Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad) Auliya Abdurrohim Suwantika mengusulkan kombinasi vaksinasi dengan program nyamuk aedes aegypti yang terinfeksi bakteri wolbachia untuk mengatasi kasus demam berdarah yang jumlah dan angka kematiannya relatif tinggi di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Namun vaksinasi belum dimasukkan dalam program imunisasi nasional,” katanya saat orasi ilmiah di acara pengukuhan jabatan guru besar di kampus Unpad, Bandung, Selasa, 23 Januari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada studi analisis efektivitas biaya vaksinasi dengue dengan penyaringan atau skrining sebelum vaksinasi, Auliya dan tim penelitinya mengembangkan static mathematical model untuk membandingkan intervensi dengan atau tanpa vaksinasi ditambah penyaringan.
“Hasil studi menunjukkan bahwa vaksinasi dengue dengan skrining dapat mencegah 278 ribu kasus dengue per tahun dengan potensi penghematan biaya pengobatan hingga US$ 23,4 juta atau Rp 351 miliar,” ujarnya .
Hasil penelitian itu, menurutnya, sejalan dengan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia atau WHO, yaitu hanya mereka dengan hasil tes seropositif yang disarankan untuk divakasinasi dengue.
Selain itu, studi tim riset juga menunjukkan bahwa vaksinasi dengue akan memberikan hasil yang lebih baik jika dikombinasikan dengan program nyamuk terinfeksi wolbachia dan edukasi kesehatan pada saat yang bersamaan. “Nilai efektivitas biaya yang terbaik ditunjukkan untuk skenario vaksinasi dengan program wolbachia,” kata Auliya.
Pada sesi perdana hari pertama acara pengukuhan dan orasi ilmiah Unpad, menampilkan empat orang guru besar baru dari Fakultas Farmasi. Selain Auliya dalam bidang Ilmu Farmaekonomi, ada Irma Melyani Puspitasari dalam bidang Ilmu Farmakologi dan Farmasi Klinik. Kemudian Dolih Gozali dalam bidang Farmasetika dan Teknologi Farmasi, serta Eli Halimah dalam bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik.
Menurut seorang guru besar dan dosen senior Fakultas Farmasi Unpad, Anas Subarnas, setiap tahun jumlah guru besar bertambah. Sampai saat ini ada 22 orang guru besar di Fakultas Farmasi Unpad dari jumlah dosen sebanyak 71 orang. Dari laman Unpad, total selama dua hari acara pada 23-24 Januari 2024 ada 14 dosen yang dikukuhkan sebagai guru besar baru.
Mereka berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yaitu Entang Adhy Muhtar, Erna Maulina, dan Ira Irawati. Sementara guru besar baru dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad yaitu Memed Sueb, Diana Sari, dan Harry Suharman. Adapun dari Fakultas Ilmu Komunikasi yaitu Susanne Dida, Suwandi Sumartias, dan Dian Wardiana Sjuchro.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.