Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa bayi telah lahir ke dunia ini dengan DNA dari tiga orang tua. Mereka dihasilkan dari metode terobosan dalam teknik pembuahan di luar rahim (in vitro fertilisation, IVF) yang bertujuan mencegah si bayi mewarisi penyakit yang tak bisa disembuhkan dari orang tuanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Metodenya dikenal sebagai mitochondrial donation treatment atau MDT. Menggunakan jaringan sel telur dari donor perempuan yang sehat, metode ini bertujuan menciptakan IVF embrio yang bebas dari mutasi gen berbahaya bawaan orang tua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pertama terdengar pada 2016, metode ini telah mendapat pengesahan oleh Human Fertilization and Embryology Authority (HFEA) di Inggris, dan telah digunakan untuk kelahiran sejumlah bayi di negara itu sampai dengan bulan ini.
Apa Itu Mitochondrial Donation Treatment (MDT)?
Metode ini seluruhnya tentang mitokondria. Tepatnya, mitokondria yang tak sempurna.
Karena mitokondria menyuplai energi ke sel-sel, mitokondria yang cacat bisa menjadikannya sumber banyak masalah. Sebagai catatan, di Inggris Raya, sebanyak satu dari 200 bayi lahir dengan kelainan mitokondria setiap tahunnya.
Sebagian dari efek kelainan itu--seperti kerusakan otak dan gagal jantung--bersifat fatal dalam hitungan jam setelah kelahiran. Lainnya, seperti kebutaan atau hilangnya massa otot, dapat berefek seumur hidup. Di sinilah kemudian berkembang teknik tiga-bagian DNA dari MDT.
Prosedur ini diawali dari kondisi telur yang telah dibuahi melalui teknik IVF diketahui memiliki mitokondria yang tidak sehat. Jika diteruskan, embrio bisa tumbuh menjadi bayi yang mewarisi penyakit mitokondria. Pembuahan menggunakan sperma yang sama kemudian dilakukan atas sel telur perempuan donor dengan mitokondria yang sehat.
Material inti sel telur dari orang tua yang 'asli' kemudian diekstrak dari dalam sel, meninggalkan organel mitokondria yang rusak di dalamnya. Sebaliknya dengan inti sel hasil pembuahan sel telur dari perempuan donor: inti sel disingkirkan sehingga sel telur hanya berisi mitokondria.
Sel dengan mitokondria yang sehat itu kemudian diisikan inti sel yang pertama--sehingga anak hasil tumbuh kembang embrio itu akan mewarisi mitokondria yang sehat.
Dan sejak mitokondria berisi DNA--sekitar 37 gen, meski itu hanya menyusun sekitar 0,1 persen total DNA seorang bayi--di sinilah berlaku DNA dari tiga orang tua ada dalam bayi itu.
Teknik MDT: Antara Inggris, Amerika dan Meksiko
Konsep ini tidaklah benar-benar baru. Prosedur ini pertama diperkenalkan oleh Newcastle Fertility Centre dan pertama dikerjakan oleh tim dokter asal Amerika Serikat pada 2016. Mereka mengimplementasikannya di Meksiko, karena regulasi di AS mencegah prosedur itu diterapkan.
Sementara di Inggris, penerapan metode itu pertama kali mendapatkan izin pada 2018. Selanjutnya, izin diberikan HFEA kasus per kasus dan disebutkan telah mencapai 30 kasus.
Tapi, para dokter di klinik di Newcastle tak pernah merilis detail kasus kelahiran bayi dari program MDT tersebut. Adapun HFEA hanya menyebutkan kurang dari lima yang sudah lahir per April tahun ini.
Yang jelas, chief executive di HFEA Peter Thompson mengatakan, teknik MDT menawarkan keluarga-keluarga dengan penyakit mitokondria keturunan yang parah peluang untuk memiliki anak yang sehat. "Tapi ini masih sangat awal untuk MDT, dan HFEA masih terus mereview perkembangan ilmiah dan klinisnya," kata dia.
Dagan Wells, profesor genetika reproduktif di University of Oxford, mengungkap kalau pengalaman klinis dari teknik itu menjanjikan, tapi terlalu awal untuk mengetahui tentang keselamatan prosedurnya. Termasuk apakah bayi benar-benar terbebas dari penyakit mitokondria. "Tindak lanjut jangka panjangnya terhadap anak-anak yang dilahirkan sangat penting," kata dia.
Kolega Wells di Oxford, Joanna Poulton, profesor genetika mitokondria, juga menyatakan kelahiran bayi-bayi menggunakan prosedur baru itu adalah langkah maju yang besar. Tapi, dia setuju, efek jangka panjangnya belum diketahui.
Selain prosedur yang dapat berpotensi menyebabkan efek kerusakan sel yang membutuhkan 'reorganisasi radikal', Poulton mengatakan, "Regulasi ketat dan pengecekan kepada hal-hal yang masih belum diketahui dari teknologi ini sangat dibutuhkan."
POPULAR MECHANICS, THE GUARDIAN, BBC, AP
Pilihan Editor: Ular Kobra Albino yang Langka Masuk Rumah Warga di India