Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Bakteri dapat menjelajah ribuan kilometer di udara tanpa memerlukan perantara.
Bakteriofag—virus yang menginfeksi bakteri—dapat ditemukan di mana-mana.
Bakteri harus berevolusi sangat cepat dan menjadi berbeda.
Studi terbaru oleh para peneliti di Rutgers University, Amerika Serikat, menemukan bukti bahwa bakteri dapat terbang sejauh ribuan kilometer di udara. Hebatnya, mereka tak membutuhkan perantara, misalnya manusia atau hewan, sebagai alat transportasi.
Para peneliti yakin teori "jembatan udara” ini dapat menjelaskan bagaimana bakteri berbahaya memiliki gen resistansi antibiotik yang sama. Hasil penelitian mereka ini diterbitkan dalam jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society B.
"Penelitian kami menunjukkan ada mekanisme yang menjamin pertukaran bakteri di antara tempat yang jauh," kata Konstantin Severinov, profesor biologi molekuler dan biokimia di School of Arts and Sciences di Rutgers University-New Brunswick.
Sebab, Severinov menjelaskan, bakteri yang dipelajari timnya hidup di air panas, yakni sekitar 71 derajat Celsius, dan di tempat terpencil. Jadi, kecil kemungkinan hewan darat, burung, ataupun manusia mengangkutnya.
"Mereka berpindah melalui udara dan pergerakan ini sangat luas, sehingga bakteri di tempat-tempat terpencil memiliki karakteristik yang sama dengan di tempat lain,” kata Severinov.
Penelitian ini difokuskan pada memori molekuler yang disimpan dalam DNA bakteri, yang memberikan catatan kapan bakteri tersebut menemukan virus. Bakteriofag virus yang menginfeksi bakteri dapat ditemukan di mana-mana. Itu sebabnya bakteri itu ada dan memiliki pengaruh besar pada populasi mikroba.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo