Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gerhana matahari total atau sebagian akan melewati Indonesia pada 20 April 2023. Warga sudah ada yang melakukan persiapan pengamatan dengan cara membeli kacamata gerhana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada acara pertemuan rutin klub astronomi Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ), Sabtu, 11 Maret 2023 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, terlihat sebagian peserta mulai membeli kacamata untuk dapat mengamati gerhana dengan aman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu pembeli, Regina, warga BSD yang datang bersama anaknya Kefa, kelas 3 SD. “Saya beli kacamata gerhana untuk anak saya karena dia senang sekali dengan astronomi,” kata Regina.
Walaupun membeli kacamata, nantinya ia merencanakan tetap melakukan pengamatan gerhana di TIM pada 20 April 2023 dan kacamata tersebut akan dibawa juga.
Regina mengatakan kesenangannya terhadap astronomi menurun kepada anaknya. “Dia senang sekali segala sesuatu yang berhubungan dengan luar angkasa. Kemarin dia ikut lomba internasional desain Airbus,” jelasnya.
HAAJ juga menjual kacamata tersebut di Shopee di toko astronomi seharga Rp 30 ribu. Kacamata bergagang kuning tua tersebut siap dikirim ke seluruh Indonesia.
Pada pertemuan tersebut, Nurdiansah, anggota HAAJ, menjelaskan tentang ‘Gerhana Hibrida’. Dia juga memberi beberapa tips murah meriah untuk mengamati gerhana. Ia menjelaskan tentang pengamatan tidak langsung atau proyeksi. Jadi, pengamatan tidak melihat ke arah langit melainkan ke bawah.
Caranya, pertama, menggunakan dua tangan. Susunlah jari-jari dari kedua tangan agar memiliki celah kecil lalu lihatlah bayangan yang terproyeksi di bawah. Pada saat gerhana matahari, bayangan dari celah yang membentuk proyeksi matahari yang sebagian tertutup Bulan.
Cara kedua, menggunakan saringan yang memiliki banyak lubang kecil. Proyeksikan bayangan ke bawah. Agar lebih jelas, bisa ditaruh kertas putih. Pada saat gerhana, lubang-lubang kecil yang seharusnya berbentuk bundar sempurna, tampak ‘termakan’ bayangan bulan.
Kemudian, bayangan dari celah rimbunan daun di pohon. Perhatikan jika pohon yang memiliki banyak daun, kadang memiliki celah antardaun, dan dari celah itu masuklah sinar matahari. Pada gerhana nanti, perhatikan di tanah/dinding tempat sinar itu jatuh. Jika biasanya sinar tembus dengan ukuran penuh, nanti akan akan termakan bayangan bulan dan membentuk bagaikan sabit.
Mengenai besarnya tutupan bagaikan sabit, tergantung lokasi pengamatan. Hanya beberapa lokasi yang dilewati gerhana matahari total di Indonesia, sisanya sebagian bahkan ada yang tidak mengalami seperti di Banda Aceh.
Berikut data tutupan gerhana, yaitu Biak-Papua (100 persen), Manokwari-Papua Barat (96,4 persen), Merauke-Papua Selatan (71,4 persen), Kupang-Nusa Tenggara Timur (96,8 persen), Makassar-Sulawesi Selatan (71,7 persen), Denpasar-Bali (68,7 persen), Balikpapan-Kalimantan Timur (54,1 persen), Surabaya-Jawa Timur (57,9 persen), Jakarta-DKI Jakarta (39,1 persen), Medan-Sumatra Utara (3,4 persen) dan Banda Aceh-NAD (0 persen).
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.