Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Kisah Generasi Milenial tanpa Daya Kejut

Bayangkan Steve Jobs dan Mark Zuckerberg dan institusi NSA dalam satu tubuh bernama The Circle.

8 Mei 2017 | 00.00 WIB

Kisah Generasi Milenial tanpa Daya Kejut
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Bayangkan Steve Jobs dan Mark Zuckerberg dan institusi NSA dalam satu tubuh bernama The Circle.

Yang terjadi, dalam bayangan novelis Dave Eggers yang kemudian diangkat sebagai film ini: sebuah komunitas generasi milenial yang hidup bersama di sebuah "perkampungan mewah" dengan berbagai fasilitas. Kemewahan fasilitas para karyawannya ini konon dikucurkan agar seluruh waktu dalam seminggu mereka diabdikan sepenuhnya untuk temuan-temuan baru dalam perusahaan teknologi informasi bernama The Circle, yang dipimpin oleh duo visioner, Eamon Bailey (Tom Hanks) dan Tom Stenton (Patton Oswalt). Perusahaan terbesar dan tersukses di Amerika Serikat ini, dalam bayangan "futuristik Eggers", mempunyai filsafat bahwa "berbagi adalah segalanya" dan "meraup informasi sebanyak-banyaknya adalah kunci".

Adalah si anak bau kencur Mae Holland (Emma Watson) yang meluncur ke dalam kerajaan informasi ini. Takjub? Tentu saja. The Circle seperti sebuah kota kecil dengan fasilitas kosmopolit: bukan hanya kolam renang; lapangan sepak bola, tenis, dan badminton; ring tinju; tapi juga bioskop, tempat konser, dan segala "kebutuhan karyawan generasi milenial untuk bersenang-senang sebelum mereka dihajar jam-jam kerja". Jika Mae bergabung dengan perusahaan yang gigantik itu penuh kekaguman pada kehidupan yang tampak sempurna harus dimaklumi.

Mae datang dari keluarga kecil sederhana. Sang ayah lumpuh dan sangat bergantung pada ibunya. Mae sudah lelah hidup miskin dengan gaji kecil. Maka The Circle yang kelihatan begitu memperhatikan setiap karyawan dan keluarganya (ayah Mae langsung saja ditanggulangi pengobatannya) tentu saja membuat para karyawannya setia dan takjub.

Gaya Eamon Bailey memperkenalkan temuan barunya, sebuah rekaman kecil sebesar bola mata bernama Seachange, tentu saja mengingatkan kita pada gaya Steve Jobs setiap kali dia meluncurkan produknya yang terbaru. Dengan penampilan santai dan hip, di hadapan ribuan karyawannya, Eamon memperkenalkan "bola mata" yang diletakkan di sekujur tubuh kota sehingga: "kita bisa merasa seolah-olah berada di pantai, di tengah kafe, atau di mana pun tanpa harus pergi ke tempat itu¡¦".

Dia memberi contoh bagaimana bola mata Seachange itu diletakkan di beberapa drone dan di berbagai pojok kota dan tepi lautan maka pantai-pantai terasa hadir tepat di hadapan mereka, seolah-olah mereka memang sedang berdiri memandang birunya laut. Saat tengah mengarungi laut dengan perahu kayak, Mae hampir saja tewas diterjang badai kalau saja tak segera diselamatkan orang-orang berkat adanya siaran langsung Seachange. Pengalaman yang hampir menewaskannya itu membuat Mae menjadi fanatik pada segala "keterbukaan informasi".

Dia menganggap kamera kecil itu telah menyelamatkannya hingga dia berkesimpulan: membagi informasi, bahkan yang pribadi sekalipun, adalah sebuah keharusan. Mae bersedia hidupnya selama 24 jam diikuti oleh kamera kecil itu hingga seluruh dunia mengetahui kehidupan dirinya semacam reality show tapi dilakukan siaran langsung. Bisa dibayangkan bagaimana Mae tidak hanya menjadi gadis terpopuler di jagat, tapi juga menjadi kesayangan duo Eamon dan Stenton.

Film ini menamakan diri sebagai film techno-thriller, sebuah subgenre thriller yang mengasumsikan kemajuan teknologi sebagai penggerak plot.

Memang benar ledakan Internet adalah pusat dari drama ini. Novelis Dave Eggers ataupun sutradara James Ponsoldt menggambarkan kedahsyatan Internet yang kemudian membuat segalanya lebih mudah, lebih cepat, lebih mulus, lebih mewah. Tapi kemudian mereka ingin menunjukkan betapa gagapnya kita: seberapa jauh kita ingin dunia masuk ke arena pribadi kota? Seberapa jauh kita boleh dan bisa berbagi? Seberapa bahayanya atau beruntungnya jika masyarakat dunia maya--yang dikenal dengan nama "netizen"--ikut nyemplung dalam persoalan masyarakat yang bukan wewenang atau urusannya?

Mae kemudian mencoba menunjukkan di hadapan ribuan mata, bagaimana Seachange bisa menjadi alat untuk mencari seorang buron. Dalam waktu di bawah 20 menit, buron itu tertangkap, pertama oleh kehebohan media sosial, lantas baru oleh polisi. Lantas apa yang terjadi jika kamera Seachange itu diarahkan pada diri sendiri? Pada Mae?

Premis itu sesungguhnya menarik. Kedahsyatan teknologi untuk berkomunikasi setelah revolusi Internet dari Zuckerberg, dari Jobs, juga yang kemudian digunakan oleh NSA (National Security Agency) hingga kini masih dihadapi dengan kegamangan. Problem dari film ini: semua serba tanggung. Plot ini memperkenalkan banyak cabang: ada persoalan duo bos yang memberi kesan bakalan menjadi "si Jahat" tapi kejahatan mereka tak pernah dijelajahi lebih mendalam; ada tokoh Ty Lafitte (John Boyega), yang maksudnya sebagai sosok kritis dari perusahaan The Circle tapi kerjanya cuma bermain handphone; ada adegan Ty memperlihatkan Mae sebuah ruang bawah tanah, tapi setelah itu tak ada penyelesaian atau kelanjutan soal ruangan yang seolah-olah akan terkait dengan cerita besar film ini.

Ada lagi tokoh senator yang katanya sedang menginvestigasi The Circle (dan tak juga ketahuan ujungnya). Belum lagi tokoh-tokoh pendukung yang seperti ayah dan ibunya (diperankan dengan bagus oleh Bill Paxton dan Glenne Headly) atau Annie Allerton (Karen Gillan), yang tak terlalu jelas fungsinya kecuali ingin memperlihatkan lingkaran sanak-saudara-kawan Mae yang rapat dan kemudian memburuk setelah Mae "mabuk" oleh kehebohan popularitas dunia maya.

Persoalan lazim dari subgenre techno-thriller adalah visualisasi orang yang mengetik sungguh membosankan. Dari sudut mana pun, visualisasi ini tak akan bisa dimainkan. Bahkan komunikasi kemudian muncul beterbangan di layar lebar--bukan hanya di layar komputer Mae--juga bukan sesuatu yang baru, karena itu sudah dilakukan semua film yang melibatkan keajaiban dunia Internet.

Bahwa Tom Hanks sekali lagi menjadi si Jahat--ingat, dia juga pernah menjadi anggota mafia dalam film Road to Perdition--mungkin sesuatu yang menyegarkan, meski adegan akhir yang seharusnya menjadi belokan ternyata tak memiliki daya kejut apa-apa. Kita sudah bisa mengetahui denyut film ini sejak awal. Si gadis cantik Beauty pasti akan mengalahkan si Beast.

Leila S. Chudori


The Circle

Sutradara: James Ponsoldt
Skenario: James Ponsoldt
Berdasarkan novel karya Dave Eggers
Pemain: Emma Watson, Tom Hanks, John Boyega, Bill Paxton

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus