Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GUYURAN abu Gunung Kelud pada pertengahan Februari lalu ternyata mendatangkan berkah bagi warga Yogyakarta. Datang dari arah timur sejauh 250 kilometer, material vulkanis hasil letusan dahsyat itu manjur untuk menyuburkan tanah dan tanaman ketimbang abu vulkanis yang disemburkan Gunung Merapi pada 2010.
"Abu Kelud mendukung tanaman menyerap unsur hara dan menambah kualitas pupuk kompos karena menjadi lebih remah," kata Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Gunawan Budiyanto, Senin pekan lalu.
Khasiat ampuh abu Kelud itu lantaran kemampuannya mengikat air yang lebih kuat. Abu berwarna putih kecokelatan ini bisa memperbaiki adhesi atau daya ikatnya dengan air tanah. Daya tarik yang kuat pada tanah inilah yang menyebabkan kondisi kandungan air lebih lama terjaga.
Fakta itu diperoleh dari hasil riset tim peneliti lintas bidang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Selama sepekan, sejak 17 Februari, mereka membandingkan kualitas abu Kelud dengan abu Merapi. Di Laboratorium Ilmu Tanah dan Nutrisi Tanaman Fakultas Pertanian, para peneliti menganalisis satu sampel andosol atau tanah yang diperoleh dari lereng Merapi dan empat macam sampel abu vulkanis.
Sampel tersebut masing-masing diletakkan di dalam lima gelas kaca bening. Empat sampel abu vulkanis terdiri atas tiga sampel abu Merapi dari radius 0-5 kilometer, 6-10 kilometer, dan di luar 10 kilometer serta sebuah sampel abu Kelud. Secara kasatmata, sampel-sampel itu berbeda warna. Abu Merapi lebih kehitaman. Andosol bahkan terlihat lebih gelap.
Menurut Gunawan, material abu Kelud jauh lebih lembut dibanding abu Merapi dan andosol. Diameternya 0,002 milimeter. Tidak ada pasir yang tercampur karena angin hanya mampu mengangkut abu melintasi jarak tempuh ratusan kilometer dari Gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Blitar, Malang, dan Kediri, Jawa Timur. "Abu Kelud yang mengguyur Yogyakarta mirip lempung," ujarnya.
Kondisi berbeda dijumpai pada abu Merapi yang bertekstur agak kasar karena banyak bercampur pasir. Kandungan pasir yang cukup tinggi disebabkan oleh jarak tempuh yang tidak terlampau jauh dari pusat erupsi. Material pasir inilah yang menghalangi abu Merapi mengikat lebih banyak air.
Untuk kandungan mineral, abu Kelud dan Merapi sama-sama bernutrisi tinggi untuk tanah dan tanaman. Keduanya mengandung zat besi, mangan, silika, aluminium, kalsium, kalium, dan fosfor meski kadarnya bervariasi. Abu Kelud, misalnya, mengandung 55,09 persen silika. Kadar kuarsanya sedikit lebih kecil dibanding abu Merapi (60,24 persen).
Para peneliti menjajal efektivitas abu Kelud ke tanah merah dari Gunungkidul, tanah pasir dari pesisir Bantul, dan tanah berpasir dari kawasan sekitar pantai di Kulon Progo. Tanah-tanah itu dimanfaatkan para petani untuk menanam melon, semangka, dan cabai. "Selama ini waktu tanam lama karena tanah mudah kering," katanya.
Hasil uji coba menunjukkan tanah-tanah itu, dalam kondisi biasa, hanya bisa bertahan basah setengah hari setelah disiram air. Berbeda apabila dicampur dengan abu Kelud: tanah tetap basah hingga dua hari dua malam. Karena berdaya ikat tinggi terhadap molekul air, abu Kelud bisa mengoptimalkan fungsi pupuk. Pencampuran abu dengan kotoran hewan atau bahan organik lapuk menghasilkan kompos berkualitas tinggi. "Bisa dipakai untuk memulihkan tanah tandus," ujar Gunawan.
Pakar kajian tanah dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Azwar Maaz, mengatakan material halus abu vulkanis Kelud yang menghujani Yogyakarta hingga sebagian wilayah Jawa Barat merupakan bahan cepat saji bagi pembentukan kesuburan tanah. Namun, dia mengingatkan, proses penyatuannya dengan tanah memerlukan waktu lama. "Bisa cepat apabila dicampur kompos atau pupuk organik," ucapnya.
Abu Kelud memiliki kadar keasaman (pH) sebesar 5,5-6. Artinya, abu cenderung bersifat asam. Namun kandungan garamnya terbilang tinggi, 1-2 milisiemens per sentimeter, dan ini membuat abu Kelud lebih cepat menghantarkan ion-ion dari mineral tanah guna diserap tanaman. Meski begitu, keasamannya yang cukup tinggi berpotensi mengganggu tanaman sehingga keberadaannya pada permukaan daun justru membahayakan. "Idealnya ada siraman air yang intens agar keasaman abu menurun," kata Azwar.
Keberadaan abu Kelud juga tidak bisa dibiarkan lama di permukaan tanah. Abu justru akan mengeras dan menghalangi air meresap ke dalam tanah. Untuk mencegah hal itu, menurut Gunawan, lahan pertanian yang terpapar sedimen abu Kelud perlu segera diolah dengan metode pembalikan tanah.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono mengatakan wajar jika abu Kelud yang mendarat di Yogyakarta memiliki daya ikat air yang lebih besar. Sebab, tidak semua material vulkanis yang terlontar hingga ketinggian 17 ribu meter dari puncak Kelud itu terbang ditiup angin sampai ratusan kilometer ke barat. "Hanya abu yang butirannya halus," ujarnya. Butiran halus inilah yang bersifat mudah merangkul air.
Kelud dan Merapi, seperti gunung api lain yang mencuat di sepanjang Pulau Sumatera hingga Jawa, termasuk golongan andesitic stratovolcano. Gunung api berbentuk kerucut ini memuntahkan aliran piroklastik serta lava yang sangat kental dan bersifat asam karena mengandung banyak silika. Lava gunung api tipe ini cepat mendingin dan mengeras begitu keluar dari perut bumi.
Dua gunung api aktif itu juga sama-sama terbentuk dari hasil tumbukan antara lempeng samudra Indo-Australia yang menusuk ke bawah lempeng benua Eurasia. Lempeng yang meleleh akibat tumbukan di kedalaman ratusan kilometer di kerak bumi itu menjadi magma. Nah, mineral yang terkandung dalam abu vulkanis sangat ditentukan oleh perpaduan unsur-unsur kimia pada kedua lempeng yang bertumbukan.
"Kandungan mineral keduanya hanya beda-beda sedikit," kata Surono. Toh, perbedaan kandungan mineral abu vulkanis Kelud dan Merapi tidak mempengaruhi fakta bahwa keduanya merupakan sumber hara serta kesuburan bagi tanah dan tanaman di sekitarnya.
Mahardika Satria Hadi, Addi Mawahibun Idhom (Yogyakarta)Â
Andesitic Stratovolcano
Kelud dan Merapi, seperti gunung api lain yang mencuat di sepanjang Pulau Sumatera hingga Jawa, termasuk golongan andesitic stratovolcano. Dua gunung api aktif itu juga sama-sama terbentuk dari hasil tumbukan antara lempeng samudra Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng benua Eurasia.
Abu vulkanis Gunung Merapi
Abu vulkanis Gunung Kelud
Magma sangat kental dan bersifat asam karena mengandung banyak silika
Lava cepat mendingin dan mengeras begitu keluar dari perut bumi
Keluaran: aliran piroklastik (gas panas, abu vulkanik, bebatuan) dan lava
Awan letusan mengandung SO2, SiO2, HCl, CO2, Fe2O3, MnO2, H2S, CH4, H2
Zona tumbukan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo