Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Aplikasi Pengenal Jenis Kayu

Identitas kayu dapat diketahui dalam beberapa detik lewat foto penampang kayu. Berbasis data perpustakaan kayu di Bogor, Jawa Barat, yang memiliki koleksi spesimen terbanyak di dunia.

5 Oktober 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IDENTIFIKASI jenis dan fungsi kayu kini dapat dilakukan lebih cepat lewat aplikasi telepon seluler pintar. Tim dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi membuat Alat Identifikasi Kayu Otomatis (AIKO).

Menurut peneliti dari Pusat Penelitian Informatika LIPI, Esa Prakasa, AIKO adalah aplikasi ponsel pintar berbasis Android yang mampu mengidentifikasi kayu hanya melalui foto penampang kayu. “Cukup dipotret penampangnya dan dalam hitungan detik identitas jenis kayu dapat diketahui,” kata Esa, seperti dilaporkan di situs LIPI, Senin pekan lalu.

Inovasi ini menjadi jawaban atas kendala identifikasi kayu yang selama ini dilakukan secara manual dan bisa menghabiskan waktu hingga dua minggu. Durasi pemeriksaan lama karena ada 163 karakter kayu yang harus diamati. “Permintaan identifikasi kayu terus meningkat dari berbagai pihak, seperti bea-cukai, penegak hukum, dan industri,” tutur Esa.

Aplikasi AIKO diluncurkan dalam pembukaan Festival Kesatuan Pengelola Hutan Tingkat Nasional pada 28 September lalu. Acara yang digelar di hutan pinus Mangunan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, itu dihadiri Presiden Joko Widodo, Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, Kepala LIPI Laksana Tri Handoko, dan lebih dari 5.000 undangan lain.

Peluncuran AIKO dibarengi pengukuhan Xylarium Bogoriense 1915 di Bogor, Jawa Barat, sebagai perpustakaan kayu dengan koleksi terbanyak di dunia. Menteri Siti menandatangani Prasasti Deklarasi Xylarium Bogoriense yang terbuat dari potongan kayu leci (Litchi chinensis) berdiameter 90-108 sentimeter. Pohon yang berasal dari Cina ini ditanam di Kebun Raya Bogor pada 1923, tapi tumbang tahun lalu akibat hujan lebat.

Fasilitas ini menjadi rujukan utama riset serta identifikasi kayu dan telah tercatat dalam Index Xylariorum: Institutional Wood Collections of the World karangan William Louis Stern sejak edisi pertama pada 1957. Fasilitas yang dikelola Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Kementerian Lingkungan Hidup tersebut kini memiliki koleksi lebih dari 192 ribu spesimen. “Prestasi yang patut kita syukuri bersama,” ujar Siti dalam keterangan tertulis di situs kementeriannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


 

Koleksi kayu

Xylarium Bogoriense: 192.395 spesimen

Xylarium Belanda: 125.000 spesimen

Xylarium Amerika Serikat:105.000 spesimen

Xylarium Belgia: 69.000 spesimen

Tumbuhan kayu di Indonesia: 3.667 spesies

 


 

Stok spesimen kayu di Xylarium Bogoriense itulah yang menjadi basis data pelacakan identitas kayu dalam aplikasi AIKO. Saat ini, satu jenis kayu sudah memiliki sekitar 100 sampel foto penampang yang dapat membantu keperluan analisis.

Menurut Esa Prakasa, AIKO juga dapat digunakan untuk membantu pengembangan big data kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia, terutama tumbuhan kayu. “Sangat bermanfaat untuk upaya konservasi,” katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus