Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada akhir November lalu, seekor badak Sumatera masuk perangkap di dekat aliran anak Sungai Tunuq di Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Beruntung, petugas konservasi cepat mengetahui kejadian tersebut dan segera merelokasi badak betina yang diberi nama Pahu itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kurang dari 24 jam, badak tersebut berhasil dipindahkan ke kandang angkut dalam keadaan sehat. Pahu direlokasi ke Suaka Rhino Sumatera (SRS) di Hutan Lindung Kelian Lestari, dan tiba di SRS Kelian pada keesokan hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badak Sumatera adalah salah satu mamalia besar di bumi yang terancam punah. Jumlahnya ditaksir kurang dari 80 ekor di seluruh dunia. Spesies ini berada dalam titik kritis. Populasinya yang terisolasi mengakibatkan hewan ini sulit berkembang biak.
Upaya pembiakan badak Sumatera tak mudah, apalagi setelah terlalu lama terisolasi. "Habitat badak Sumatera di Kutai Barat terus terdesak dan terisolasi. Kemungkinan untuk bereproduksi hampir tak ada," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur, Sunandar.
Dalam kantong habitat yang tersebar di dua pulau besar di Indonesia, harapan kelangsungan hidup mereka bergantung pada kemampuan para pelaku konservasi untuk menemukan dan memindahkannya dengan aman ke fasilitas khusus yang dirancang untuk perawatan.
Operasi penyelamatan ini pun merupakan kegiatan utama dari program konservasi pembiakan. Tujuannya, menyelamatkan spesies ini dari kepunahan dan meningkatkan populasinya untuk kemudian dilepasliarkan ke habitatnya.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno, mengatakan translokasi adalah langkah penting. "Karena mereka sekarang berada dalam situasi kritis," ujarnya, pekan lalu.
Menurut Wiratno, pemerintah telah berkomitmen penuh bukan hanya pada usaha penangkaran, tapi juga untuk menjaga habitat alami badak Sumatera. "Harapannya, memperkenalkan kembali populasi spesies ini ke alam liar dengan kondisi lebih baik," ucapnya.
Tim ahli penyelamatan badak Sumatera ini dipimpin World Wildlife Fund (WWF) pendiri Sumatran Rhino Rescue-aliansi lembaga-lembaga konservasi internasional-bersama mitra pendukung pemerintah dalam operasi pencarian dan penyelamatan badak di Kalimantan.
Mereka memastikan badak dalam keadaan aman dan sehat sepanjang proses penangkapan dan relokasi. "Perjalanan ke depan masih panjang, tapi keberhasilan upaya penyelamatan ini menunjukkan masa depan yang cerah bagi badak Sumatera," tutur CEO WWF-Indonesia, Rizal Malik.
Menurut Rizal, badak Sumatera adalah warisan dan kebanggaan Indonesia. "Kita tidak bisa hanya diam menyaksikan kepunahan spesies ini," katanya.
WWF pun mendukung pemerintah untuk mengambil langkah tegas dalam konservasi spesies ini sebelum terlambat. "Badak dan banyak spesies lain saat ini berada dalam bahaya besar karena habitatnya terus terdegradasi," ujar Rizal.
Selama beberapa bulan ke depan, tim dokter hewan dan para ahli penangkaran akan memantau dan merawat Pahu. Mereka berharap badak Sumatera ini dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya. AFRILIA SURYANIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo