Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keberadaan pagar laut yang berupa ribuan bambu berjajar di lepas pantai Kabupaten Tangerang, Banten, dan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Selain menimbulkan pertanyaan besar mengenai legalitasnya, pagar laut ini juga mengganggu aktivitas nelayan setempat yang menggantungkan hidup pada hasil tangkapan di perairan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah dinyatakan ilegal oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), akhirnya pada Sabtu, 18 Januari 2025 sebanyak 300 personel TNI Angkatan Laut bersama warga dikerahkan untuk membongkar pagar laut ilegal sepanjang 30,16 kilometer yang terletak di perairan Tangerang.
Tak hanya itu, Direktorat Kepolisian Air dan Udara Polda Metro Jaya juga mengerahkan 19 personel dikerahkan untuk membongkar pagar laut yang berada di wilayah tersebut pada Senin, 27 Januari 2025.
Proses pembongkaran pagar laut yang terbuat dari bambu dilakukan dengan sederhana. Pagar-pagar tersebut diikat dengan tali, lalu ditarik menggunakan boat. Hingga saat ini, pembongkaran semacam ini dilakukan secara berkala di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Namun, panjang pagar laut yang sudah berhasil dibongkar belum dapat dipastikan. “Pembongkaran ini masih akan berlanjut secara berkala,” tambah Fredy.
Bambu, yang digunakan sebagai bahan utama pagar laut tersebut, sebenarnya dikenal sebagai material ramah lingkungan. Dengan masa pertumbuhan yang cepat hanya sekitar 3 hingga 4 tahun.
Terkait daya tahan bambu di lingkungan air laut, dikutip dari Journal of Global Forest and Environmental Science, penelitian yang dilakukan oleh Arie Heriyanto dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa perendaman bambu di air laut dapat meningkatkan ketahanan material ini terhadap kerusakan akibat jamur dan mikroorganisme. Namun, perendaman tanpa perlakuan khusus tetap membuat bambu rentan terhadap serangan organisme perusak seperti rayap, kumbang bubuk, dan jamur sehingga bambu lebih mudah lapuk.
Sejalan dengan itu, dilansir dari Jurnal Penelitian Teknologi Industri yang diteliti oleh Broerie Pojoh mengungkapkan bahwa tanpa perlakuan tambahan, bambu hanya mampu bertahan sekitar dua tahun di lingkungan terbuka.
Ketahanan alami bambu bergantung pada faktor lingkungan, seperti kadar air dan keberadaan zat pati yang menarik organisme perusak. Jika tidak ditangani dengan tepat, bambu yang direndam di laut dapat mengalami kerusakan biologis dan non-biologis, yang berpotensi menyebabkan gangguan ekosistem.
Pilihan editor: Benarkah Pagar Laut dari Bambu Punya Potensi Cegah Abrasi?