Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagai sebuah adegan laga, pesawat itu bergerak dengan sigap, memukau nelayan Selat Bangka. Mulanya pesawat itu menukik seperti akan mendarat di air, namun kembali melangit dalam 14 detik.
Itulah pesawat Beriev Be-200 yang sedang menciduk air laut untuk memadamkan kebakaran hutan di Sumatera Selatan. Pemerintah mendatangkan dua capung air asal Rusia itu awal November, setelah terus gagal menaklukkan si jago merah. Ongkosnya Rp 47 miliar untuk 300 jam terbang. Kesaktiannya?
Pesawat ini menjadi penentu keberhasilan pemadaman 60 persen kebakaran. ”Perannya cukup signifikan,” ucap Ketua Tim Penanggulangan Kebakaran Hutan Sumatera Selatan, Dodi Supriadi. Namun, Bambang Hero Saharjo, ahli kebakaran hutan Institut Pertanian Bogor, menilai pesawat itu terlambat didatangkan. ”Pesawat sukar memadamkan api yang sudah menjalar di bawah tanah,” ujarnya.
Yosep Suprayogi/Arif Ardiansyah
Ciduk dan Tumpahkan
Pesawat Be-200 dipilih karena sanggup melakukan beberapa kali pengeboman dalam sekali terbang. Jumlahnya tergantung jarak antara pangkalan pesawat, sumber air, dan lokasi kebakaran. Rahasianya adalah kemampuan menciduk air sembari terbang.
1 MENENTUKAN TARGET. Be-200 hanya memadamkan kebakaran besar. Tim pemadam mencari sasaran dengan helikopter BO-105, mengacu kepada foto kebakaran terbaru dari satelit.
2 MENCIDUK AIR. Setelah koordinat target ditentukan, pesawat lepas landas untuk mengambil air. Air diserok sembari terbang. Dalam misi di Sumatera Selatan, air diambil dari Selat Bangka, sekitar 15-20 menit dari lokasi pengeboman di sekitar Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin.
TANGKI AIR
Terbuat dari aluminium dan baja antikarat yang dapat dilepas jika pesawat dipakai untuk misi lain. Air diambil dengan empat ”sekop” yang dapat ditarik.
3 PENGEBOMAN. Air ditumpahkan di atas sasaran dari ketinggian 50 meter. Saat mengebom,”Yang berada di pesawat seperti naik roller coaster,” ujar Asep Karsidi, Direktur Teknologi Modifikasi Cuaca pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, yang memimpin misi pesawat itu.
4 KEMBALI KE SUMBER AIR. Di Sumatera Selatan, setiap pesawat rata-rata melakukan delapan kali pengeboman dalam sehari atau 128 pengeboman untuk dua pesawat dalam delapan hari.
Metode pemadaman lain
Be-200 tidak sendirian memadamkan api. Di darat ada Manggala Agni (pasukan pemadam kebakaran hutan) yang membekal penyuntik gambut. Di udara ada tim hujan buatan dan helikopter pengebom air.
Menyuntik Gambut
Kebakaran hutan gambut berbeda dengan kebakaran hutan biasa. Pada hutan gambut, tanah yang banyak mengandung serasah ikut terbakar. Api tak cuma membakar dasar hutan, tapi juga yang ada di bawahnya. Jadi, meskipun pohon di bagian atas sudah tak lagi terbakar, api mungkin masih mengeram di bawah tanah.
Untuk memadamkannya, para penakluk api menyuntikkan air ke dalam tanah. Tekniknya dinamai sunbut (suntikan gambut), air dimasukkan ke sumber api di bawah tanah dengan pipa besi memakai pompa khusus.
Hujan Buatan
Dilakukan dengan memakai pesawat Hercules. Pesawat diterbangkan dari Halim Perdanakusuma, Jakarta, untuk hujan buatan di Sumatera Selatan dan dari Banjarmasin untuk hujan buatan di Kalimantan.
Helikopter Pengebom Air
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo