Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN mengungkap akan terjadi dua jenis fenomena gerhana pada Ramadan kali ini, 1445 Hijriah/2024 Masehi. Keduanya adalah Gerhana Bulan Penumbra pada 24-25 Maret dan Gerhana Matahari Total (GMT) pada 8 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski begitu, peneliti Pusat Riset Antariksa, Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, Farahhati Mumtahana, menyampaikan bahwa dua fenomena tersebut tidak dapat diamati di Indonesia karena tidak melintasi wilayah Tanah Air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Namun dapat dijadikan pertimbangan jika ingin merencanakan wisata atau ekspedisi mengejar gerhana,” ucap Farahhati, dilansir dari laman resmi BRIN, Senin, 18 Maret 2024.
Di sisi lain, gerhana pada bulan Ramadan kerap menjadi salah satu perbincangan publik. Pasalnya, fenomena langit di bulan suci umat Islam ini kerap dikaitkan dengan kedatangan Imam Mahdi, salah satu tanda kiamat. Meski begitu, beberapa orang lainnya menilai bahwa ini hanyalah fenomena alam biasa.
Lantas, pertanda apakah ada dua gerhana pada bulan Ramadan? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.
Tanda Dua Gerhana di Bulan Ramadan
Peristiwa gerhana matahari yang bertepatan dengan bulan Ramadan disebut-sebut sebagian kalangan sebagai tanda kemunculan Imam Mahdi. Ulama besar Indonesia, Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya, pun pernah menjawab pertanyaan ini.
Melansir dari laman resmi Yayasan Al Bahjah, yayasan yang dikelola oleh Buya Yahya, sang penceramah mengatakan bahwa tidak melihat keterkaitan langsung antara gerhana matahari dengan kemunculan Imam Mahdi. Menurutnya, gerhana matahari adalah fenomena alam yang dapat diprediksi dan terjadi secara teratur.
Sedangkan kemunculan Imam Mahdi sebagai tanda kiamat, menurutnya, adalah suatu hal yang hanya diketahui oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Meski begitu, Buya Yahya menegaskan bahwa tanda-tanda besar kiamat seperti kemunculan Imam Mahdi memang akan terjadi.
"Tetapi, tidak ada yang mengetahui waktu pasti peristiwa tersebut terjadi," katanya sambil menambahkan, "Oleh karena itu, umat Islam harus mempersiapkan diri untuk menghadapi hari akhir."
Dua Gerhana di Bulan Ramadan Sudah Puluhan Kali Terjadi
Faktanya pula, kemunculan dua gerhana saat Ramadan bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, dua fenomena langit ini pernah terjadi pada Ramadan 2003 silam. Melansir dari laman Nahdlatul Ulama atau NU Online, dua fenomena tersebut adalah Gerhana Bulan Total pada 9 November 2003 dan Gerhana Matahari pada 24 November 2003.
Kepala Observatorium Bosscha Lembang kala itu, Moeji Raharto, mengatakan dua gerhana saat Ramadan merupakan fenomena alam biasa. “Secara astronomi , sudah biasa terjadi,” ucap Moeji, dikutip dari laman NU Online.
Disebutkan Moeji lebih dari dua dekade lalu, fenomena alam gerhana bulan dan gerhana matahari yang datang bersamaan dengan bulan Ramadan sudah terjadi lebih dari 60 kali. Oleh karena itu, dia mengatakan masyarakat tidak perlu risau dengan isu mengenai kiamat.
Dengan demikian, disimpulkan bahwa dua gerhana di bulan Ramadan tidak memiliki pertanda apa pun karena hanya merupakan fenomena alam biasa. Adapun mengenai isu kemunculan Imam Mahdi dan hari kiamat, tugas manusia adalah mempersiapkan diri dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
RADEN PUTRI