SEJAK didirikan (1976), Royal Indrapura yang adalah perusahaan asuransi patungan antara Asuransi Indrapura dan Royal Insurance Group dari Inggris, senantiasa beroperasi secara terpisah. Tapi, sejak merger yang diresmikan Rabu pekan silam, kedua mitra itu tampil utuh seraya menyandang nama baru: PT Asuransi Royal Indrapura. Dengan merger, komposisi kepemilikan saham berubah. Semula, keluarga Julius Tahija sebagai pemegang saham mayoritas menguasai 60%, sedangkan kini tinggal 51%. Sisanya terbagi antara Royal International Insurance Holdings Ltd. (29%), Dowa Fire & Marine Insurance Co. Ltd. (10%), dan Nissan Fire & Marine Insurance Co. Ltd. (10%). Dowa dan Nissan adalah perusahaan Jepang dengan jaringan luas di mancanegara. Mengapa merger? Menurut presdirnya, Frans Lamury, ia memerlukan partner baru, dan saat itu Royal Group mengusulkan Dowa dan Nissan. Tentu ada pertimbangan lain, yakni dengan dua partner Jepang, perusahaan itu diharapkan bisa memperluas aksesnya di kalangan bisnis Jepang di sini. Bahkan, George Tahija, salah seorang komisarisnya, memastikan, "Perusahaan yang baru ini akan menjadi lebih besar dan kuat untuk menghadapi tantangan masa depan." Setidaknya, dari segi permodalan, PT Asuransi Royal Indrapura memang lebih mantap dengan modal disetor sebesar Rp 15 milyar. Kendati belum bisa menyaingi Tugu Pratama, ada keyakinan bahwa prospek asuransi kerugian akan cerah. Seperti kata Lamury, Royal Indrapura akan siap bila diperlukan untuk keselamatan harta dari kebakaran, bencana alam, huru-hara, banjir, bahkan perampokan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini