Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Bioetanol Jadi Alternatif Pengganti BBM Bersubsidi, Disebut Rendah Sulfur Mampu Kurangi Polusi Udara

Pemerintah berencana lakukan pembatasan BBM bersubsidi serta mendorong penggunaan bioetanol sebagai alternatif pengganti bensin.

16 Juli 2024 | 16.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana untuk melaksanakan pembatasan BBM bersubsidi serta mendorong penggunaan bioetanol sebagai alternatif pengganti bensin. Selain mengurangi beban anggaran subsidi, rencana itu diklaim bertujuan untuk mengurangi polusi udara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan bahwa penggunaan bioetanol dapat mengurangi polusi udara dan memiliki kadar sulfur yang rendah. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sulfur (pada bensin) ini sampai 500 ppm. Kita mau sulfur 50 ppm. Ini sedang diproses, dikerjakan Pertamina," ujar Luhut melalui unggahan di akun Instagram @luhut.pandjaitan, pada Selasa, 9 Juli 2024.

Luhut juga meyakini bahwa penggunaan bioetanol dapat mengurangi jumlah penderita ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan menghemat biaya BPJS Kesehatan hingga Rp38 triliun. "Pembayaran BPJS untuk penyakit tersebut bisa kita hemat sampai Rp38 triliun," ujarnya.

Sementara itu, bioetanol adalah jenis bahan bakar yang diperoleh melalui proses fermentasi biologis dari bahan organik, terutama tanaman yang kaya karbohidrat seperti jagung, tebu, sorgum, dan tanaman lainnya. Proses fermentasi ini mengubah gula dalam tanaman menjadi etanol, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam mesin kendaraan.

Bioetanol dikenal sebagai bahan kimia yang ramah lingkungan karena dibuat dari bahan-bahan alam, baik yang dapat dimakan (edible) maupun yang tidak dapat dimakan (non-edible). Pembakaran bioetanol menghasilkan CO2 yang dapat digunakan kembali oleh tanaman, sehingga bioetanol berpotensi menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Bioetanol yang dihasilkan melalui fermentasi dapat memiliki berbagai tingkat kadar. Bioetanol dengan kadar antara 90-94 persen disebut bioetanol tingkat industri. Jika kadar bioetanol mencapai 94-99,5 persen, disebut sebagai bioetanol tingkat netral, yang umumnya digunakan dalam campuran minuman keras. Sedangkan bioetanol dengan kadar minimal 99,5 persen disebut bioetanol tingkat bahan bakar, yang memiliki tingkat kemurnian yang sangat tinggi dan cocok untuk digunakan sebagai bahan bakar.

Sebagai informasi, bahan bakar rendah sulfur ini sebelumnya digunakan untuk bahan bakar kapal yaitu Low Sulphur Fuel Oil (LSFO). LSFO merupakan bahan bakar kapal yang memiliki kekentalan atau viskositas hingga maksimal 180 cSt pada temperatur 50 dearajat Celcius. 

Bahan bakar ini digunakan pada industri perkapalan  yang menggunakan mesin diesel putaran rendah dengan kandungan sulfur dibatasi maksimum 0.5 persen. Penggunaan sulfur dari emisi bahan bakar kapal berdampak pada kesehatan dan kelestarian lingkungan sesuai dengan regulasi Marpol serta peraturan dirjen perhubungan laut kementerian perhubungan.

NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI I SHARISYA KUSUMA RAHMANDA I YOLANDA AGNE  I RIRI RAHAYU

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus