PENEMUAN heramik dan gerabah (pottery) dianggap sangat
bermanfaat bagi penelitian ahli sejarah dan purbakala. Bahkan
segala penelitian itu tergantung sekali pada macam dan
pertanggalan keramik dan gerabah yang ditemukan dalam suatu
situs (site). Karena dari sana bisa ditelusur sampai berapa jauh
majunya suatu peradaban. Juga bisa diselidiki jalannya migrasi
berbagai bangsa. Suatu penelitian yang sistematis juga akan
menghasilkan segi ekonomi dari perdagangan keramik tersebut.
Hal di atas menjadi pemikiran dalam suatu seminar selama lima
hari pekan lalu di Jakarta. Nyatanya penelitian menyeluruh
tentang keramik di Indonesia masih dalam taraf mula saja,"
demikian Hasan Muarif Ambary yang memimpin Seminar Keramik itu.
Tidak kurang dari 35 ahli sejarah dan arkeologi dari berbagai
unsur (musium, perguruan tinggi, kepurbakalaan, perkumpulan
keramik dan badan riset) telah hadir. Dari 17 kertas kerja, 5
membahas tentang tata pertanggalan dan distribusi keramik asing
baik di Indonesia maupun di Asia Tenggara. Dari penemuan itu
tampak jelas hubungan antara negeri Tiongkok dengan
Filipina,dengan Annam (sekarang Vietnam) Malaysia bahkan sampai
ke Indonesia sebelah timur.
Misalnya Othman bin Mohammad Yatim dari National Museum di
Kuala Lumpur melemparkan perkiraan "Apakah Kedah di Pengkalan
Bujang dulu pelabuhan yang mensuplai daerah pedalaman
semenanjung Malaysia?" Karena di kawasan itu ditemukan keramik
bertipe Lung-ch'uan di abad ke XV yang oleh ahli sejarah
Harrison disebut juga sawuankhalok. Keramik ini--putih dengan
glasur ch'ing-pai--adalah jenis ekspor di negeri Cina waktu itu.
Dr. Rosa C.P. Tenazas dari SPAFA (SEAMO Project in Arceology
and Fine Arts) Bangkok menyatakan bahwa ritus kematian orang
Filipina dulu sama dengan orang Dayak. Menyimpan mayat dalam
martavan (gentong besar) telah ditemukan dalam penggalian di
Magsuhot, dekat kota Dumaguete, Filipina. Hal ini diperkuat oleh
Prof. Dr. W.G. Solheim II (University of Hawaii) bahwa sejak
ratusan tahun silam telah ada rute perdagangan keramik --
terutama keramik Cina--mulai dari Madagaskar sampai di kepulauan
sekitar Polinesia.
Indonesia sendiri, yang letaknya di tengah mata rantai kesibukan
maritim itu, kaya akan penemuan benda kuno tadi. Ilmiawan
Belanda seperti de Flines, van der lloop, Callefels atau van
Heekeren yang telah melalukan penyelidikan di beberapa situs di
Indonesia menyatakan gerabah adalah elemen penting dalam
kehidupan bangsa Indonesia dulu. Karena gerabah tidak hanya
memerankan sebagai wadah (container) dari kehidupan sehari-hari,
tetapi juga bisa berarti barang berharga baik untuk perdagangan
maupun untuk upacara religi.
Di Museum Pusat Jakarta, kata Dirjen Kebudayaan Dr. Haryatie
Subadio, "lihatlah betapa banyaknya koleksi kita." Di Museum
Pusat itu kini "bertumpuk" koleksi keramik dari dinasti Han,
Ming sampai ke keramik Eropa. Egbert Willem de Flines telah
berjasa dalam hal ini.
Kertas kerja dari pihak Indonesia sebagian besar memaparkan
penyelidikan dan penemuannya di beberapa situs di Indonesia.
Penggalian telah dilakukan di Trowulan, 14 km dari Mojokerto,
Jawa Timur yang dianggap sebagai bukit suci di zaman kera,aan
Majapahit. Di sana di tahun 1976 ditemukan kumpulan keramik
buatan lokal dan sebagian besar berupa genteng. Dari areal 60 x
70 meter dalam penggalian selama 40 hari, antara lain telah
terkumpul 309 kg genteng dari 27.000 fragmen dan dalam berbagai
ukuran. Keramik genteng itu mempunyai tebal mulai dari 6 mm
sampai 9 mm, yang mungkin tidak kalah mutunya dibanding dengan
genteng Monier atau Tegola yang kini banyak diimpor kaum
berduit.
Dekorasi keramik buatan Trowulan berupa putik dari kembang
teratai. Ada pula yang berupa patung seorang pria tanpa kepala,
dengan tangan yang panjang dan palus (genitalia) yang cukup
menonjol. Dekorasi demikian banyak didapati dalam kendi
Trowulan.
S. Satari menerangkan fungsi kendi zaman itu adalah sebagai
barang mainan (kalau kecil bentuknya) atau alat untuk sesaji di
rumah. Sedangkan kendi pria tanpa kepala itu adalah lambang
kesuburan dan dipakai juga untuk alat penyembuhan orang sakit.
Pusat Peninggalan Purbakala dan Peninggalan Nasional di tahun
1977 mengadakan penggalian di Kota Cina, Sumatera Timur.
Sejumlah besar keramik lewat pertanggalan C-14 diketahui berasal
dari zaman Sung -- Yuan telah ada di Kota Cina di sekitar abad
ke XII - XIV. Ini membuktikan bahwa di zaman pasca Sriwijaya,
Kota Cina adalah pelabuhan terpenting dan besar, sama seperti
yang di Lembah Bujang (Kedah), Malaysia atau Satingphra di
Muangthai. Nanti di kawasan Kota Cina yang kaya akan peninggalan
sejarah itu akan didirikan sebuah pabrik karet bungkah (crumb
rubber). "Mudah-mudahan saja, kami bisa selesai lebih dulu,"
ujar Ambary.
Terengah-engah
"Masalah penyelamatan situs sejarah atau pembangunan untuk masa
kini memang jadi masalah bagi negara sedang berkembang," kata
James C.Y. Watt. "Jadi bukan masalah Indonesia saja." Watt
adalah Direktur dari Art Gallery dan Kepala Departemen Seni Rupa
Chinese University of Hongkong. "Dan untuk Indonesia," ujar
Ambary, "bukan saja kami kekurangan tenaga dan uang, tapi kami
juga harus berlomba waktu dengan pembangunan sebuah proyek."
Penggalian Kota Cina masih bisa diteruskan karena pabrik karet
bungkah masih dalam rencana. Ketika W(Inogiri (Jawa Tengah) akan
dibuat waduk, bulldozer telah menanduk salah satu sudut sebuah
candi yang terpendam. "Untung kami diberi tahu oleh Pak Sutami,
walaupun kami kemudian terengah-engah dalam hal biaya," kata
Ambary. Dan candi itu bisa diselamatkan.
Untuk penggalian bekas Istana Surosowan di Banten hingga kini
tanahnya belum mempunyai berkas resmi. Kedudukan tanah tidak
jelas dan kabarnya itu tanah wakaf dari sultan Banten.
Situs bersejarah yang kini tidak bisa ditolong lagi ialah
ternpat kini berdirinya pabrik pupuk Sriwijaya dan pabrik semen
Gresik di Jawa Timur. Ketika pabrik semen ini didirikan, banyak
sekali terdapat pecahan keramik berasal dari dinasti Sung dan
Ming. Penggaliannya belum sempat dilakukan, sementara pabrik
tetap kokoh berproduksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini