Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kendati tak banyak menimbulkan kematian, penyakit infeksi sendi ayam bisa membuat peternak bangkrut. Penyakit ini lebih berbahaya bagi ayam petelur dan bisa menular kepada manusia. KALAU ayam ras Anda tiba-tiba malas bertelur dan enggan berdiri, coba periksa dengkulnya. Jika ada pembengkakan di situ, boleh jadi dia terserang penyakit infeksi sendi kaki, mirip rematik pada manusia. Penyakit ini tidak terlalu mematikan. "Tapi bisa menurunkan produktivitas telur sampai 70%," kata Dr. Charles Rangga Tabbu, dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Yogyakarta. Kalau penyakit ini muncul, berarti lampu kuning menyala bagi usaha bisnis ayam. Virus dan bakteri penyebab infeksi sendi kaki ini mudah menular. Jasad renik ini mudah terbawa angin dan masuk ke tubuh ayam lewat guratan luka. Mereka pun serin dijumpai mencemari makanan, minuman, dan kotoran ayam, untuk kemudian membuat infeksi baru. Peringatan terhadap bahaya rematik ayam ini disampaikan oleh Charles Rangga Tabbu, 42 tahun dalam Konperensi Ilmiah Nasional V Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia di Yogya, pertengahan Juni lalu. Di Indonesia, infeksi sendi kaki itu memang bukan penyakit ayam nomor satu, kendati sering ditemui di banyak daerah. "Tapi kita harus mewaspadainya," kata Rangga Tabbu. Dosen UGM ini melakukan pengamatan terhadap penyakit rematik kaki ayam itu Februari sampai Mei 1991 lalu, di laboratorium diagnostik Michigan State University, Amerika Serikat. Dari 20.000 ekor ayam petelur umur 25 minggu yang diamatinya, ternyata ada 15% yang positif terkena infeksi persendian. Tiga minggu setelah itu, hanya 2% ayam yang sakit mengalami kematian. Penyebab penyakit ini telah diketahui virus Avian reovirus dan bakteri Staphylococcus aureus. Keduanya bisa menyerang secara terpisah atau menjadi satu. Perbedaannya, virus jahat itu lebih suka memangsa ayam umur 6-8 minggu. Sedangkan bakterinya menyerang ayam 9-20 minggu, yang stres karena perubahan cuaca atau kekurangan gizi. Masa inkubasi penyakit sendi ini hanya berlangsung tiga hari. Deteksi dini sulit dilakukan karena gejala klinisnya tak menonjol. Ayam tetap segar bugar. Setelah tiga hari, gejala baru muncul. Ayam sakit itu mulai tak sanggup berdiri. "Mereka hanya ndeprok, duduk, dan bertumpu pada sendi yang sakit," tutur Rangga Tabbu. Pada tahap lebih lanjut, akan tumbuh benjolan-benjolan pada telapak kakinya. Mereka pun tak akan lagi sanggup berdiri. Duduk ndeprok sepanjang hari. Pada saat itu, produksi telur bakal turun drastis. Pada saat itu persendian dengkul ayam telah membengkak, dan beberapa di antaranya akan terkena kelumpuhan total. Kalau sendi dengkul yang bengkak itu dibedah, akan ditemui gumpalan nanah di dalamnya. Otot di dekat persendian itu juga terlihat menebal dan rusak. Pada peradangan yang lebih kronis, gumpalan nanah juga akan muncul di bagian hati dan paru-paru. Infeksi sendi ini bisa juga menjangkiti ayam pedaging. Tapi dalam segi bisnis, ayam pedaging itu lebih aman. Sebab, penyakit itu datang pada usia ayam 6-8 minggu, ketika mereka sudah hampir dipotong. Tapi kalau mereka telanjur terinfeksi, terutama oleh bakteri aureus, penyakit ini berpindah kepada manusia yang menyantap dagingnya, dan akan menimbulkan sakit perut. Ancaman sakit perut juga datang dari ayam petelur. Rupanya, bakteri aureus itu bisa menyusup ke telur, dan terkonsumsi manusia. Namun, menurut Rangga Tabbu, tidak sulit menangkalnya. Kalau wabah rematik ayam menyerang, "Jangan makan telurnya yang setengah matang. Jangan pula makan daging satenya," kata doktor lulusan Universitas Michigan itu. Ikhtiar menangkal penyakit infeksi persendian itu tak terlalu sulit. Vaksinasi lewat makanan, dengan vaksin yang kini banyak beredar di pasaran, sudah cukup ampuh untuk menekan angka insidensi penyakit itu. Ayam yang telanjur terserang bakteri rematik itu, asal tak terlalu akut, masih bisa ditolong lewat suntikan antibiotik. Tapi virusnya memang masih sulit dilumpuhkan. Dan yang paling penting, menurut Rangga Tabbu, jangan sampai upaya pertolongan itu terlambat. Sebab, infeksi oleh virus rematik ayam itu sering diikuti dengan masuknya penyakit gumboro, IBD (infectious bursal disease) alias AIDS ayam. Seperti AIDS pada manusia, virus IBD bisa membuat daya tahan ayam ambruk total. Bila kondisi buruk itu terjadi, ayam jadi rentan terhadap semua jenis penyakit. Penyakit cacingan, rabun ayam, atau teler oleh penyakit NCD (new castle disease) sulit dihindari. Akibatnya, kematian secara masal bisa terjadi, dan kerugian besar bisa dipastikan. Tapi penjagaan yang ketat dari peternak Indonesia terhadap bahaya infeksi persendian itu masih belum memadai, karena kematian oleh penyakit itu di Indonesia masih kecil. Lagi pula, skala usaha yang kecil, pada sebagian besar peternak ayam Indonesia, tak memungkinkan adanya biaya ekstra untuk menangkalnya. "Karena kalau biaya itu dimasukkan, bisa-bisa usaha peternakan jadi tidak ekonomis," kata Rangga Tabbu. Namun, tak ada jaminan bahwa penyakit itu tak berjangkit di tengah peternakan Indonesia. Karena sebelum dipotong ayam tak melewati rumah pemotongan hewan, sebagaimana kambing, sapi, atau babi, bakteri atau virus penyebab infeksi persendian itu pun masuk ke dalam perut konsumen. "Untung saja, orang Indonesia rata-rata kebal terhadap infeksi pencernaan semacam itu," tutur Rangga Tabbu. Putut Trihusodo dan Moch. Faried Cahyono (Biro Yogya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo