Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Panitia Peringatan Tragedi Kanjuruhan di Universitas Brawijaya Alami Intimidasi

Panitia peringatan Tragedi Kanjuruhan di Universitas Brawijaya mengalami intimidasi dari pihak keamanan kampus.

1 Oktober 2024 | 15.07 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Malang - Pelaksanaan pameran karya-karya untuk memperingati dua tahun Tragedi Kanjuruhan di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya Malang sempat mengalami gangguan. Panitia penyelenggara sempat mendapatkan intimidasi dari keamanan kampus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pameran bertajuk “Tragedi yang Terlupakan Belum Terurai, namun Dianggap Usai” itu diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa FIB Unbraw. Mereka menggelar pameran selama lima hari (26, 27, 28, 30 September dan 1 Oktober 2024). Kegiatan diliburkan pada hari Ahad, 29 September.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Pelaksana Pameran FIB Unbraw, Muhammad Febizio alias Zio, mengatakan kegiatan itu terlaksanakan berkat bekerja sama dengan Komite Aksi Kamisan Malang, Malang Corruption Watch, Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Malang, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Malang, dan komunitas Benang Hitam. 

Kegiatan serupa pernah dilakukan setahun lalu. Namun, kegiatan tahun ini sudah jadi program kerja BEM FIB Universitas Brawijaya. Perbedaan lainnya, pameran tahun ini digelar selama 5 hari di Galeri Seni Gedung A FIB. Selain pameran, panitia juga mengadakan diskusi, ditambah sesi renungan dan doa bersama di akhir acara. 

“Setelah melihat kasus ini belum sepenuhnya tuntas, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, kami merasa perlu mengadakan pameran lagi, dengan harapan bisa menjadi upaya merawat ingatan tragedi tewasnya 135 nyawa manusia. Publik harus tetap diingatkan,” kata Zio kepada Tempo, 1 Oktober 2024. 

Devi Athok Yulfitri, 44 tahun, berdoa di pintu 13 stadion Kanjuruhan, Kepanjen, 1 Oktober 2023. Ia kehilangan dua putri dan bekas istri dalam tragedi Kanjuruhan setahun lalu. | TEMPO/ Eko Widianto

Panitia pelaksana memamerkan pelbagai bentuk karya, seperti foto, lukisan, infografis, dan sisa puing bangunan Stadion Kanjuruhan. Karya-karya yang dipamerkan merupakan sumbangan dari masyarakat umum, yang sebagian besar menggunakan seni sebagai bentuk ekspresi penggambaran tragedi kemanusiaan yang terjadi pada 1 Oktober 2022 itu. 

Infografis menjadi salah satu karya yang paling banyak dilihat pengunjung lantaran berisi kronologi kejadian ditambah daftar tuntutan korban hidup dan keluarga korban yang tewas. 

Selanjutnya, panitia sempat mengalami intimidasi

Penanggung jawab kegiatan sekaligus Menteri Kajian dan Aksi Strategi BEM FIB Unbraw,  Ibnu Batuthah, menyatakan penyelenggaran pameran ini pun bukannya tanpa kendala. Dia menyatakan panitia sempat mendapatkan intimidasi dari Markas Komando Keamanan Universitas Brawijaya (Mako UB). Ibnu menyatakan panitia setidaknya didatangi petugas dari Mako UB sebanyak empat kali sejak awal pameran hingga hari ini.

Pada hari pembukaan, Kamis, 26 September, Ibnu menyatakan mereka dua kali didatangi seorang anggota Mako UB. Petugas mendatangi mereka pertama kali pada sekitar pukul 08.45 WIB. Si petugas menanyakan izin penyelenggaraan acara dari pihak fakultas. 

Selain itu, petugas sempat menyebutkan Tragedi Kanjuruhan merupakan isu lokal atau isu tingkat kabupaten, serta tidak masuk ranah pendidikan. Petugas terkesan memprovokasi panitia untuk tidak ikut campur dalam masalah Tragedi Kanjuruhan. 

Pameran untuk memperingati dua tahun Tragedi Kanjuruhan di Galeri Seni Gedung A Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang. Dok. BEM FIB UB

Ibnu, Zio, dan rekan-rekannya sempat kaget dan heran dengan pernyataan petugas keamanan itu. Pasalnya, mereka menilai Tragedi Kanjuruhan sudah menjadi isu nasional karena Presiden Joko Widodo langsung memerintahkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, PSSI, dan menteri terkait untuk menuntaskan kasus tersebut. Tragedi tersebut bahkan menjadi isu internasional karena federasi sepak bola dunia, FIFA, ikut merespons kejadian tersebut.

Akibat intimidasi itu, mereka menyatakan jadwal pembukaan pameran sempat mundur dari jam 09.00 WIB ke pukul 12.00 WIB. Belum lama pameran berlangsung, petugas yang sama mendatangi mereka lagi. Kali ini petugas meminta nomor kontak penanggung jawab kegiatan pameran.

“Saat kami tanya, nomornya untuk apa dan mau dikirim ke mana, petugasnya bilang nomornya mau dikasihkan ke intel. Intel apa maksudnya dan intel yang mana, kami tidak tahu,” kata Ibnu. 

Petugas yang sama kembali mendatangi lokasi pameran sehabis salat Jumat, 27 September. Petugas hanya memotret karya-karya yang dipamerkan, memotret suasana pameran, juga memotret personel panitia. Lalu, pada 1 Oktober hari ini, sekitar pukul 11 siang, petugas yang sama mendatangi lagi lokasi pameran untuk memotret suasana pameran dan personel panitia yang bertugas.  

“Kami paham tugas petugas Mako UB itu, tapi yang agak parah itu kejadian di hari pertama, yang kami ditanyai soal perizinan dan dibilang Tragedi Kanjuruhan sebagai isu kabupaten dan enggak masuk ranah pendidikan. Itu kami rasakan jadi seperti tindakan represif,” kata Ibnu.

Selebihnya, Zio dan Ibnu mengharapkan agar publik Malang dan Indonesia jangan sampai melupkan Tragedi Kanjuruhan, sekaligus meminta pemerintah untuk menuntaskan kasusnya dengan seadil-adilnya.

Kilas balik Tragedi Kanjuruhan

Tragedi Kanjuruhan pecah usai laga BRI Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022. Sejumlah supoter tim tuan rumah sempat masuk ke dalam lapangan usai tim kesayangannya mengalami kekalahan dengan skor 2-3. 

Sejumlah penonton membawa rekannya yang pingsan akibat sesak nafas terkena gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan dalam kericuhan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu 1 Oktober 2022 malam. Polda Jatim mencatat jumlah korban jiwa dalam kerusuhan tersebut sementara sebanyak 127 orang. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

Aksi suporter tersebut direspon polisi dengan melepaskan tembakan gas air mata. Tak hanya ke lapangan, gas air mata itu juga ditembakkan ke arah tribun yang masih sesak dengan penonton. Alhasil, penonton berdesakan dan berhimpitan di pintu keluar. Sebanyak 135 orang suporter Arema FC tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka. 

Polda Jawa Timur menetapkan enam orang tersangka dalam kasus Tragedi Kanjuruhan. Mereka adalah eks Direkur Utama PT Liga Indonesia Baru, Akhmad Hadian Lukita; Kepala Keamanan Panitia Penyelenggara Pertandingan, Suko Sutrisno; Kabag Ops Polres Malang, Komisaris Wahyu SS; Komandan Kompi III Brimob Polda Jawa Timur, AKP Hasdarman; dan Kasat Samapta Polres Malang, Komisaris Bambang Sidik Achmadi. Meskipun demikian, hingga saat ini Akhmad Hadian Lukita tak juga kunjung diseret ke pengadilan. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus