KALAU bukan mesin pemusnah sampah, ada lagi yang lebih murah,
bisa dibuat di tiap rumahtangga. Hal ini dibahas ketika IPB
(Institut Pertanian Bogor) menyelenggarakan Temu Karya
Penelitian Pemusnahan Sampah bulan lalu.
Antara lain disebutkan bahwa sampah pasar bisa dimusnahkan lewat
mulut sapi dan babi. Gagasan sampah untuk makanan ternak ini
diajukan oleh Prof. Dr. Ir. Soeratno Partoatmodjo. Dia rupanya
cenderung memakai binatang sebagai "mesin" pemusnah sampah.
Memang peternak babi di sekitar Tangerang atau Karawang biasa
membeli buangan dari hotel-hotel besar di Jakarta untuk makanan
babinya.
Ada pula yang menyinggung masalah sampah rumahtangga yang bisa
dimusnahkan lewat cacing. "Kami sudah meneliti, bahwa biomas
cacing dapat menghancurkan sampah," kata Suratno. Tong sampah
yang ideal untuk tempat tinggal cacing ialah yang berukuran 2,5
x 0,9 x 0,6 meter. Menurut penelitian, seekor cacing merah makan
sampah sebanyak 4 gram/hari. Jadi untuk 4 ton sampah, diperlukan
gumpalan cacing sekitar 1 juta.
Cacing, dalam tempo 90 hari, bisa berkembang biak 10 kali lipat,
kalau dia makan sampah organik. Sedangkan cacing mempunyai
protein 40% lebih tinggi dari pada biomas lainnya, demikian Dr.
H.H. Sitompul, seorang peneliti. "Masalahnya ialah bagaimana
meyakinkan masyarakat. Memasyarakatkan cacing inilah yang
sulit."
Pendapat mengenai ternak dan cacing sebagai pemusnah sampah
mendapat tanggapan luas, dan diragukan Undang Santosa jelas
menyangsikannya. "Saya ragu," katanya, "karena sampah di
Indonesia masih berbaur dari yang organik, anorganik dan
sebagainya".
Tentu saja sapi --yang dagingnya jadi makanan manusia--harus
melakukan tes medikal, kalau makanannya sampah pasar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini