Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Para Dukun di Lumpur Panas

13 November 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Semburan lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur, mendatangkan puluhan dukun dari berbagai belahan Nusantara untuk adu sakti. Sayang, belum ada hasilnya. Sumargono, 50 tahun, misalnya, datang jauh-jauh dari Palembang. Dukun atau bahasa gaulnya paranormal ini diiringi hampir 50 anak buah, Ahad dua pekan lalu. Mereka membawa anak sapi putih dan ayam cemani jantan hitam pekat.

Upacara pun dimulai. Rombongan berkumpul di atas tanggul dan mulai merapal mantera. Selanjutnya, sapi dan ayam yang dibawa langsung dari tanah Sumatera mereka mandikan dengan air kembang tujuh rupa. Dan tiba-tiba, kedua hewan itu mereka lempar ke tengah lumpur yang panasnya mencapai 60 derajat Celsius. Byur?!

Beberapa pekerja pembuat tanggul yang menyaksikan peristiwa itu kaget bukan kepalang. Sapi yang masih terhitung kanak-kanak itu meronta dan mencoba berjuang agar tidak tenggelam. Hampir sama, sang ayam cemani menggelepar ingin terbang menuju tanggul terdekat. Namun upaya itu sia-sia. Kurang dari lima menit, ayam cemani sudah lenyap tertelan lumpur. Sedangkan si sapi tinggal kepalanya saja terlihat di atas permukaan. Merasa ritual agung telah selesai, rombongan turun dari tanggul menuju kendaraan yang membawa mereka.

Mendengar lenguhan sapi yang menyayat, pekerja pembuat tanggul merasa iba. Mereka segera menyalakan mesin ekskavator (alat pengeruk tanah) lalu menciduk sapi yang hampir tenggelam dalam lumpur panas. Sapi dapat diselamatkan, para pekerja merasa lega.

Tapi?, tunggu dulu. Melihat sapi berada di lengan ekskavator, rombongan yang sudah di atas kendaraan langsung turun. Mereka marah dan meminta kembali sapi itu. Lalu, byur....! Sapi dilemparkan kembali ke dalam lumpur. Kali ini mereka bahkan menunggu untuk memastikan sapi benar-benar lenyap ke dalam lumpur. ?Ritual baru sempurna jika sapi benar-benar masuk ke dalam lumpur,? kata Sumargono, sang ketua rombongan, dengan nada tinggi.

Ulah dukun itu membuat geram Bupati Sidoarjo, Win Hendarso. Esok harinya, Bupati langsung mengeluarkan surat edaran. Isinya, melarang segala bentuk ritual penghentian semburan lumpur, jika dilakukan dengan cara membunuh atau melempar hewan hidup ke dalam pusat semburan.

Namun ritual penghentian semburan lumpur oleh dukun bukan kali ini saja dilakukan. Sejak lumpur panas menyembur di Kecamatan Porong, Sidoarjo, 29 Mei lalu, tidak kurang dari 500 dukun yang mencoba menghentikannya. Semua gagal, dan lumpur terus menyebar serta menenggelamkan delapan desa di tiga kecamatan.

Di satuan pelaksana untuk bencana lumpur yang dibentuk Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, sudah 174 orang maupun kelompok dukun meminta izin mendekati pusat semburan. ?Catatan ini hanya untuk paranormal yang tidak minta macam-macam,? kata Sersan Kepala Maryanto, petugas pendataan paranormal di satuan pelaksana.

Minta macam-macam? Ya, ternyata banyak paranormal yang meminta aneh-aneh. Sebut saja satu contoh, seorang dukun meminta pemerintah menyiapkan intan seberat 100 gram. Batu mulia itu akan dilemparkannya ke pusat semburan. Katanya, intan itu nanti akan menutup sendiri lubang sumur.

Ada pula dukun yang birokratis. Sebelum bekerja, dia meminta pemerintah Sidoarjo membuat surat keputusan yang isinya memberikan mandat kepadanya untuk menghentikan semburan lumpur. Surat itu harus diteken Bupati Sidoarjo bersama Ketua DPRD Sidoarjo.

Selain yang tercatat di satuan pelaksana, dukun lainnya memilih jalur sayembara. Adalah Haji Hasan, Kepala Desa Kedungbendo, yang mempunyai gagasan dua bulan lalu. Dia menyediakan hadiah rumah senilai Rp 80 juta bagi yang bisa menghentikan semburan lumpur.

Peserta pertama seorang dukun lokal. Setelah merapal beberapa mantra, sang dukun menagih hadiahnya. Tetapi, ditunggu beberapa jam, semburan lumpur tidak juga berhenti. Sang dukun berkilah, menghentikan lumpur tak semudah membalik telapak tangan. Dibutuhkan waktu sehari-semalam agar mantranya bekerja.

Haji Hasan tidak percaya begitu saja. Dia memberikan tes tambahan. Sang dukun diminta menghentikan kucuran air dari keran rumah. Hasilnya? Ya, gagal. Kini simulasi menghentikan air keran menjadi syarat awal seorang dukun ikut lomba. Ternyata, dari 150 dukun yang mendaftarkan diri ikut sayembara, tidak satu pun yang lulus saringan awal. ?Nyetop air dari keran saja nggak becus, kok, mau nyoba menghentikan semburan lumpur,? kata Haji Hasan menyindir.

Agung Rulianto, Rohman Taufiq (Sidoarjo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus