Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Burung hooded pitohui (Pitohui dichrous) salah satu dari sedikit spesies burung beracun. Sumber racun masih dalam perdebatan para ilmuwan. Tapi, diduga racun burung itu bersumber dari kumbang Choresine yang dimakan, dikutip dari The Animal Facts.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hooded pitohui berhabitat di Papua Nugini. Beberapa suku asli di Papua Nugini menyebut hooded pitohui sebagai wobob. Sebutan itu mengacu penyakit kulit gatal dan tak nyaman, yang berasal dari kontak dengan burung. Hooded pitohui juga dijuluki burung sampah karena baunya yang tak sedap.
Ciri fisik dan habitat hooded pitohui
Mengutip Fandom, burung hooded pitohui jantan maupun betina memiliki bercak-bercak berwarna di bulunya. Adapun bulu sayap, kepala, dan ekor hooded pitohui berwarna hitam dan bulu punggung juga perutnya berwarna oranye.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Burung hooded pitohui memiliki kaki berwarna hitam dengan cakar tajam dan paruh hitam yang kuat. Burung jantan dan betina memiliki warna yang sama. Saat terancam, burung ini menegakkan bulu kepala untuk membentuk jambul. Hooded pitohui dewasa rata-rata panjang tubuhnya 23 sentimeter dan berat sekitar 65 gram.
Hooded pitohui hidup di hutan hujan tropis Papua Nugini dari hutan yang rendah ke permukaan laut. Waktu bersarang bervariasi menurut lokasi dan pola cuaca. Sarangnya berbentuk cangkir, terdiri atas sulur yang telah teranyam di pangkal cabang berbentuk segitiga.
Karakteristik Hooded Pitohui
Hooded pitohui sering ditemukan bergerombol dengan burung lain, termasuk Cendrawasih jingga (Paradisaea raggiana). Para ilmuwan menganggap, kumpulan jenis burung berhubungan kerja sama perlindungan dengan berbondong-bondong. Bau tak sedap yang pekat itu semacam peringatan untuk predator
Mengutip laman Aquarium of The Pacific, makanan Hooded Pitohui bersumber dari toksin, homoBTX yang mengendap di bulu dan kulit. Itu terfokus di bulu dada, perut, dan kaki. Kontak dengan burung ini menghasilkan kesemutan dan efek mati rasa yang bertahan lama, bersin, dan mata berair.
Penelitian menemukan, racun menjadi perlindungan terhadap parasit seperti kutu dan predator, termasuk manusia. Ada dugaan racun bisa disalurkan ke sarang dari perut dan bulu punggung burung hooded pitohui dewasa. Pengamanan terhadap sarang diketahui ular yang memangsa telur di sarang burung beracun hooded pituhoi segera memuntahkan santapannya itu.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.