Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang berjalan hampir dua tahun ini mengubah segala kegiataan di kampus. Salah satunya kegiatan organisasi mahasiswa. Peminatnya merosot drastis pada 2021 dan kini mereka juga harus bersaing dengan program Kampus Merdeka. “Karena program itu menawarkan tempat magang, uang, yang tidak bisa ditawarkan oleh organisasi mahasiswa yang non-profit,” kata Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Padjadjaran (BEM-KEMA Unpad) Virdian Aurellio, Jumat, 11 Fabruari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, eksistensi organisasi mahasiswa di masa pandemi ini menjadi topik diskursus aktivis mahasiswa Indonesia. Kegiatan organisasi mahasiswa menjadi terbatas seiring kebijakan protokol kesehatan yang membuat kampus ditutup dan perkuliahan secara daring dari tempat masing-masing. Selain itu kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, pada 2020, dinilai ikut juga berpengaruh.
Lewat program Magang dan Studi Independen Bersertifikat, pemerintah memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas di luar kelas perkuliahan. Lama waktu magang itu berkisar satu hingga dua semester. Sementara masa kepengurusan dan keanggotaan BEM universitas hingga fakultas hanya setahun kemudian berganti. Adapun selama ikut magang itu mahasiswa dapat mengantongi uang saku dari kementerian atau mitra. “Besarannya beda-beda, rentang Rp 2 hingga 4 juta per bulan,” ujar Virdian.
Minat mahasiswa berorganisasi di kampus Unpad belakangan ini menurun. Dari sebelumnya sekitar seribuan orang pendaftar, pada 2021 tercatat 490-an orang. “Tetap banyak tapi menurun drastis,” kata dia. Kini BEM Unpad banyak memfokuskan ulang kegiatan dan melihat lagi fungsi organisasi mahasiswa sebagai apa. “Apakah hanya sebagai tempat memenuhi waktu luang, atau ada tujuan besar yang ingin dicapai,” ujar mahasiswa tingkat akhir program studi Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpad itu.
Dari program kerja sebanyak seratusan, BEM KEMA Unpad banyak melakukan penggabungan, seperti menyatukan tiga program. “Webinar di satu departemen jadi uangnya nggak boros,” kata dia. Sementara pada akhir tahun lalu digelar beberapa acara daring seperti musik dan aksi yang direkam video, pelatihan kewirausahaan, dan pertandingan olahraga diganti menjadi kompetisi e-sport.
Pada semester genap ini Unpad masih memberlakukan kuliah bauran antara daring dan luring secara terbatas. Mahasiswa jurusan sains dan teknologi bisa datang ke kampus untuk praktik di laboratorium atau kuliah lapangan. “Suasana kampus Jatinangor enggak sesepi tahun lalu, tapi nggak seramai sebelum pandemi,” ujarnya. Kini aktivitas Virdian selain mengurus BEM juga menyelesaikan skripsi.
Selama 1,5 tahun dia merasakan kuliah langsung, selanjutnya di luar kampus Unpad. Dia merindukan suasana guyub bersama teman-temannya seperti saat rapat, aksi, konsolidasi, buka puasa, atau mendukung tim yang bertanding olahraga. Kerinduannya juga pada tempat nongkrong di sebuah kafe legendaris mahasiswa di Jatinangor. “Sedih sih itu tempat nongkrong banyak mahasiswa karena ada wifi, AC, tapi nggak terlalu mahal,” katanya. Tempat itu tutup permanen setelah beroperasi selama 20 tahun.
ANWAR SISWADI
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.