Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN memfokuskan kegiatan riset genomik untuk mitigasi pandemi pada masa mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut siaran informasi dari Humas BRIN yang dikutip di Jakarta, Jumat, 30 Juni 2023, sebagian besar penelitian Lembaga Eijkman, yang kini terintegrasi dalam BRIN, seperti penelitian mengenai bakteri molekuler, hepatitis, penyakit tular vektor, dan penyakit akibat infeksi virus masih dilanjutkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Yang kita ingin cari adalah apakah ada virus-virus lain yang nanti bisa tiba-tiba merebak dengan jumlah yang besar sehingga menyebabkan potensi pandemi berikutnya, antara lain apakah ada virus yang berasal dari hewan pindah ke manusia seperti virus zika maupun hantavirus," kata Kepala Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman BRIN Elisabeth Farah Novita Coutrier.
Selain itu, Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman melakukan riset mengenai penyakit sitogenetika atau penyakit keturunan serta penelitian perihal struktur dan perubahan molekuler.
"Untuk sampling-nya kami bekerja sama dengan dinas kesehatan daerah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kementerian Koordinator Bidang Pengembangan Manusia dan Kebudayaan," kata Farah.
Ia menjelaskan, Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman bersama Organisasi Riset Elektronika dan Informatika BRIN juga membentuk Kelompok Riset Bioinformatika untuk mengolah data-data dari whole genome sequencing (WGS) agar bisa dipahami oleh para periset dan digunakan untuk penelitian obat ataupun vaksin dalam upaya mitigasi pandemi.
"Saya ingin menekankan bahwa data-data tersebut bisa kita pakai untuk memprediksi kemungkinan pandemi berikutnya, sehingga riset vaksin atau obat-obatan bisa lebih kita arahkan dan berguna misalnya untuk menekan merebaknya virus-virus," katanya.
Data urutan genom perlu diolah
Koordinator Pelaksana Fungsi Cryo-EM BRIN Sandi Sufiandi menyampaikan bahwa data urutan genom perlu diolah menggunakan metode bioinformatika.
Menurut dia, BRIN memiliki High Perfomance Computing (HPC) hingga 96 node komputasi berkinerja tinggi yang disiapkan untuk mengolah penyimpanan data.
"Selain kita punya koleksi data fisik, baik itu sampel virus, mikroba, dan lain-lain, kita juga punya repository data. Seluruh data riset disimpan di satu tempat menjadi big data," katanya.
"Sudah saatnya riset sampai ke level data science, mengolah big data, sehingga informasinya holistik," ia menambahkan.
Pilihan Editor: Gedung Genomik BRIN Banggakan Peralatan Laboratorium Cryo-EM
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.