Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Pengukuran gas radon alam dengan botol sintilasi ciptaan peter soedojo, dosen jurusan fisika fakultas matematika ugm. disertasinya "mekanisme transport dan distribusi gas radon alam". (ilt)

17 Desember 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APAKAH pencemaran oleh reaktor, atau bom nuklir, merupakan satu-satunya sumber radiasi? "Menurut kesimpulan saya, radiasi alam sudah ada tanpa pencemaran, sebagai hasil peluruhan radon dan kalium (K)," kata Peter Soedojo, dosen jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pasti Alam UGM, Yogyakarta. Dengan disertasi berjudul Mekanisme Transport dan Distribusi Gas Radon Alam 190 halaman, Peter meraih gelar doktor lalam Ilmu Fisika di UGM, Senin pekan lalu. Enam tahun Peter mencari korelasi antara gas radon di udara dan gas radon yang dikandung bumi. Sekarang, "dengan hasil yang dicapai, promovendus bisa puas, karena telah menjelajahi bidang ilmu yang sangat menarik," ujar Prof. Dr. Ir. Herman Johannes, promotor. Hasil penelitian Peter Soedojo menurut Johannes kepada TEMPO, "penting artinya untuk ilmu penetahuan, dan perlu dicarikan penerapannya." Disertasi Peter, 50 mengemukakan rumus baru mekanisme transpor dan distribusi gas radon alam, yang secara kualitarif dapat dipertanggungjawabkan. Ia mendasar dan penelitiannya pada kesimpulan bahwa bumi mengandung uranium di manamana dan mengalami peluruhan radioaktif secara berurutan sampai pada radium. Uranium adalah bahan radioaktif yang meluruh menjadi torium, yang selanjutnya meluruh menjadi protaktinum. Pada tingkat berikutnya, protaktinum menghasilkan radium, yang kemudian meluruh menjadi radon, gas mulia yang radioaktif. Gas ini mendifusi dari tempat terjadinya, dari radium ke arah permukaan bumi, sambil meluruh menjadi polonium. Setelah sampai di permukaan bumi, gas radon lepas ke udara. Gas radon bukan barang baru. Selama ini pun banyak dilakukan pengukuran konsentrasi gas radon pada kedalaman tanah, dan peluruhannya di udara. Namun, belum dikemukakan korelasi antara keduanya. "Penelitian saya dapat merumuskan korelasi itu," ujar Peter Soedojo, yang lulus dengan predikat "sangat memuaskan". Konsentrasi gas radon di udara tidak hanya ditentukan oleh konsentrasi gas radon di dalam tanah. Melainkan juga oleh parameter-parameter, misalnya penyumbatan pori tanah oleh air hujan. Pengaruh itu harus dapat dirumuskan secara matematis di dalam persamaan yang bersangkutan dengan variasi gas radon di dalam tanah. "Rumus semacam itu belum pernah dijabarkan orang," kata Peter. Penjabaran itu sendiri diperlukan untuk memperoleh pedoman di dalam mendesain eksperimen. Tak kalah menarik ialah alat-alat yang dipakai Peter dalam penelitiannya. Dengan memodifikasikan Lucas Chamber - tabung pelacak dari baja yang sukar dibuat, rumit dan mahal - Peter memperkenalkan alat baru yang diberi nama "botol sintilasi" atau "botol kelipan". Botol berukuran 250 cc, atau 500 cc, ini dilapisi seng sulfida (Zn 5) yang dikotori dengan perak. Dengan perbandingan harga 1/100 Lucas Chamber, prinsip kerjanya sama, dan hasilnya tidak berbeda," tutur Peter, yang meraih gelar B.Sc. dari Universitas Sydney, Australia (1960), dan gelar insinyur dari FIPA UGM (1976). Keterangan Peter agaknya bukan sekadar kecap. "Botol sintilasi ciptaan Peter Soedojo dipakai di tambang uranium di Cekoslovakia," kata Herman Johannes. Informasi ini disampaikan Dr. Ronald D. Vis, salah seorang anggota tim penguji. Konon, Cekoslovakia menerima penemuan itu melalui seorang profesor Yugoslavia, yang pernah menyaksikan eksperimen Peter di Vrije Universiteit, Amsterdam, 1980. Peter memang menghadiahkan satu unit botol tersebut di atas kepada sang profesor. Bila tertumbuk zarah alfa, botol sintilasi itu akan mengeluarkan cahaya, atau "kelipan". Pengukuran gas radon di dalam hal ini dilakukan dengan mengisap gas tanah ke dalam botol sintilasi hampa, melalui pipa baja yang ujungnya berlubang-lubang kecil. Pipa baja itu ditusukkan ke dalam tanah hingga kedalaman sekitar satu meter. Pencacahan alfa terhadap cuplikan gas tanah dilakukan setelah 3« jam. Pengukuran konsentrasi gas radon di dalam bumi hanya satu dari empat pengukuran yang dilakukan Peter dalam eksperimennya. Tiga lainnya adalah: pengukuran laju lepas landas radon dari permukaan bumi, pengukuran konsentrasi gas radon di udara, dan pengukuran konsentrasi hasil peluruhan gas radon di udara. Pengukuran laju lepasan gas radon dari permukaan bumi, "orisinil ciptaan saya," kata Peter. Ia menutup permukaan tanah dengan silinder baja bergaris tengah 25 cm dan tinggi 22 cm. Setelah sejam terperangkap di dalam silinder ' itu, gas radon diisap ke botol sintilasi, untuk kemudian dicacah zarah alfanya setelah 3« jam. Penemuan Peter diharapkan bisa dikembangkan untuk memperoleh data-data yang dapat ditafsirkan secara geofisis. Misalnya melacak gempa bumi dan memahami gejala vulkanologi. "Disertasi saya hanya memberi dasar pengertian, dan memperkenalkan teknik pengukuran yang murah, mudah diduplikasi, tapi hasilnya dapat dipertanggungjawabkan," uar ayah empat anak itu. Pengukuran radon dapat digunakan meramalkan letusan gunung berapi. Di Indonesia, Peter mengharapkan pengukuran radon bisa pula dimanfaatkan melacak radiasi. "Pencemaran nuklir itu tidak terasa, tidak berbau, hanya tiba-tiba banyak orang kena kanker," tutur Peter. Apalagi di Eropa orang sudah bermain nuklir. Ketika membuat spektrum tenaga gama di Negeri Belanda, Peter dibingungkan oleh puncak-puncak yang sulit dimengerti. Setelah dibawa ke Paris, ternyata, itu pengaruh percobaan bom nuklir di RRC, beberapa bulan sebelumnya. "Begitu jauhnya radiasi merambat," ujar doktor fisika Indonesia pertama yang menyelesaikan promosi di dalam negeri itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus