tata bahasa Arab.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sama dengan tahun-tahun sebelumnya, beberapa kitab akan dibaca dan dikaji baik di masjid yang pesertanya masyarakat umum maupun di pondok yang pesertanya santri, yang dibagi dalam beberapa kelas," kata pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif, Desa Denanyar, Kecamatan Jombang, Kiai Haji Abdussalam Sokhib, Ahad lalu.

Ulama muda yang akrab disapa Gus Salam itu mengatakan, sesuai dengan jadwal, khataman kitab akan dimulai pada 1-25 Ramadan. "Kalau yang akan dibaca di masjid sekitar 10 kitab," katanya. Selain kiai atau ustad yang membacakan isi kitab, masyarakat bisa mengajukan pertanyaan soal tema yang dibacakan. "Sehingga ada dialog atau diskusi dua arah," ujarnya.

Mambaul Ma’arif merupakan salah satu pesantren tertua di Jombang yang didirikan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Bisri Syansuri.

Di Pondok Pesantren Tebuireng, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang, yang diasuh KH Salahudin Wahid atau Gus Solah, pengajian kitab kuning dilakukan pada 1-21 Ramadan. Menurut pengurus pesantren, Lukman Hakim, peserta pengajian kitab di masjid adalah para santri dan masyarakat umum. "Masyarakat bisa dari Jombang atau luar Jombang yang sering diistilahkan santri kalong," ujarnya. Santri kalong adalah orang yang mengaji di pondok lalu kembali ke rumah atau daerah asal mereka ibarat kelelawar yang kembali ke habitatnya.

Ada sekitar 23 kitab yang akan dibaca dan dikaji oleh 29 kiai dan ustad di Tebuireng. Kitab-kitab tersebut mengajarkan tentang tata cara ibadah, moral, etika, keimanan, tafsir Al-Quran, hadis, dan sebagainya.

ISHOMUDDIN (KONTRIBUTOR)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus