Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Bambu Bisa Bertahan Hidup Selama 2 Tahun di Air Tawar, Sebab...

Operasi pembongkaran pun direncanakan terus berlangsung hingga semua bambu yang digunakan untuk pagar ini benar-benar diangkat.

30 Januari 2025 | 16.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Warga Desa Tanjung Sari mengambil bambu bekas pagar laut yang telah dibongkar, di Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, 22 Januari 2025. Tempo/Hammam Izzuddin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Lepas pantai Kabupaten Tangerang, Banten, dan Kabupaten Bekasi terbentang ribuan batang bambu yang disusun menjadi pagar laut. Keberadaan pagar laut ini menimbulkan masalah bagi nelayan setempat. Selain mengganggu aktivitas mereka, pagar ini dinyatakan ilegal oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pagar laut ilegal ini memiliki panjang sekitar 30,16 kilometer. Operasi pembongkaran pun direncanakan terus berlangsung hingga semua bambu yang digunakan untuk pagar ini benar-benar diangkat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lantas berapa lama bambu bertahan di dalam air tawar?

Bambu sebenarnya dikenal sebagai material yang ramah lingkungan. Dalam dunia konstruksi, bambu sering dimanfaatkan karena daur tumbuhnya yang relatif cepat, yaitu 3-4 tahun dan proses pemanenannya yang tidak menyebabkan kerusakan lingkungan secara besar-besaran.

Namun, tanpa perlakuan khusus bambu memiliki kelemahan dalam hal ketahanan. Secara alami, bambu hanya mampu bertahan sekitar dua tahun di kondisi terbuka. Berbagai teknik pengawetan seperti perendaman dalam air, pengeringan sinar matahari, atau penggunaan bahan kimia seperti boraks dan asam borat dapat memperpanjang usia material ini.

Dikutip dari penelitian Jurnal Penelitian Teknologi Industri, bambu yang direndam dalam air sungai sungai memiliki ketahanan lebih baik terhadap jamur dibandingkan bambu yang tidak direndam. Secara alami bambu hanya dapat bertahan sekitar dua tahun di dalam air. Meski demikian, penggunaan bambu untuk pagar laut di Tangerang ini menjadi salah satu contoh salah penerapan material alami, yang akhirnya merugikan masyarakat sekitar.

Pagar laut yang dibuat dari ribuan bambu ini telah menyulitkan nelayan setempat. Jalur perahu mereka terganggu, dan akses ke lokasi penangkapan ikan menjadi terbatas. Bagi nelayan yang menggantungkan hidup dari hasil laut, keberadaan pagar ini bukan hanya menghalangi mata pencaharian, tetapi juga berpotensi memicu konflik di antara pengguna perairan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus