Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Banjir yang melanda hampir seluruh kawasan Jabodetabek mulai membuat khawatir. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mulai melakukan tindakan-tindakan penanggulangan, salah satunya adalah modifikasi cuaca atau Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TMC adalah salah satu bentuk manipulasi kondisi atmosfer dalam ranah hidrometeorologi. Teknologi ini akan secara sengaja mengubah kondisi atmosfer wilayah tertentu untuk meningkatkan curah hujan sampai menghentikan intensitas hujan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TMC bukan lagi sebuah metode baru yang dilakukan untuk mengatasi siklus hujan yang ekstrem. Metode ini akan mengendalikan awan hingga angin untuk mengatur siklon dalam sebuah daerah atau bahkan tingkat regional. TMC sudah berlangsung sejak masa Indonesia merdeka, tepatnya 1946.
Namun, hal ini tidak langsung dilakukan di Indonesia. Negara yang pertama sekali menerapkannya adalah Amerika Serikat, negara bagian New York. Adapun yang mencetus sistem modifikasi siklon ini adalah Vincent Scaefer dan Irving Langmuir.
Dalam proses ini, modifikasi cuaca akan menggunakan bahan-bahan kimia untuk menyemai awan. Penyemaian awan atau cloud seeding ini akan dibantu NaCL (Natrium Klorida) atau yang kita kenal dengan garam. Nantinya, pesawat terbang akan menyebarkan garam ini ke area yang memiliki tingkat ketebalan awan dan merangsang pembentukan dan/atau pengendapan hujan.
Mengutip dari Antara, DKI Jakarta sendiri, semenjak Februari sudah dilakukan TMC untuk mengurangi dampak cuaca ekstrem. Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), TNI Angkatan Udara (TNI AU), dan PT Rekayasa Atmosphere Indonesia sudah bekerja sama untuk mengurangi potensi hujan ekstrem.
Namun, mereka menggunakan nama yang berbeda, bukan TMC melainkan Operasi Manipulasi Cuaca (OMC). OMC harapnya bisa meminimalisir risiko banjir akibat hujan lebat. S
OMC ini bertujuan meminimalkan risiko banjir akibat hujan lebat yang sering terjadi pada akhir tahun. Operasi ini melibatkan penyemaian garam di awan-awan yang berpotensi menurunkan hujan lebat, sehingga intensitas hujan dapat dikurangi sebelum mencapai wilayah perkotaan.
Sayangnya, OMC yang diklaim berhasil untuk mengurangi risiko banjir di wilayah Jabodetabek tidak berhasil. Pasalnya, saat ini Jabodetabek malah mengalami banjir di banyak wilayah. BPBD Jakarta mencatat sudah 4.258 jiwa yang harus mengungsi akibat banjir besar kali ini.
Nia Heppy, Syahdi Muharram, dan Raden Putri Alpadillah Ganjar berkontribusi dalam tulisan ini.