Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Penjinak limbah dari sukabumi

Ditemukan, penjinak baru limbah industri: zeolit. uji coba keampuhan zeolit telah dilakukan pada 30 pabrik, dari industri tekstil, kulit, rokok, sampai industri dodol garut.

11 September 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LUBANG-lubang bekas galian zeolit di kaki bukit-bukit kapur di Kecamatan Cikembar dan Geger Bitung, Sukabumi, tampak makin menganga. Bagaimana bukit-bukit kapur itu tak makin ciut bila setiap tahun tak kurang dari 40.000 ton zeolit diangkut enam perusahaan penambangan untuk keperluan dunia industri? Batuan zeolit itu, menurut Karsam Budiman, Kepala Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Sukabumi, dicari orang karena bisa dipakai sebagai penjinak limbah industri. Permintaan akan batuan putih yang mirip kapur itu terutama datang dari Taiwan. PT Damarti Ayu Agung, salah satu perusahaan penambang zeolit di Geger Bitung, mengaku sampai kewalahan untuk memenuhi permintaan sebuah perusahaan di Taiwan, yang minta dikirimi batuan itu sebanyak 450 ton setiap bulan. ''Kami tak sanggup memenuhi permintaan itu. Terpaksa kontrak kami lepas,'' ujar Kurnia Kartamuhari, bos Damarti. Bekas promotor tinju itu mengaku baru bisa melayani order lokal dengan skala kecil. Dirjen Pertambangan Umum, Adjat Sudradjat, membenarkan bahwa zeolit bisa digunakan sebagai pembersih limbah. ''Bahan pencemar organik, anorganik, dan bau limbah bisa habis diserap batuan itu,'' katanya kepada Kukuh Karsadi dari TEMPO. Zeolit dalam bentuk tepung, tambah Adjat, memiliki rongga-rongga mikro yang bisa menyerap banyak macam bahan pencemar. Komar Priatna Anwar, tenaga ahli di Damarti, mengaku pernah mencoba keampuhan zeolit pada 30 pabrik, dari industri tekstil, kulit, rokok, sampai industri dodol Garut. ''Hasilnya memuaskan,'' ujar sarjana pertambangan lulusan ITB itu kepada Taufik Abriansyah dari TEMPO. Salah satu contoh yang disebut oleh pensiunan dari Pusat Pengembangan Teknologi Mineral Departemen Pertambangan itu adalah uji coba zeolit untuk menangani limbah cair pada sebuah pabrik tekstil di Pemalang, Jawa Tengah. Air limbah pabrik tekstil itu, kata Komar, berwana keruh, mengandung bahan pencemar organik dan anorganik tinggi, yang ditunjukkan dengan nilai BOD 150 ppm dan COD 450 ppm, dengan tingkat keasaman yang amat rendah (pH 910,5). Dengan taburan bubuk zeolit, sebanyak 400 gram per meter kubik limbah, air buangan pabrik itu menjadi jernih. BOD dan COD sontak turun menjadi 50 dan 90 ppm, dan pH turun menjadi 68. Dengan kadar semacam itu, limbah dianggap tidak berbahaya. Rongga-rongga mikro pada zeolit, menurut Komar, menyerap logam-logam berbahaya dalam limbah itu. Sebagai gantinya, zeolit melepaskan logam yang tak berbahaya: kalium, kalsium, dan magnesium. Logam-logam itu kemudian mengikat senyawa- senyawa asam di larutan limbah, dan mengendapkannya. Struktur zeolit yang mempunyai gugus-gugus bermuatan listrik berguna pula untuk menetralisasi partikel-partikel halus yang melayang di air limbah lantas digumpalkan dan diendapkan. Pendek kata, zeolit ini punya banyak cara menghadapi bahan pencemar. Zeolit bukan barang yang teramat langka di Indonesia. Di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, tersimpan banyak deposit zeolit. Di Jawa Barat saja ada 11 perbukitan zeolit. Mineral ini, menurut Adjat, terbentuk lewat proses yang unik: endapan lava dari gunung berapi yang terendam air laut, karena proses perubahan kontur bumi, muncul lagi ke permukaan. Tak mengherankan kalau zeolit kaya akan bahan natrium, kalsium, dan magnesium. Secara alamiah, zeolit tidak begitu reaktif. Untuk digunakan sebagai penjinak limbah, mineral ini harus diaktivasi. Damarti punya teknik sendiri untuk mengaktifkannya. Ada yang dibakar sampai 400 derajat Celsius selama satu jam (proses basa), ada pula yang dicelupkan dalam larutan asam sulfat, dikeringkan dengan pemanasan 400 derajat Celsius (proses asam), baru kemudian digiling halus. Zeolit yang aktivasinya dengan proses asam mujarab untuk menangani limbah peternakan babi. Maka, pengusaha peternakan babi di Taiwan mengimpor bubuk zeolit itu untuk dipakai menghilangkan warna, bau, dan bahan pencemar dalam limbah peternakan mereka. Hanya saja, proses pengolahan limbah dengan zeolit ini cukup mahal. Untuk menetralisasi limbah sebuah pabrik tekstil, sekitar 20 ribu meter kubik limbah sehari, diperlukan biaya sekitar Rp 6,5 juta. Putut Trihusodo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus