Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Dari Mesin '38 Ke Palapa

Komputer kini jelas tidak melelahkan seperti dulu. data dari kecamatan via palapa cepat terbaca di bina graha. komputer buatan ibm digunakan jawatan kereta api. untuk mengolah & menyusun data penumpang.

25 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Dari Mesin '38 Ke Palapa
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
JUMAT, 1 April 1938, merupakan hari penting bagi pimpinan dan karyawan Balai Besar Staats Spoorwegen (SS--Kereta Api Negara) di Bandung. Waktu itu dipasang sebuah mesin pengolah data buatan IBM, yang menggunakan kartu berlubang. Mesin itu, menurut ukuran, sekarang susah dan kuno, tapi di zaman itu ia cukup berjasa membantu mengolah dan menyusun data penumpang, angkutan barang, kas dan bea. Kini mesin itu tiada lagi. Sekitar tahun 60-an ia dikembalikan ke perwakilan IBM di Jakarta. "Sekarang sudah di-scrap," jelas G. Sumariyono dari perwakilan IBM. Idi, yang sekarang berumur 42 tahun, masih mengalami melayani mesin tua itu. Mulai bekerja di PJKA tahun 1956, ia sampai saat ini masih setia bekerja di bagian pengolahan data itu. Sebagian besar mereka yang turut melayani mesin itu kini sudah pensiun, bahkan sudah meninggal dunia. Menurut Idi, mengoperasikan mesin tahun 1938 itu cukup melelahkan. Bayangkan, seluruh sistemnya, yang terdiri dari berbagai unit, dijalankan oleh hampir 50 tenaga. Untuk memasukkan data orang menghadapi sebuah panel seperti mesin tik, tak ubahnya seperti terminal input komputer sekarang. Hanya tekanannya jauh lebih keras. "Maklum per-pernya besar dan kuat," cerita Idi. Segala sesuatu harus dikerjakan satu demi satu karena mesin itu tak bisa menduplikat. Walau melayaninya dulu cukup melelahkan dan penuh duka, mesin itu selalu membangkitkan kebanggaan di hati Idi, karena semua pekerjaan bisa diselesaikan di Bagian Audit/Pengolahan Data Balai Besar PJKA. Tidak seperti sekarang, proses penyelesaian dilakukan di Pusat Komputer ITB atau di Pusat Pengolahan Data Provinsi Jawa Barat. Setelah mesin itu dikembalikan ke perwakilan IBM tahun 60-an, ia diganti dengan sebuah mesin IBM tipe Z4 dan 26 Fan. Mesin baru itu membawa perubahan kerja. Program sudah dilakukan dengan kartu berlubang dan juga bisa menduplikat, hingga proses pekerjaan nenjadi lebih cepat. Mesin itu pun di tanun 1978 ditukar lagi dengan yang lebih mutakhir. Kini Balai Besar PJKA mengoperasikan sebuah mesin IBM tipe 37423741. Namun hanya dipergunakan untuk penyusunan data. Pengolahannya tetap dilakukan di Puskom ITB atau Puslahta Ja-Bar. Kisahnya lain lagi di Jawa Tengah, dalam proses pemugaran Candi Borobudur. Dengan jasa komputer ini "diharapkan seluruh" pekerjaan pemugaran candi selesai Oktober 1982," ujar Drs. Soediman, Ketua Direktorium Proyek Pemugaran Candi Borobudur (PPCB) dan juga Wakil Pemimpin Proyek. Di awal proses pemugaran candi itu, pihak IBM Indonesia mengutus scorang ahli komputer, Vijay K. Khandelwal, untuk diperbantukan pada PPCB selama dua tahun. Setelah dilakukan survei, disimpulkan tiga macam pekerjaan yang perlu dibantu komputer. Pertama, Sistem Pengontrolan Proyek hingga memungkinkan untuk setiap saat mengetahui perkembangan pekerjaan dibanding penjadwalannya. Kedua, Sistem Pencatatan Batu Candi agar seluruh pembongkaran terkoordinasi serta dengan cepat dan tepat mengetahui tempat asal mula batu yang dibongkar itu. Ketiga, Pendaftaran dan Pencocokan bagian candi atau patung yang terpisah. Ini memang merupakan suatu percobaan tapi agaknya sudah membawa hasil. Di Candi Borobudur itu terdapat ribuan pecahan batu dari fragmen relief atau bagian patung. Untuk menemukan jodohnya masing-masing bantuan komputer dikerahkan setelah diberikan data ukuran kepingan itu. Demam komputer semakin menjalar. Juga dunia pendidikan ingin memanfaatkannya. Program pasca sarjana dan doktor di IKIP Malang, misalnya, 2 tahun lalu sudah merencanakan membeli sebuah komputer. Baru tahun ini rencana itu disetujui Departemen P&K. Namun hingga saat ini belum jelas jenis apa yang dikehendaki. "Yang pasti bukan komputer mutakhir. Cukup yang sederhana saja -- harganya di bawah limapuluh juta," ujar Dr. Subandi, Sekretaris Program Pasca Sarjana dan Doktor. Komputer itu nantinya akan digunakan terutama untuk keperluan riset dan eksperimen. Selain itu bisa dimanfaatkan IKIP sendiri untuk keperluan administrasi dan gaji pegawai. "Kalau dilihat kegunaannya sekarang, memang belum mendesak betul," ujar Subandi. "Tapi untuk jangkauan ke depan, perlu dipersiapkan sejak sekarang." Di Jakarta, Direktur Pansystems, dr. Rukman Hutasoit menjelaskan perusahaannya kini mempersiapkan suatu proyek perintis seharga US$1,2 juta yang meliputi pembuatan enam stasiun bumi dalam suatu jaringan komputer yang saling berhubungan melalui satelit Palapa. Order ini diperoleh dari UNESCO yang bekerjasama dengan enam instansi pemerintah yang bergabung dalam IBI (Intergovernmental Bureau of Information). Rencana memanfaatkan satelit Palapa untuk keperluan transmisi data elektronis agaknya terlaksana sebelum berakhir masa Pelita III. Sementara perhubungan dilakukan melalui sarana telepon dan gelombang mikro. Sejak 1 Oktober 1980 jasa komputer dimanfaatkan untuk memonitor dan mengendalikan produksi pangan di 11 provinsi (Sum-Ut, Sum-Bar, Lampung, Sum-Sel, Ja-Bar, Ja-Teng, Yogyakarta, Ja-Tim, Bali, Sul-Sel dan Kal-Sel), mencakup 175 kabupaten dan 2200 kecamatan. Sistem ini tidak menggantikan sistem pelaporan yang sudah ada, hanya mempercepat penyampaian. Insyaallah tidak akan ada lagi laporan yang sudah berumur dua bulan. "Jelas dengan komputer bisa diperoleh informasi yang selain cepat, juga tepat dan sinambungan," ujar Ir. Ichjar Musa, konsultan dari PT Bina Cipta Informatika, perusahaan yang berperan dalam proyek ini. Setiap minggu, hari Rabu sampai Sabtu sore, tiap kecamatan mengirimkan 38 jenis data mengenai pangan padi ke Perum Telekomunikasi di Merdeka Selatan, Jakarta. Di samping itu data tadi dikirim juga ke kabupaten masing-masing -- yang mencakup hal seperti identitas jenis padi, areal, kredit, pupuk, pestisida dan bencana, misalnya. Sabtu sore hingga Senin sore, tiba giliran semua kabupaten mengirimkan data pangan ke Merdeka Selatan. Kemudian data itu diproses di komputer Puspullahta Hankam di Pondok Labu, Jakarta, untuk disajikan ke Bina Graha dalam bentuk informasi pada Rabu pagi. Bila sistem telekomunikasi di Bina Graha selesai, laporan dari kabupaten dan kecamatan bisa dikirim langsung. Rencana selanjutnya ialah melengkapi Bina Graha dengan peralatan terminal dengan layar TV yang on-line, hingga setiap waktu informasi yang ada di komputer Puspullahta bisa disaksikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus