Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Berbadan Dua Tetap Juara

Petenis putri Serena Williams menjadi salah satu pusat perhatian dalam acara Met Gala 2017 di Metropolitan Museum of Art Costume Institute, New York, Amerika Serikat, Senin pekan lalu. Dalam acara yang dihadiri bintang Hollywood dan selebritas di industri fashion itu, Serena mengenakan gaun panjang hijau tanpa lengan.

8 Mei 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Petenis putri Serena Williams menjadi salah satu pusat perhatian dalam acara Met Gala 2017 di Metropolitan Museum of Art Costume Institute, New York, Amerika Serikat, Senin pekan lalu. Dalam acara yang dihadiri bintang Hollywood dan selebritas di industri fashion itu, Serena mengenakan gaun panjang hijau tanpa lengan.

Bukan pakaian Serena yang menjadi sorotan media dan undangan, melainkan perutnya yang mulai membesar. Ya, petenis putri nomor satu dunia itu sedang hamil 23 pekan. Kehamilannya sempat membuat banyak orang terkejut. Bukan apa-apa. Jika kandungannya pekan lalu berusia 23 pekan, artinya petenis Amerika Serikat ini sedang hamil delapan pekan saat menjuarai turnamen Grand Slam Australia Terbuka pada Januari lalu. Di final, ia mengalahkan kakaknya, Venus Williams, dengan skor 6-4, 6-4. Hebatnya, Serena tak kehilangan satu set pun dalam turnamen ini.

Kehamilan Serena, 35 tahun, terungkap setelah sebuah swafoto yang memperlihatkan perut buncitnya tersebar di media sosial Snapchat tiga pekan lalu. Dalam foto itu tertulis "20 pekan". Menurut Serena, foto itu ia ambil saat sedang berlibur. "Seperti kebanyakan orang, saya pun berfoto-foto," ucap Serena kepada Gayle King dalam acara "2017 Ted Conference" dua pekan lalu. "Foto itu bukan untuk disebar, tapi saya salah memencet tombol. Dan, Anda tahu bagaimana media sosial, salah kirim langsung menjadi viral."

Meski sempat menghapus foto tersebut, kekasih salah satu pendiri situs hiburan Reddit, Alexis Ohanian, ini kini malah bangga atas kehamilannya. Di akun Instagram, Serena menulis, "Saya sudah tak sabar bertemu denganmu, anakku. Saya ingin tahun depan kamu ada di barisan bangku penonton. Yang paling penting, saya bahagia menjadi petenis nomor satu dunia lagi bersama kamu." Senin dua pekan lalu, Serena kembali menempati peringkat pertama dunia menggeser petenis Jerman, Angelique Kerber.

Penampilan luar biasa Serena di Australia Terbuka tak hanya menjadi bahan perbincangan di dunia olahraga, tapi juga di kalangan ilmuwan. Yang membuat mereka terkesan, meski berbadan dua, Serena tetap mampu menjadi juara. "Saya baru tahu sedang hamil dua hari sebelum tampil di Australia Terbuka," katanya.

Lantas, yang menjadi pertanyaan, bagaimana mungkin seseorang yang sedang mengandung dapat tampil luar biasa seperti Serena.

Hamil muda tentu dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang. Ada wanita yang merasa mual-mual dan lemas pada awal kehamilan, tapi ada juga yang tak merasakan adanya perubahan. Yang pasti, kehamilan akan meningkatkan jumlah sel darah merah dalam tubuh. "Pada trimester pertama, volume darah yang dipompa oleh jantung meningkat sepuluh persen," ucap Karin Larsen dari Swedish School of Sport and Health Sciences.

Larsen melanjutkan, dengan bertambahnya sel darah merah, tubuh dapat menyerap oksigen lebih banyak dan mengalirkannya ke bagian otot yang aktif. Korelasi positif antara jumlah oksigen yang meningkat dan terdongkraknya performa atlet telah banyak terbukti. Untuk menambah jumlah sel darah merah, beberapa atlet biasanya berlatih di wilayah dataran tinggi. Ketika mereka kembali ke dataran rendah, ada tambahan oksigen dalam tubuh mereka yang dapat membantu stamina meningkat. Kondisi itu bertahan selama beberapa hari.

Untuk ibu hamil, ukuran jantung juga membesar. Ini membuat persediaan oksigen bertambah banyak untuk dialirkan ke seluruh otot. Namun apakah hal itu dapat membuat stamina terdongkrak? Untuk masalah ini, para ilmuwan berbeda pendapat. James Pivarnik dari Michigan State University di East Lansing mengatakan perubahan besar baru terjadi pada masa kehamilan trimester kedua. "Pada saat itu, karena berat tubuh naik, dibutuhkan tenaga lebih besar untuk melakukan aktivitas," katanya.

Perubahan hormon juga bisa menjadi pendorong terjadinya peningkatan performa. Gelombang kejut pada estrogen dan progesteron dapat mengubah proses metabolisme yang pada akhirnya membuat tubuh lebih memilih lemak untuk digunakan sebagai sumber energi ketimbang karbohidrat. Hal tersebut membuat wanita hamil memiliki banyak cadangan karbohidrat yang dapat digunakan sebagai sumber tambahan energi. "Tapi itu baru sebatas teori," ucap Pivarnik.

Pada era 1970 dan 1980, teori seperti itu diyakini kebenarannya. Maka muncullah istilah abortion doping. Artinya, atlet wanita didorong untuk hamil sebelum tampil dalam sebuah kompetisi tingkat tinggi. Setelah itu mereka diminta menggugurkan kandungannya. "Ingat, kehamilan bukan dianggap sebagai doping," kata Nick Wojek, kepala sains dan obat-obatan di UK Anti-Doping. "Tak ada aturan yang melarang atlet hamil. Jadi, boleh-boleh saja."

Meski begitu, menurut Chris Cooper dari University of Essex, abortion doping memiliki risiko tinggi. "Saya rasa ini masalah individu masing-masing, apakah ada manfaatnya atau tidak. Mungkin juga ini hanya mitos, bukan kenyataan," ucapnya.

Pada 4 Februari lalu, kolumnis Celeste McGovern menulis artikel berjudul "Brave New World" di majalah Report. Dia menyatakan metode doping darah digunakan oleh banyak atlet wanita untuk mendongkrak stamina. Lantaran atlet yang terbukti memakai obat pemacu dapat terkena sanksi tegas hingga larangan tampil seumur hidup, metode kehamilan dan aborsi menjadi alternatif dan sulit dilarang.

Pendapat McGovern itu dibenarkan Mona Passignano, direktur riset di kelompok pro-kehidupan dari Texas, Life Dynamics. "Prosedur tes doping saat ini sangat ketat. Tak ada atlet yang bisa lolos. Akibatnya, kehamilan menjadi pilihan paling banyak diminati untuk meningkatkan performa," katanya.

Serena tentu bukan termasuk atlet yang dengan sengaja hamil lantas melakukan aborsi demi meraih gelar juara turnamen Grand Slam ke-23 sepanjang kariernya. Ia pun tak mau dibilang kariernya sudah tamat setelah kehamilan pertamanya ini. "Saya belum habis. Saya akan kembali ke lapangan setelah melahirkan nanti," ujarnya berjanji.

Seandainya bisa bermain lagi dan berhasil menjuarai Grand Slam , Serena akan menyamai prestasi yang pernah diukir Kim Clijsters. Petenis Belgia ini menjadi juara Grand Slam Amerika Terbuka hanya 18 bulan setelah melahirkan putri pertamanya. Begitu juga petenis Victoria Azarenka (Belarus), atlet cabang atletik Jessica Ennis-Hill (Inggris), pelari jarak jauh Paula Radcliffe (Inggris), dan pemain sepak bola Katie Chapman (Inggris), yang kembali ke lapangan setelah melahirkan dan mencatatkan prestasi bagus.

Siapa pula yang dapat melupakan aksi atlet Amerika Serikat, Alysia Montano, yang tampil dalam lomba lari 800 meter di kejuaraan nasional atletik di negaranya meski sedang hamil 34 pekan. "Anda tak harus membuktikan apa-apa," ucap Serena tentang atlet hamil yang masih tampil berlomba. "Anda hanya harus yakin pada kemampuan diri Anda dan tampil sebaik mungkin. Itu saja."

Firman Atmakusuma (Newscientist, Guardian, Vogue, NewYorkTimes)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus