Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Teknologi pangan semakin berkembang dan memungkinkan manusia menciptakan daging sintetis. Apa itu daging sintetis?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Daging sintetis merupakan daging buatan manusia. Dilansir dari laman Pusat Kajian Sains Halal Institut Pertanian Bogor, Selasa, 27 April 2021, daging ini dihasilkan melalui metode kultur jaringan dengan teknik in vitro.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Daging sintetis tentu berbeda dengan daging konvensional. Jika daging konvensional atau daging yang dikonsumsi pada umumnya terdiri dari serabut otot, daging sintetis merupakan hasil pertumbuhan serabut otot dalam kultur sel yang diambil dari sel induk (stem cell) atau sel punca.
Daging sintetis dianggap sebagai alternatif pangan yang lebih sehat dan ramah lingkungan daripada daging konvensional. Proses produksi daging konvensional dilakukan dengan proses pemotongan binatang yang memiliki pengaruh negatif pada lingkungan karena menghasilkan emisi gas rumah kaca.
Selain itu, timbulnya beberapa penyakit pada manusia, termasuk darah tinggi, jantung koroner, kolestrol, dan stroke diakibatkan karena konsumsi daging merah. Konsumsi daging sintetis dianggap lebih sehat karena kandungan nutrien dan komponen lemak pada daging bisa diatur dan dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Dilansir dari laman Forbes, Senin, 17 Februari 2020, inovasi daging sintetis berkembang di seluruh dunia. Pasarnya diperkirakan bernilai USD 15,5 juta pada 2021 dan USD 20 juta pada 2027. Suatu laporan bahkan memperkirakan 35 persen daging pada 2040 adalah daging sintetis.
AMELIA RAHIMA SARI
Baca juga: Ini Daging Masa Depan Tanpa Sembelih Hewan