Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Berduaan Di Cockpit Belum Sip

Persaingan antara airbus industries dan boeing. tuntutan para pilot, supaya ada orang ke-3 dalam cockpit a-310 dan boeing 767.

19 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI luar dugaan lebih 600 pilot penerbangan sipil Eropa dan Amerika Serikat menuntut penempatan awak ke-3 dalam cockpit pesawat baru Airbus A-310 dan Boeing 767. Kedua jenis pesawat itu bakal mengisi angkasa dunia menjelang tahun 1983. Pertengahan Desember lalu, kaum pilot itu dari 18 perusahaan penerbangan mengancam akan mogok bila tuntutan itu tidak dipenuhi. "Tidak seorangpun dapat memaksa kita untuk menerbangkan pesawat itu," ujar Captain Fritz Brouwer, ketua Persatuan Pilot Eropa, Europilote. Cockpit kedua pesawat itu tetap direncanakan untuk dua pilot saja. Semua instrumen berada di depan mereka, dilengkapi dengan komputer. Demi keselamatan penerbangan, menurut para pilot, kedua pesawat itu memerlukan 3 awak dalam cockpit. Pesawat seukuran itu biasanya menempatkan panel instrumen di sisi cockpit dan dilayani oleh awak ke-3, biasanya seorang flight engineer. Dalam sebuah resolusi para pilot menuduh perusahaan penerbangan mengorbankan keselamatan penerbangan demi alasan ekonomis dan politis. Kedua pesawat itu memang belum terbang, bahkan masih di meja gambar. Tapi Airbus A-310 bikinan Eropa dan Boeing 767 bikinan Amerika Serikar sudah dapat dipastikan akan mengisi udara dalam tahun 80-an. Pesanan sudah mengalir. Persaingan cukup sengit, terutama berlangsung antara Airbus Industries dan Boeing untuk mengisi kebutuhan akan pesawat berjarak pendek dan sedang (medium). Dalam hal ini AI punya keunggulan dengan A-300 dan A-310 yang direncanakan. Untuk menandingi AI dengan A-310-nya, Boeing merencanakan B-767 yang akan keluar dari pabriknya menjelang 1982. Boeing, yang sudah menghasilkan 3.797 buah pesawat jet angkutan sipil, menyatakan bahwa 767-nya -- yang mirip A-310 itu -- direncanakan terutama untuk pasaran Amerika. Tapi Direktur AI, Bernard Lathiere menyangsikannya, dan melihat usaha Boeing untuk mencegah upaya AI memasuki pasaran Amerika itu yang praktis meliputi separuh pasaran dunia. AI sudah mulai menerobos pasaran Amerika. Eastern Airlines adalah perusahaan penerbangan Amerika yang pertama memesan 32 buah A-300 dan 25 buah A-310. Lebih Unggul Jadwal penyediaan pesawat akan sangat menentukan. Dalam hal ini Boeing punya keunggulan, karena sanggup menerbangkan 767-nya pada tahun 1981 dan mendapat sertifikat pada bulan Mei 1982. Sedang A-310 ditunggu akan terbang 9 bulan kemudian, Maret 1983. Meskipun tetap optimis, Boeing juga tidak mengabaikan kehadiran Airbus. Berkata E.H. Boullioun, Presiden Boeing Commercial Airplane, "Salah satu tantangan yang kita hadapi adalah Airbus A-300 dan A-310." Banyak perusahaan penerbangan sekarang membeli. Airbus untuk mengisi route yang tadinya dilayani oleh Boeing 707, 727 dan bahkan 737, yang semuanya kini merupakan teknologi usang. Semula Boeing tidak segera memperbarui jenis pesawat yang tadinya sukses besar. Karena sekarang orang harus memenuhi syarat teknis yang baru, sesuatu kekosongan mampu diisi oleh Airbus. Menurut Lathiere, langganan perusahaannya sekarang memerlukan sekitar 800 pesawat untuk melengkapi armada mereka menjelang dasawarsa 90-an. Ini memang cocok buat Airbus Industries, yang memperhitungkan harus menjual sekitar 650 buah A-300 dan A-310 untuk mencapai titik break even. Tapi AI juga yakin akan bisa menjual sampai 1000 buah pesawat. Ini juga diakui Boeing. "Yang terbang di dunia sekarang sekitar 3000 pesawat jet komersial dengan waktu operasi sekitar 10 tahun dan 1200 pesawat dengan waktu 15 sampai 20 tahun," kata Boullioun. "Pasaran pengganti ditaksirnya luas sekali. Ia memperkirakan pasaran ini sebesar $79 milyar antara tahun 1979 sampai 1988. Dari jumlah ini sekitar $46 milyar diperuntukkan jenis pesawat berjarak pendek dan sedang. Menurut Boullioun. Airbus mungkin memperoleh sepertiga dari pasaran $46 milyar itu. Sementara itu AI mengaku pihaknya lebih unggul untuk membikin pesawat yang lebih efisien bahan bakar yang paling tepat untuk masa depan. Kini ia merencanakan suatu famili pesawat -- seperti halnya tradisi Boeing -- yang dibangun sekitar model pokok A-300. Antara lain sedang dalam penelitian AI sebuah pesawat berkapasitas 220 penumpang, bermesin 4 untuk menempuh jarak jauh transatlantik. Bahkan menurut Lathiere A-300 yang sekarang pun dapat diubah untuk menempuh jarak ini kalau tidak ada peraturan yang membatasi sebuah jet bermesin 2 berada dalam jarak lebih dari 90 menit dari sebuah lapangan terbang. Merebut Pasaran Memang kisah sukses. Airbus cukup mengagumkan. Perusahaan yang di tahun 1970 baru dibentuk, dalam waktu kurang dari 10 tahun sudah berhasil merebut tempat kedua, meninggalkan jauh di belakangnya raksasa seperti McDonnell-Douglas dan Lockheed. Airbus Industries merupakan perusahaan patungan antara Jerman Barat, Prancis, Belanda, Inggris, Spanyol dan Belgia. Komponen dari pesawat itu dikerjakan dalam berbagai negara. Misalnya sayapnya di Inggris dan Negeri Belanda, ekornya di Spanyol dan badannya di Jerman dan Prancis. Seluruh perakitan dilaksanakan di Prancis. AI kini memperoleh pesanan dari seluruh dunia Lufthansa, yang secara tradisional merupakan langganan Boeing, kini pun sudah memesan 50 buah Airbus (termasuk 25 buah belum mengikat). Juga KLM telah memesan 20 buah (termasuk 10 pesanan tidak mengikat) sedang di Asia Al berhasil merebut 30%, pasaran untuk pesawat angkutan sipil. Menjelang akhir tahun lalu, perusahaan penerbangan di negara ASEAN saja sudah membeli 47 buah Airbus seharga total $2 milyar. Dengan adanya perjanjian pembelian oleh Trans Australia Airlines, Air Afrique dan Cruzeiro duo Suol milik Brazil, AI berhasil merebut pasaran di kelima benua di dunia. Mungkin faktor utama yang membuat pesawat Airbus ini sangat laku adalah efisiensi pemakaian bahan bakarnya yang 20% lebih rendah ketimbang pesawat berbadan lebar lainnya. Satu hal yang masih merupakan hambatan adalah kapasitas produksinya. AI sampai sekarang baru mampu menghasilkan 2,5 buah pesawat dalam sebulan, dibanding Bocing yang mencapai 28 pesawat. "Persaingan itu adalah baik," ujar Boullioun pula. "Persaingan ini pada akhirnya akan menguntungkan pembeli," tambahnya. Tapi tuntutan para pilot tadi menyorot suatu aspek yang meragukan dari keunggulan teknologi ini sebagai hasil persaingan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus