Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

BMKG Rencanakan Teknologi Modifikasi Cuaca di Sumedang Usai Terjadi Gempa Merusak

BMKG mencatat gempa Sumedang pertama terjadi pada pukul 14.35 bermagnitudo 4,1 dari kedalaman 7 kilometer.

1 Januari 2024 | 12.18 WIB

Warga berada di samping rumag yang rusak pascagempa di Babakan Hurip, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Minggu, 31 Desember 2023. BPBD Kabupaten Sumedang mencatat, sebanyak 53 bangunan di Desa Babakan Hurip mengalami kerusakan serta 200 orang warga mengungsi pascagempa dengan magnitudo 4,8 di Kabupaten Sumedang. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Perbesar
Warga berada di samping rumag yang rusak pascagempa di Babakan Hurip, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Minggu, 31 Desember 2023. BPBD Kabupaten Sumedang mencatat, sebanyak 53 bangunan di Desa Babakan Hurip mengalami kerusakan serta 200 orang warga mengungsi pascagempa dengan magnitudo 4,8 di Kabupaten Sumedang. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika atau BMKG merencanakan teknologi modifikasi cuaca setelah kejadian gempa Sumedang, Jawa Barat, Minggu 31 Desember 2023. Tujuannya menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati untuk strategi keselamatan bagi warga yang belum kembali ke rumah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Barangkali diprioritaskan untuk masyarakat yang tinggalnya masih di luar agar bisa dikurangi hujan lebatnya,” kata Dwikorita saat konferensi pers daring, Senin dinihari, 1 Januari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, wilayah Sumedang diprediksi berpotensi hujan lebat antara 3-4 Januari 2023. Dwikorita meminta teknologi modifikasi cuaca disiapkan.

Deputi Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan pesawat pendukungnya kemungkinan akan datang 2 Januari 2024. “Base camp akan dilakukan di Pondok Cabe,” ujarnya.

Selain itu, BMKG akan terus memantau kegempaan di Sumedang dan sekitarnya. Petugas pun akan dikerahkan sambil membawa alat ke lokasi gempa. Rencana lain bersinergi dengan pihak terkait untuk pengamatan via satelit dan survei lapangan.

“Untuk melihat tanda-tanda fisik di permukaan tanah atau kondisi kerusakan,” ujar Dwikorita. 

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan diperlukan beberapa informasi pendukung seperti dari data satelit untuk mengenali pola kelurusan sesar. Kemudian jejak sesar bisa diketahui dari data kegempaan mikro, dan perlu pembuktian pergeseran atau slip rate pada jalur sesar.

“Kalau beberapa data ini, seismisitas, kelurusan, slip rate, itu saling terkonfirmasi maka kita bisa memetakan jalur sesar itu,” kata Daryono.

BMKG mencatat gempa Sumedang pertama terjadi pada pukul 14.35 bermagnitudo 4,1 dari kedalaman 7 kilometer. Gempa kedua pada pukul 15.38 bermagnitudo 3,4 dari kedalaman 6 kilometer. Lalu gempa ketiga pukul 20.34 bermagnitudo 4,8 dari kedalaman 5 kilometer. Sumber gempa yang terkuat berjarak 2 kilometer arah timur laut Kota Sumedang 

Staf BMKG yang juga warga Sumedang Ruhimat mengatakan, gempa membuat panik masyarakat. “Karena Sumedang tidak terprediksikan dengan gempa sebesar ini,” kata dia.

Sambil menunggu penilaian dari petugas BPBD soal kondisi hunian, warga sementara berada di luar rumah sambil memantau informasi BMKG soal gempa susulan. 

Ninis Chairunnisa

Ninis Chairunnisa

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus