Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak perlu berlama-lama membuat obat dari bahan alamiah (natural sources). Baru-baru ini, Christina White, profesor kimia di University of Illinois, dan koleganya, Mark Chen, mengembangkan katalis baru berbahan dasar besi (Fe). ”Katalis ini bermanfaat untuk membuat obat yang lebih baik dan mempercepat penciptaan obat-obatan baru,” ujar White.
Memang, meracik obat dari bahan alamiah selalu memusingkan. Soalnya, molekul alamiah bersifat kompleks dan tak cukup kuat mengobati penyakit. Agar lebih mujarab, perlu perubahan tertentu pada inti molekul. Tapi justru di sini masalahnya. Karena kompleks, modifikasi menjadi sangat sulit. Akibatnya, proses pembuatan obat menjadi sangat lama.
Nah, katalis yang dinamai White-Chen ini memungkinkan penambahan senyawa hidroksil pada proses sintesis dan memperpendek proses tersebut. White mendemonstrasikan keampuhan temuan mereka dengan memodifikasi artemisinin—senyawa antimalaria yang kompleks dari bahan alamiah—menjadi obat yang lebih bertenaga.
Dan karena besi termasuk logam lunak, katalis ini juga dipercaya mampu meminimalkan kadar racun yang biasa muncul pada obat yang dibuat menggunakan katalis berbahan logam berat.
Jurus White-Chen Katalis mempercepat laju reaksi kimia dengan melonggarkan ikatan pada rantai senyawa kimia, tanpa mengalami perubahan atau ikut dalam reaksi itu. Yang membuat katalis White-Chen istimewa, ia bisa memilih dan memperkirakan sendiri oksidasi ikatan alifatik C-H pada pusat karbon tersier dalam molekul kompleks, sehingga tidak merusak manfaat bahan obat itu sendiri.
1812 Ilmuwan Rusia, Gottlieb Sigismund Constantin Kirchhoff, yang tengah meneliti karbohidrat, dikagetkan temuannya sendiri. Beberapa tetes senyawa asam ternyata mempengaruhi ikatan molekul karbohidrat yang tengah dia rebus dalam air.
1835 Jons Jakob Berzelius, ahli kimia kelahiran Swedia, mengumumkan adanya bahan tertentu yang bisa mempercepat reaksi. Dia menamai bahan-bahan itu katalis, dari bahasa Yunani, kata dan lyein, yang artinya melonggarkan ikatan.
1880-an Wilhelm Ostwald, ilmuwan dari Universitas Leipzig, Jerman, menemukan senyawa-senyawa asam dan basah yang mempercepat reaksi dengan laju yang terukur. Ini mengilhami dia untuk menentukan kekuatan masing-masing senyawa dari kedua golongan katalis itu.
1909 Untuk temuannya, Wilhelm Ostwald memperoleh hadiah Nobel Kimia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo