Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Bila Keramik Mulai Bercinta

Seminar tentang keramik di Jakarta membahas 17 kertas kerja. Indonesia memaparkan penemuan keramik di trowulan. Sementara itu, penyelamatan situs sejarah di Indonesia berlomba dengan pembangunan proyek-proyek. (ilm)

15 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENEMUAN heramik dan gerabah (pottery) dianggap sangat bermanfaat bagi penelitian ahli sejarah dan purbakala. Bahkan segala penelitian itu tergantung sekali pada macam dan pertanggalan keramik dan gerabah yang ditemukan dalam suatu situs (site). Karena dari sana bisa ditelusur sampai berapa jauh majunya suatu peradaban. Juga bisa diselidiki jalannya migrasi berbagai bangsa. Suatu penelitian yang sistematis juga akan menghasilkan segi ekonomi dari perdagangan keramik tersebut. Hal di atas menjadi pemikiran dalam suatu seminar selama lima hari pekan lalu di Jakarta. Nyatanya penelitian menyeluruh tentang keramik di Indonesia masih dalam taraf mula saja," demikian Hasan Muarif Ambary yang memimpin Seminar Keramik itu. Tidak kurang dari 35 ahli sejarah dan arkeologi dari berbagai unsur (musium, perguruan tinggi, kepurbakalaan, perkumpulan keramik dan badan riset) telah hadir. Dari 17 kertas kerja, 5 membahas tentang tata pertanggalan dan distribusi keramik asing baik di Indonesia maupun di Asia Tenggara. Dari penemuan itu tampak jelas hubungan antara negeri Tiongkok dengan Filipina,dengan Annam (sekarang Vietnam) Malaysia bahkan sampai ke Indonesia sebelah timur. Misalnya Othman bin Mohammad Yatim dari National Museum di Kuala Lumpur melemparkan perkiraan "Apakah Kedah di Pengkalan Bujang dulu pelabuhan yang mensuplai daerah pedalaman semenanjung Malaysia?" Karena di kawasan itu ditemukan keramik bertipe Lung-ch'uan di abad ke XV yang oleh ahli sejarah Harrison disebut juga sawuankhalok. Keramik ini--putih dengan glasur ch'ing-pai--adalah jenis ekspor di negeri Cina waktu itu. Dr. Rosa C.P. Tenazas dari SPAFA (SEAMO Project in Arceology and Fine Arts) Bangkok menyatakan bahwa ritus kematian orang Filipina dulu sama dengan orang Dayak. Menyimpan mayat dalam martavan (gentong besar) telah ditemukan dalam penggalian di Magsuhot, dekat kota Dumaguete, Filipina. Hal ini diperkuat oleh Prof. Dr. W.G. Solheim II (University of Hawaii) bahwa sejak ratusan tahun silam telah ada rute perdagangan keramik -- terutama keramik Cina--mulai dari Madagaskar sampai di kepulauan sekitar Polinesia. Indonesia sendiri, yang letaknya di tengah mata rantai kesibukan maritim itu, kaya akan penemuan benda kuno tadi. Ilmiawan Belanda seperti de Flines, van der lloop, Callefels atau van Heekeren yang telah melalukan penyelidikan di beberapa situs di Indonesia menyatakan gerabah adalah elemen penting dalam kehidupan bangsa Indonesia dulu. Karena gerabah tidak hanya memerankan sebagai wadah (container) dari kehidupan sehari-hari, tetapi juga bisa berarti barang berharga baik untuk perdagangan maupun untuk upacara religi. Di Museum Pusat Jakarta, kata Dirjen Kebudayaan Dr. Haryatie Subadio, "lihatlah betapa banyaknya koleksi kita." Di Museum Pusat itu kini "bertumpuk" koleksi keramik dari dinasti Han, Ming sampai ke keramik Eropa. Egbert Willem de Flines telah berjasa dalam hal ini. Kertas kerja dari pihak Indonesia sebagian besar memaparkan penyelidikan dan penemuannya di beberapa situs di Indonesia. Penggalian telah dilakukan di Trowulan, 14 km dari Mojokerto, Jawa Timur yang dianggap sebagai bukit suci di zaman kera,aan Majapahit. Di sana di tahun 1976 ditemukan kumpulan keramik buatan lokal dan sebagian besar berupa genteng. Dari areal 60 x 70 meter dalam penggalian selama 40 hari, antara lain telah terkumpul 309 kg genteng dari 27.000 fragmen dan dalam berbagai ukuran. Keramik genteng itu mempunyai tebal mulai dari 6 mm sampai 9 mm, yang mungkin tidak kalah mutunya dibanding dengan genteng Monier atau Tegola yang kini banyak diimpor kaum berduit. Dekorasi keramik buatan Trowulan berupa putik dari kembang teratai. Ada pula yang berupa patung seorang pria tanpa kepala, dengan tangan yang panjang dan palus (genitalia) yang cukup menonjol. Dekorasi demikian banyak didapati dalam kendi Trowulan. S. Satari menerangkan fungsi kendi zaman itu adalah sebagai barang mainan (kalau kecil bentuknya) atau alat untuk sesaji di rumah. Sedangkan kendi pria tanpa kepala itu adalah lambang kesuburan dan dipakai juga untuk alat penyembuhan orang sakit. Pusat Peninggalan Purbakala dan Peninggalan Nasional di tahun 1977 mengadakan penggalian di Kota Cina, Sumatera Timur. Sejumlah besar keramik lewat pertanggalan C-14 diketahui berasal dari zaman Sung -- Yuan telah ada di Kota Cina di sekitar abad ke XII - XIV. Ini membuktikan bahwa di zaman pasca Sriwijaya, Kota Cina adalah pelabuhan terpenting dan besar, sama seperti yang di Lembah Bujang (Kedah), Malaysia atau Satingphra di Muangthai. Nanti di kawasan Kota Cina yang kaya akan peninggalan sejarah itu akan didirikan sebuah pabrik karet bungkah (crumb rubber). "Mudah-mudahan saja, kami bisa selesai lebih dulu," ujar Ambary. Terengah-engah "Masalah penyelamatan situs sejarah atau pembangunan untuk masa kini memang jadi masalah bagi negara sedang berkembang," kata James C.Y. Watt. "Jadi bukan masalah Indonesia saja." Watt adalah Direktur dari Art Gallery dan Kepala Departemen Seni Rupa Chinese University of Hongkong. "Dan untuk Indonesia," ujar Ambary, "bukan saja kami kekurangan tenaga dan uang, tapi kami juga harus berlomba waktu dengan pembangunan sebuah proyek." Penggalian Kota Cina masih bisa diteruskan karena pabrik karet bungkah masih dalam rencana. Ketika W(Inogiri (Jawa Tengah) akan dibuat waduk, bulldozer telah menanduk salah satu sudut sebuah candi yang terpendam. "Untung kami diberi tahu oleh Pak Sutami, walaupun kami kemudian terengah-engah dalam hal biaya," kata Ambary. Dan candi itu bisa diselamatkan. Untuk penggalian bekas Istana Surosowan di Banten hingga kini tanahnya belum mempunyai berkas resmi. Kedudukan tanah tidak jelas dan kabarnya itu tanah wakaf dari sultan Banten. Situs bersejarah yang kini tidak bisa ditolong lagi ialah ternpat kini berdirinya pabrik pupuk Sriwijaya dan pabrik semen Gresik di Jawa Timur. Ketika pabrik semen ini didirikan, banyak sekali terdapat pecahan keramik berasal dari dinasti Sung dan Ming. Penggaliannya belum sempat dilakukan, sementara pabrik tetap kokoh berproduksi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus