Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Campak Mewabah, Dokter Anak: Komplikasi Paling Sering Pneumonia

Pandemi Covid-19 diduga berdampak kepada penurunan cakupan imunisasi campak. Panen wabahnya terjadi saat ini.

21 Januari 2023 | 18.51 WIB

Dokter melakukan tindakan ke pasien bernama Surfana (1 tahun) saat penanganan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agats, Kabupaten Asmat, Papua, 27 Januari 2018. Data terakhir jumlah pasien campak dan gizi buruk di RSUD tersebut mencapai 88 orang. ANTARA/M Agung Rajasa
Perbesar
Dokter melakukan tindakan ke pasien bernama Surfana (1 tahun) saat penanganan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agats, Kabupaten Asmat, Papua, 27 Januari 2018. Data terakhir jumlah pasien campak dan gizi buruk di RSUD tersebut mencapai 88 orang. ANTARA/M Agung Rajasa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Anak yang terkena campak sangat berisiko meningkatkan infeksi karena turunnya kekebalan tubuh atau antibodi. Penyakit ini tidak boleh disepelekan karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang berujung kematian. Terutama pada kelompok anak yang tidak pernah mendapatkan imunisasi dan ditambah dengan malnutrisi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Komplikasi campak itu ke mana-mana, dimulai dari mata, bisa ke jantung, dan paling sering pneumonia," kata Ketua Unit Kerja Koordinasi Penyakit Infeksi Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Anggraini Alam, dikutip dari Antara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Berbicara dalam konferensi pers mengenai KLB Campak, Jumat 20 Januari 2023, Anggraini menuturkan kematian tertinggi pada infeksi campak apabila sudah sampai ke paru atau pneumonia. Angka kematiannya bisa lebih dari 50 persen sampai mendekati 90 persen.

Saat ini, Anggraini menambahkan, IDAI mengeluarkan rekomendasi tata laksana campak untuk kelompok anak yang berisiko campak berat karena tidak pernah mendapatkan imunisasi dan malnutrisi. IDAI juga meminta kewaspadaan pada anak yang memiliki komorbid dan daya tahan tubuh rendah karena HIV, leukimia dan diabetes melitus.

Tata laksana yang bisa dilakukan, antara lain, jika ada kotoran mata sampai berwarna hijau. Perlakuannya bisa memberikan salep antibiotik, kompres air hangat saat demam, dan cukupi cairan agar tidak dehidrasi. "IDAI mengeluarkan rekomendasi tatalaksana campak karena penyakit ini tidak ada antivirusnya," ucapnya.

Campak adalah penyakit yang potensial menyebabkan wabah karena merupakan penyakit yang sangat menular, terutama melalui udara. Maka itu, vaksin campak sangat diperlukan untuk menekan angka kematian akibat campak.

Kementerian Kesehatan telah menetapkan jadwal imunisasi vaksin campak lengkap, yaitu pada usia 9 bulan, 18 bulan, serta ketika anak menginjak kelas 1 SD. Pandemi Covid-19 diduga berdampak kepada penurunan cakupan imunisasi itu, dan 'panen' wabahnya terjadi saat ini berupa penetapan Kejadian Luar Biasa di 31 provinsi.

“Tidak ada istilah terlambat kalau untuk imunisasi. Bagi yang belum mendapatkan vaksin, segeralah divaksin,” kata Kepala Staf Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Djatnika Setiabudi.

Seseorang yang tertular campak akan mengalami fase gejala awal, seperti demam tinggi, batuk pilek, hingga mata merah. Fase ini merupakan fase yang paling mudah menularkan. Penularan campak terjadi tidak melalui sentuhan kulit, tetapi melalui percikan droplet di udara.

“Jika seseorang tidak divaksin campak, kemungkinan tertular campak makin besar,” katanya menambahkan. Dan dampak beratnya yaitu rentan mengalami komplikasi penyakit lain seperti pneumonia, radang otak, hingga gizi buruk.


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus