Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Begini Cara Astronot Muslim Wudu dan Salat di Antariksa

Salat di antariksa tentu berbeda dengan di daratan bumi.

21 Mei 2018 | 12.10 WIB

Sheikh Muszapar Shukor, astronot asal Malaysia, yang melakukan salat di Stasiun Antariksa Internasional (ISS). (youtube.com)
Perbesar
Sheikh Muszapar Shukor, astronot asal Malaysia, yang melakukan salat di Stasiun Antariksa Internasional (ISS). (youtube.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Salat di antariksa tentu berbeda dengan di daratan bumi. Di bumi, gravitasi memungkinkan kita menapakkan kaki dan berlutut saat berdoa. Tapi, saat di antariksa, saat gravitasi nol, itu akan sulit dilakukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Astronot asal Malaysia, Sheikh Muszapar Shukor, sempat merasakan puasa di antariksa. Shukor adalah astronot Malaysia pertama yang dikirim ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) pada 2007. Dia mengembang misi riset selama 10 hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sebelum Shukor berangkat, Dewan Fatwa Nasional Malaysia kala itu sempat mengeluarkan aturan soal salat di antariksa. "Waktu siang dan malam selama 24 jam harus disesuaikan dengan zona waktu tempat peluncuran," tulis Dewan, seperti dilansir media lokal dan dikutip Space.com.

Untuk arah kiblat, Dewan Fatwa menyatakan setiap muslim yang berada di antariksa, apabila sulit menghadap kakbah, diharuskan menghadap ke bumi sebagai kiblat. Soal wudu, bisa digunakan tisu atau handuk basah.

"Nanti, Shukor juga boleh salat tanpa berlutut karena pasti akan sulit di tempat dengan gravitasi nol," tulis Dewan Fatwa Malaysia.

Selama Shukor di sana, kebetulan bertepatan dengan bulan Ramadan. Saat itu, Ramadan jatuh pada bulan September-Oktober dalam kalender Masehi. Hal yang menarik dan menjadi masalah untuk berpuasa Shukor saat itu adalah ISS mengorbit pada bumi selama 16 kali tiap hari ya. Itu berarti astronot selalu melihat matahari terbit dan terbenam tiap 90 menit sekali

Pertanyaannya, bagaimana cara Shukor berpuasa? Jamaluddin Jarjis, Menteri Sains Malaysia saat itu, mengatakan, Shukor sebetulnya tidak diwajibkan berpuasa, terlebih waktu matahari terbit dan terbenam sangat cepat.

"Shukor sebetulnya bisa mengganti puasanya saat dia kembali ke bumi," kata Jarjis, seperti dilansir laman Space.com, kala itu. Sebaliknya, Shukor malah berharap tetap bisa berpuasa meski tugas utamanya adalah riset. "Saya sudah mendapatkan pelatihan puasa di antariksa dalam pelatihan."

Simak artikel menarik lainnya tentang salat di antariksa hanya di kanal Tekno Tempo.co.

SPACE.COM | AMB

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus