WANITA itu duduk di kursi yang telah disediakan. Dengan tenang
ia membuka baju di bagian dada. Ibnu Hajar memberikan sebuah
handuk kecil untuk menutupi bagian dada wanita yang nyaris
telanjang itu. "Silakan tutup yang separuh bawah," ujar Ibnu
Hajar. Si wanita menurut dan dia menanti tindakan Ibnu Hajar
selanjutnya.
Alat-alat yang diperlukan telah tersedia. Tangan kanan siap
dengan alatnya yang akan disuntikkan. Tapi Ibnu Hajar tertegun
lagi, karena tangan kirinya bingung bagaimana cara memegang buah
larangan itu. Kemudian ujar Ibnu Hajar lagi "Permisi". Si wanita
menjawab lagi dengan cepat"'Silakan, tak apa-apa kok. 'Kan sudah
biasa." Dengan tenang, kemudian Ibnu Hajar menggores sebuah
gambar bunga mawar dan bintang tanda kelahiran si wanita. Dia
lahir di bawah bintang Sagitarius.
Ibnu Hajar bukanlah oom-oom yang tergolong senang akan wanita
cantik atau muda, walaupun memang banyak wanita yang datang ke
rumahnya. Pekerjaan Ibnu Hajar adalah men-tattoo siapa saja yang
memintanya dengan bayaran.
Di Jakarta tidak mudah menemukan orang yang mempunyai pekerjaan
sebagai tukang tattoo. Ibnu Hajar juga tidak pernah pasang
iklan. Rumahnya pun sulit ditelusur bagi orang yang tidak faham
betul akan seluk-beluk lorong-lorong Jakarta. Tahu di mana letak
Gang Burung di kawasan Jakarta Kota? Nah di situlah menempel
rumah Ibnu Hajar yang disewanya Rp 15.000 setahun. Di rumah
sederhana yang juga jadi tempat kongkouw, tempat tidur, ruangan
makan dan segalanya itulah, Ibnu Hajar (40 tahun) tinggal lebih
dari 6 tahun lamanya bersama isteri dan kedua anaknya.
Kalau ada yang datang untuk mina di-tattoo, biasanya Ibnu
meminjam pekarangan tetangga. Ini bagi mereka yang tidak malu,
tidak gengsi-gengsian. Mereka yang malu-malu, Ibnu bisa meminan
ruangan yang lebih tertutup lagi milik tetangganya. Biasanya,
pemilik ruangan diberi sekedar uang rokok. Ada pula yang
memintanya untuk datang ke rumah atau bahkan supaya mentatto di
hotel saja.
Hotel, biasanya untuk mereka yang tergolong berjenis wanita.
Tetapi tidak semua hotel mau menerima Ibnu Hajar, karena banyak
yang menyangka Ibnu ini mau menyuntik morfin. Sebab alat-alat
yang dipakai Ibnu Hajar sederhana sekali. Jarum jahit dari baja
yang cukup besar ukurannya, lebih diperuncing lagi, diberi
gagang. Ibnu hanya mempunyai dua buah alat ini saja. Kemudian 5
botol tinta khusus untuk tatto tersedia di dalam botol bekas
obat penisilin.
Ibnu Hajar pen-tattoo dengan macam-macam warna. Begitu ahli dia
menggerakkan tangannya, sehingga tusukan-tusukan jarum yang
dibuatnya serapi buatan mesin listrik. Tapi sementara itu
tubuhnya yang ceking itu kian menjadi bungkuk. Penglihatannya
sudah dibantu dengan kacamata yang tebal. Kalau pekerjaan
mentattoo ini dilakukan di malam hari, gangguan satu-satunya
ialah lampu patromak yang merem melek karena kehabisan gas.
"Banyak wanita yang minta di-tattoo," ujar Ibnu Hajar. Mulai
dari wanita-wanita biasa sampai kelas hostes. "Tapi sebagian
besar ya grempang-grempang itu," ujar Ibnu. Grempang adalah
sebutan untuk wanita yang berprofesi hostes atau sebangsanya.
Tetapi sebagian besar langganan Ibnu adalah pemuda-pemuda
Tionghoa. Kalau datang anak sekolah yang masih di bawah umur,
biasanya ditolak oleh Ibnu disertai sekedar nasehat. Bagaimana
kalau dia nanti naik haji? Bagaimana kalau jadi ABRI? Dan
macam-macam nasehat lainnya.
Anu-nya di-tattoo
Rata-rata setiap hari selalu ada pemuda atau pemudi yang datang
untuk ditattoo. Paling tidak seorang. Tapi kadang-kadang dia
mendapat rezeki sampai 5 orang dalam sehari. Tarifnya mulai dari
Rp 2.000 sampai Rp 4.000. Menurut Ibnu, tarif ini terhitung
paling murah. "Cari di seluruh Jakarta kalau ada yang lebih
murah dari saya," ujarnya. Namun dari harga segitu, banyak yang
masih menawar.
Pendatang biasanya disodorkan album yang berisi gambar
kupu-kupu, garuda, pelaut dengan jangkarnya, Yesus disalib,
kampak, tengkorak dan banyak macam lagi. Bagi peminat yang minta
gambar wanita bugil, biasanya dibantu dengan gambar tempel. Dan
Ibnu tinggal menusukkan saja mengikuti alur gambar.
Konsentrasinya penuh kalau dia sedang men-tattoo. Karena itu dia
menolak untuk membuka kios tattoo misalnya di Pasar Seni Ancol.
Katanya "Tattoo itu membutuhkan tempat tenang dan bukan untuk
ditonton orang." Biarpun pinjam ruangan tetangga bukan berarti
tidak ada gangguan. Karena sering si pemilik ruangan minta
permisi karena kasur yang mereka duduki akan dijemur.
"Tapi banyak permintaan orang yang aneh-aneh," ujar Ibnu. Dalam
pengalamannya men-tattoo, ada beberapa orang yang minta
di-tattoo di bagian dahi. Tetapi rupanya Ibnu tidak mau
mengusik-usik bagian tubuh dari leher ke atas. Ada lagi
permintaan yang lebih aneh. Seorang pemuda dengan tubuh kekar
dan tinggi minta di-tattoo di bagian kemaluan. Ujar Ibnu: "Saya
bukannya jijik atau menolak rezeki. Tapi takut kalau-kalau nanti
berakibat fatal." Dan dia menolak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini