Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Amerika dan Inggris kini sedang ngebut merampungkan penelitian tentang pesawat mini yang mampu terbang seluwes merpati. Tapi Belanda yang lebih dulu berhasil merancang pesawat mata-mata dengan desain serupa burung. Sejumlah insinyur Delft University of Technology, Belanda, menyalip penelitian itu dengan menyiarkan rancangan pesawat khusus tersebut pada pekan lalu.
Pesawat mata-mata ini terbang seperti burung dengan sayap bergerak, mengepak dan mengembang. Namanya RoboSwift. Didesain tanpa awak, RoboSwift hanya memiliki rentang sayap 51 sentimeter dan berat 80 gram. Pesawat yang dilengkapi kamera mikro pada kedua sayapnya itu tidak mengeluarkan suara sedikit pun sehingga cocok untuk tugas pengintaian.
Selotip Penyidik
Selotip kini punya kegunaan beragam selain sebagai perekat. Sergei Kazarian, fisikawan di Imperial College London, Inggris, mengembangkan fungsi selotip sebagai pembaca sidik jari yang andal. Temuan pada dua pekan lalu ini dipastikan akan amat membantu polisi dalam mengungkap pelaku kejahatan. Manfaat selotip lainnya adalah mengungkapkan gaya hidup penjahat, misalnya apakah dia perokok atau vegetarian.
Selama ini metode konvensional dalam pengumpulan sidik jari yang memakai serbuk, cairan atau pengering, hanya berhasil mengangkat gambar sidik jari dan melenyapkan zat-zat kimia dari jari pelaku. Menurut Kazarian, ia membuat selotip khusus yang dilengkapi jelly. Selotip ini bisa mengangkat semua zat kimia dan hasilnya bisa membaca gaya hidup tersangka.
Selotip khusus ini bisa direkatkan pada berbagai bentuk permukaan, di antaranya tuas pintu, pegangan gelas, dan layar komputer. Selanjutnya, selotip disorot dengan sinar inframerah. Dengan proses foto-kimia, molekul-molekul yang terdapat pada sidik jari akan diidentifikasi dalam waktu 30 detik. Hasilnya? Selain gaya hidup, informasi tentang jenis kelamin dan ras si pelaku kejahatan juga dapat diperoleh.
ABC untuk Buta Huruf
Sekelompok mahasiswa Institut Teknologi Bandung merancang peranti lunak yang membantu penyandang buta huruf belajar membaca. Temuan para mahasiswa yang tergabung dalam tim Aksara itu akan diikutsertakan dalam lomba rancang peranti lunak internasional di Korea Selatan pada awal Agustus.
Menurut anggota tim, Desi Hadiati, perangkat lunak ABC ini dibuat karena masih ada delapan persen penduduk Indonesia yang buta huruf. Jumlah tenaga pengajar untuk mereka juga minim. Dengan perangkat ini, katanya, ”Pengguna bisa belajar baca-tulis dan menghitung tanpa bimbingan guru. Penunjuk virtual sudah ada di situ.”
Dana yang harus disiapkan untuk memulai aplikasi perangkat lunak ini sekitar Rp 12 juta. Kelebihannya, satu komputer bisa digunakan oleh lima orang sekaligus. Ada lima tetikus yang melengkapi setiap unit komputer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo