Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Tattoo ibnu hajar

Ibnu hajar, 40, tukang tato di jakarta, banyak menerima langganan para wanita grempang/hostess dan pemuda-pemuda tionghoa merasa rikuh bila mentato bagian-bagian tubuh tertentu, dan tidak mentato daerah kepala.(ils)

15 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WANITA itu duduk di kursi yang telah disediakan. Dengan tenang ia membuka baju di bagian dada. Ibnu Hajar memberikan sebuah handuk kecil untuk menutupi bagian dada wanita yang nyaris telanjang itu. "Silakan tutup yang separuh bawah," ujar Ibnu Hajar. Si wanita menurut dan dia menanti tindakan Ibnu Hajar selanjutnya. Alat-alat yang diperlukan telah tersedia. Tangan kanan siap dengan alatnya yang akan disuntikkan. Tapi Ibnu Hajar tertegun lagi, karena tangan kirinya bingung bagaimana cara memegang buah larangan itu. Kemudian ujar Ibnu Hajar lagi "Permisi". Si wanita menjawab lagi dengan cepat"'Silakan, tak apa-apa kok. 'Kan sudah biasa." Dengan tenang, kemudian Ibnu Hajar menggores sebuah gambar bunga mawar dan bintang tanda kelahiran si wanita. Dia lahir di bawah bintang Sagitarius. Ibnu Hajar bukanlah oom-oom yang tergolong senang akan wanita cantik atau muda, walaupun memang banyak wanita yang datang ke rumahnya. Pekerjaan Ibnu Hajar adalah men-tattoo siapa saja yang memintanya dengan bayaran. Di Jakarta tidak mudah menemukan orang yang mempunyai pekerjaan sebagai tukang tattoo. Ibnu Hajar juga tidak pernah pasang iklan. Rumahnya pun sulit ditelusur bagi orang yang tidak faham betul akan seluk-beluk lorong-lorong Jakarta. Tahu di mana letak Gang Burung di kawasan Jakarta Kota? Nah di situlah menempel rumah Ibnu Hajar yang disewanya Rp 15.000 setahun. Di rumah sederhana yang juga jadi tempat kongkouw, tempat tidur, ruangan makan dan segalanya itulah, Ibnu Hajar (40 tahun) tinggal lebih dari 6 tahun lamanya bersama isteri dan kedua anaknya. Kalau ada yang datang untuk mina di-tattoo, biasanya Ibnu meminjam pekarangan tetangga. Ini bagi mereka yang tidak malu, tidak gengsi-gengsian. Mereka yang malu-malu, Ibnu bisa meminan ruangan yang lebih tertutup lagi milik tetangganya. Biasanya, pemilik ruangan diberi sekedar uang rokok. Ada pula yang memintanya untuk datang ke rumah atau bahkan supaya mentatto di hotel saja. Hotel, biasanya untuk mereka yang tergolong berjenis wanita. Tetapi tidak semua hotel mau menerima Ibnu Hajar, karena banyak yang menyangka Ibnu ini mau menyuntik morfin. Sebab alat-alat yang dipakai Ibnu Hajar sederhana sekali. Jarum jahit dari baja yang cukup besar ukurannya, lebih diperuncing lagi, diberi gagang. Ibnu hanya mempunyai dua buah alat ini saja. Kemudian 5 botol tinta khusus untuk tatto tersedia di dalam botol bekas obat penisilin. Ibnu Hajar pen-tattoo dengan macam-macam warna. Begitu ahli dia menggerakkan tangannya, sehingga tusukan-tusukan jarum yang dibuatnya serapi buatan mesin listrik. Tapi sementara itu tubuhnya yang ceking itu kian menjadi bungkuk. Penglihatannya sudah dibantu dengan kacamata yang tebal. Kalau pekerjaan mentattoo ini dilakukan di malam hari, gangguan satu-satunya ialah lampu patromak yang merem melek karena kehabisan gas. "Banyak wanita yang minta di-tattoo," ujar Ibnu Hajar. Mulai dari wanita-wanita biasa sampai kelas hostes. "Tapi sebagian besar ya grempang-grempang itu," ujar Ibnu. Grempang adalah sebutan untuk wanita yang berprofesi hostes atau sebangsanya. Tetapi sebagian besar langganan Ibnu adalah pemuda-pemuda Tionghoa. Kalau datang anak sekolah yang masih di bawah umur, biasanya ditolak oleh Ibnu disertai sekedar nasehat. Bagaimana kalau dia nanti naik haji? Bagaimana kalau jadi ABRI? Dan macam-macam nasehat lainnya. Anu-nya di-tattoo Rata-rata setiap hari selalu ada pemuda atau pemudi yang datang untuk ditattoo. Paling tidak seorang. Tapi kadang-kadang dia mendapat rezeki sampai 5 orang dalam sehari. Tarifnya mulai dari Rp 2.000 sampai Rp 4.000. Menurut Ibnu, tarif ini terhitung paling murah. "Cari di seluruh Jakarta kalau ada yang lebih murah dari saya," ujarnya. Namun dari harga segitu, banyak yang masih menawar. Pendatang biasanya disodorkan album yang berisi gambar kupu-kupu, garuda, pelaut dengan jangkarnya, Yesus disalib, kampak, tengkorak dan banyak macam lagi. Bagi peminat yang minta gambar wanita bugil, biasanya dibantu dengan gambar tempel. Dan Ibnu tinggal menusukkan saja mengikuti alur gambar. Konsentrasinya penuh kalau dia sedang men-tattoo. Karena itu dia menolak untuk membuka kios tattoo misalnya di Pasar Seni Ancol. Katanya "Tattoo itu membutuhkan tempat tenang dan bukan untuk ditonton orang." Biarpun pinjam ruangan tetangga bukan berarti tidak ada gangguan. Karena sering si pemilik ruangan minta permisi karena kasur yang mereka duduki akan dijemur. "Tapi banyak permintaan orang yang aneh-aneh," ujar Ibnu. Dalam pengalamannya men-tattoo, ada beberapa orang yang minta di-tattoo di bagian dahi. Tetapi rupanya Ibnu tidak mau mengusik-usik bagian tubuh dari leher ke atas. Ada lagi permintaan yang lebih aneh. Seorang pemuda dengan tubuh kekar dan tinggi minta di-tattoo di bagian kemaluan. Ujar Ibnu: "Saya bukannya jijik atau menolak rezeki. Tapi takut kalau-kalau nanti berakibat fatal." Dan dia menolak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus