KEHADIRAN limbah tak bisa dihindari. Aktivitas manusia yang makin tinggi membuat kian banyak limbah bertumpuk. Memang banyak cara untuk menjinakkan limbah yang beraneka ragam. Tapi jarang-jarang ada orang yang memberikan perhatian sampai ke limbah di dalam septic tank, seperti dilakukan trio Nyonya Winantuningsih, Suharto, dan Rosanto, staf pengajar Fakultas Pertanian UNS, Solo. Lewat perusahaan berskala rumah tangga, ketiganya memproduksi Starbio, bubuk cokelat yang berkhasiat menghilangkan bau dari septic tank. ''Dan septic tank tak cepat penuh,'' ujar Winantuningsih. Target Starbio, tentu, tak hanya limbah septic tank. Bubuk Starbio ini, tambah Winantuningsih, bisa dipakai untuk menjinakkan pelbagai limbah, selama masih berbentuk bahan organik, sisa-sisa jasad hidup. Keampuhan Starbio, antara lain, telah diuji di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Ampel, Boyolali, Mei lalu. Limbah pemotongan hewan yang mengandung darah, lemak, dan serpihan daging itu membuat penduduk setempat resah karena aroma busuknya menyengat luar biasa. Sembari membimbing mahasiswa Fakultas Pertanian UNS melakukan KKN, Winantuningsih dan Suharto membawa bubuk Starbio dan menaburkannya pada bak-bak penampungan limbah pemotongan hewan tadi. Hasilnya, bau limbah itu lenyap. ''Dan tak ada protes lagi,'' ujar Soeyono, Kepala RPH Ampel. Berikutnya, Starbio dijajal di limbah industri batik Golden Overseas di Palur, Karanganyar, sebelah timur Solo. Uji coba Juli lalu itu pun dianggap berhasil. Starbio dianggap ampuh menjinakkan limbah zat warna dan malam yang masih tergolong senyawa organik itu. Maka, tanpa diminta kini Kepala Kantor Departemen Perindustrian Karanganyar, Kartono, menganjurkan pabrik-pabrik di Palur mencoba Starbio untuk mengendalikan limbah industri mereka. Bubuk Starbio itu sebetulnya adalah koloni kecil bibit mikroba yang dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput. Campuran itu kemudian digiling hingga membentuk butiran. Dalam koloni itu terdapat mikroba dengan pelbagai spesialisasi. Ada yang pintar mengurai selulosa, ada pemakan lemak, dan ada pemangsa serat lignin dan protein. Trio sarjana pertanian ini mengoleksi klon-klon mikroba unggul itu sejak 1981. Ada mikroba yang diambil dari lantai hutan, ada yang dari perut sapi, dan ada yang dari kotoran kerbau. Pendek kata, jasad renik ini dientaskan dari tempat- tempat kotor. Proses berikutnya adalah seleksi. Mikroba-mikroba itu diadaptasikan dengan segala macam lingkungan bersuasana asam, bersuasana basa, bersuasana lembap, bersuana kering, sampai dalam air berdeterjen yang sulit bagi makhluk sekelas jasad renik. Walhasil, yang tersisa adalah mereka yang benar- benar rakus dan tahan banting. Anak-cucu mikroba bandel itulah yang kemudian dikemas sebagai Starbio. Di Indonesia, klon-klon bakteri antilimbah itu sudah banyak diternakkan orang. Tapi umumnya klon itu punya spesialisasi sempit, seperti bakteri antilimbah kertas yang dikembangkan Pabrik Kertas Tjiwi Kimia di Sidoardjo, Jawa Timur. PTH dan KR
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini